Selasa, 03 November 2015

One Day Memory



One Day Memory
By BlossomJjong

Author              :         BlossomJjong a.k.a Seffya
Title                  :         One Day Memory
Main Cast         :         Im Yoona  &   Lee  Jonghyun

Desclaimer      :         The cast are belong to God and Themselves. The story originally by me that imagination come from God.
Genre               :        Romance, family
Author Note        :   Sebelum membaca FF ini tolong lihat reminder ini. Jangan berharap terlalu tinggi ya soalnya ini adalah FF ku yang paling pertama banget. Banyak typo dan geje dimana-mana… waspada…. Hehehe

Sunday Morning

Yoona POV
Thanks God Its Sunday.... Seminggu ini aku merasa begitu lelah, lelah fisik dan pikiran. Beban pikiran di tempat kerja juga di rumah membuat pikiranku penat dan hampir membuatku stress. Meski begitu aku mencoba tetap bersikap profesional sebagai designer, aku tak menginginkan klien ku merasa kecewa dengan hasil kerjaku yang tak memuaskan. Jadi disinilah aku pagi ini, pagi-pagi sekali aku telah duduk disudut taman kota yang sejuk dan nyaman. Aku telah merencanakan ini sejak lama, menghirup udara segar selain udara kepenatan yang menghantuiku beberapa hari ini.
Di tengah taman tampak seorang pria muda dengan sebuah gitar ditangannya mendendangkan lagu merdu selaras dengan kehangatan sinar matahari pagi ini. Disekelilingnya telah banyak pengunjung yang mengerumuninya hanya untuk menikmati penampilannya yang cukup  mencuri perhatian.
Ku pejamkan mataku menikmati suasana ini, kuhirup dalam-dalam udara segar yang berhembus lembut membelai rambut panjangku. Pikiran ku melayang pada kejadian senin pagi di ruang makan rumah keluargaku, disinilah semua kepenatan pikiran ini bermula.
Dengan tiba-tiba Appa dan Omma menyampaikan kabar tak terduga kepadaku di tengah waktu makan pagi kami.


Flashback
“ Yoong, bagaimana dengan pekerjaanmu, apakah semua berjalan dengan baik “ tanya Omma sambil mengoleskan krim coklat di roti milik Appa.
“ ne Omma, everything is alright” jawabku sambil terus mengunyah roti selai coklatku sambil membolak balik kertas sketsaku yang aku buat tadi malam untuk salah satu  klienku.
“ Oh yaa Yoong “ kali ini giliran Appa yang bersuara  sambil meletakkan koran yang baru saja selesai dibaca di meja disamping piringnya.
“ ne Appa ? “ aku langsung mendongakkan kepalaku, memfokuskan perhatianku kepada Appa yang menatapku dengan wajah serius.
“ Sebenarnya kami berencana ingin memberitahu tentang sesuatu kepadamu “ kata-kata Appa membuatku mengerutkan keningku karena penasaran dan sedikit terkejut karena Appa jarang sekali berbicara tentang sesuatu dengan wajah seserius ini.
“ Ini adalah hal yang penting, dan kupikir ini adalah waktu yang tepat untuk kau mengetahuinya “ lanjutnya.
Aku mengalihkan padanganku kepada Omma yang juga menatapku dengan wajah serius, dia menganggukan kepalanya menyetuju.
Pikiranku mulai liar menebak-nebak kemungkinan apa saja yang akan disampaikan oleh Appa kali ini. Sampai sebuah pikiran gila terlintas dibenakku, Apakah mereka akan bercerai ? Kenapa mereka terlihat serius sekali ? Bukankan mereka baik-baik saja selama ini ? pikiran-pikiran ini mulai membuatku merasa takut akan terpisah dengan salah satu dari mereka, orang-orang yang paling aku cintai.
“ apa itu Appa ? “ aku menemukan kata-kataku lagi setelah beberapa saat yang lalu hilang di dalam alam pikiranku.
“ Kami telah sejak lama merencanakan hal ini, bahkan sejak kau masih bayi, Aku dan Ommamu telah merencanakan perjodohan untukmu dengan seorang anak laki-laki anak teman Appa” Appa menyampaikan hal ini dengan tenang dan hati-hati.
“ Oh... perjodohan ? “
“What...???”
Beberapa saat aku tak sadar bahwa tanganku telah membekap mulutku sendiri karena teriakan keras yang ku yakin  berasal dari diriku sendiri. Pikiranku kosong dan gelap.
  apa yang kau katakan ini Appa?” aku masih tidak percaya, ini bahkan lebih buruk dari pikiran-pikiran liarku beberapa saat lalu.
Tepat seperti apa yang kau dengar sayang....kami sudah merencanakan semua ini sejak awal, dan karena sekarang kalian telah berumur 25 tahun dan cukup dewasa, kami pikir ini adalah saat yang tepat untuk mewujudkan semua renacana ini” Omma menanggapi dengan wajah yang begitu lega dan ceria.
“ .......”
“ Kau tak perlu khawatir sayang, Appa jamin dia adalah pria yang baik dan dari keluarga baik-baik pula, selain itu dia juga tampan “ imbuh Appa dengan nada penuh keyakinan.
Aku menatap mereka tak percaya. Apa yang kami bicarakan ini sebenarnya, aku masih belum mampu menerima semua ini. Semuanya begitu mendadak dan cukup mengagetkan. Apalagi melihat wajah mereka yang begitu lega dan ceria. Seolah-oleh rencana perjodohan ini telah sukses besar.
“ehhmm... Appa, Omma, bolehkah aku memikirkan hal ini terlebih dahulu, semua ini terlalu mendadak untukku “ tanyaku dengan wajah yang mulai memucat.
“ Keuromyeon... Honey” sahut Omma lega.
“ aku sudah selesai, aku berangkat dulu Appa, Omma” aku bangkit membereskan barang-barangku dan mencium pipi kedua orang tuaku lalu cepat-cepat berlalu.
Mulai dari hari itu pikiranku tak pernah berhenti dari topik perjodohan yang telah direncanakan oleh keluargaku dan teman meraka itu. Aku tak habis pikir kenapa mereka harus membuat permainan semacam ini, apa yang ada dipikiran meraka sebenarnya saat merencanakan hal gila ini.
Flashback end

Aku masih menutup mataku ketika tiba-tiba ada tangan yang menarik tas selempangku dengan paksa.
Segera kubuka mataku dan saat itulah  ku mendapati dua orang lelaki dengan tampang preman menarik tasku, sedang berusaha merampokku.
“ yah.... Apa yang kalian lakukan ? “ aku berteriak kepada kedua orang itu dengan wajah panik.
“ Serahkan barang-barang berhargamu Nona, atau kami tak segan-segan melukaimu” mereka mencoba mengancamku sambil terus memegang satu sisi tali tas selempangku sementara yang lain ada di genggamanku.
“Yah... lepaskan tasku” aku masih berusaha menarik sisi tas ku yang lain tapi mereka juga melakukan hal yang sama.
“ Cepat serahkan sekarang, jangan berteriak atau aku akan benar-benar melukaimu “ salah satu pria dengan luka di wajahnya mengancamku dan mulai menarik pergelangan tanganku.
“Yah.... Tolong Aku....Tolong” aku semakin panik dan malah berteriak-teriak, sialnya karena tempat ini berada di sudut taman, tak banyak orang yang berlalu lalang. Aku mulai merutuki diriku sendiri kenapa memilih duduk di tempat sepi seperti ini tadi, Aishh,,,,Pabo Yoong!!
“ Yahh....”
Tiba-tiba dari arah belakang kedua pria preman itu ada seorang pria muda mungkin seumuran denganku berteriak sambil menurunkan tas besar dari pundaknya.
Kami bertiga menoleh ke arah sumber suara itu, aku langsung merasa lega karena  ada yang mendengar teriakanku dan mungkin akan menolongku dari dua pria brandal ini. Thanks God.
Pria dengan luka di wajah tadi melepaskan genggamannya dari tanganku dan satu pria kurus melepaskan pegangannya dari salah satu sisi tas yang tadi kami perebutkan.
Pria muda itu dengan tenang meletakkan tas besarnya di tanah ketika kedua brandal tadi mendekat padanya.
“ apa maumu pria muda , apa kau ingin jadi pahlawan kesiangan untuk gadis itu? “ tantang si pria kurus.
Dia melirik padaku sekilas dan kembali menatap kedua pria tadi dengan tenang tak ada ketakutan sedikitpun dimatanya, sangat fokus dan dingin.
Tidak, aku bahkan tidak mengenalnya, tapi ku tadi lihat kau mencoba  menyakitinya, aku hanya tak suka melihat itu ?  katanya dengan nada yang sama dingin dengan tatapannya.
kalau begitu pergilah, ini bukan urusanmu “ kata si pria dengan luka wajah itu dengan nada sengit dan mulai melayangkan tinju ke wajah pria muda itu, mencoba memberikannya pelajaran karena telah mengacaukan urusan meraka.
Beruntung dia mampu menepis dan membalas dengan satu tinju tepat di pipinya.
Pria kurus maju dan mencoba melayangkan tinju pada perut pria muda itu tapi dengan cekatan dia telah mengunci tangan si kurus di balik punggungnya dan melemparkannya pada temannya yang telah tersunggkur di tanah dengan sudut bibir yang berdarah.
Si kurus dengan sigap kembali berdiri dan mencoba lagi melayangkan tinjunya pada wajah pria muda itu tapi sedetik kemudian dia malah berteriak keras dan memegangi hidungnya yang berdarah, dalam sekejap dia telah mendapatkan satu tinju di hidungnya oleh sang pria muda itu.
Kedua berandal itu langsung lari tunggang langgang tak berani memandang kebelakang sedikitpun, menyelamatkan diri meraka.
Aku masih terasing di sudut taman dan dengan mulut ternganga menyaksikan perkelahian yang baru saja terjadi antara pria muda dan dua pria berandal.

Jonghyun POV
Sudah dua hari ini aku berkelana bersama gitar kesayanganku ini. Aku bahkan meninggalkan dompet dan ponselku dirumah. Ini bisa disebut dengan melarikan diri. Aku hanya ingin menenangkan diriku sejenak karena masalah kantor dan rencana gila yang dilontarkan Appa dan Ommaku seminggu yang lali. Kenapa aku tak memilih melepas penat di Vila atau Resort kami, Aku sudah tahu kalau mereka pasti akan datang dan menganggu kesenanganku, entah itu orangtua ku ataupun teman-teman dekatku. Yang aku butuhkan adalah hanya sendiri sekarang ini.
Dan disinilah aku pagi ini, demi mendapatkan uang untuk makan pagi ini aku mencoba keberuntunganku dengan menyanyi diiringi gitar ditengah taman kota. Sebenarnya aku cukup percaya diri dengan suaraku, dan tampangku juga mungkin, he. Tapi aku tak pernah menyanyi di depan umum sebelumnya, ini yang membuatku sedikit gugup. Beruntung pengunjung taman ini cukup menyukai penampilan ku, karena kulihat semakin banyak yang berkumpul untuk menonton aksiku.
Kadang-kadang bermain musik dapat membuatku melepaskan penatku dari rutinitas kerja di perusahaan. Proyek-proyek besar membutuhkan perhatian yang besar pula sehingga menguras pikiran dan waktu istirahatku. Tak heran aku memiliki mata panda ini, bahkan akan lebih parah ketika ada proyek-proyek besar yang harus di kerjakan hingga larut malam, bahkan hanya menyisakan waktu istirahat untukku 3 jam saja dalam sehari.
Belum habis pikiran ku tercurah pada proyek besar hotel di pulau Jeju, tiba-tiba Appa memberikan kabar yang begitu mengejutkan dan langsung menyita setengah dari konsentrasiku pada proyek besar itu.

FlashBack
“Jongie-ah....Appa ingin bicara denganmu “ Ku lihat wajahnya serius sekali, kami berada di ruang kerjanya sekarang. Apakah ada masalah dengan proyek yang aku tangani kali ini ? pikirku.
“ne... Appa ? waeyoo....Apakah ada masalah dengan proyek di Jeju ? jawabku tak ingin terus berspekulasi.
“ Aniyaa.... Gwaenchana....proyek di Jeju baik-baik saja” sergah Appa ku cepat.
Jadi ada apa Appa...?” aku semakin penasaran.
“ Appa ingin memberitahumu, kita sekeluarga akan mengadakan makan malam dengan keluarga teman  Appa 3 minggu lagi”
“Ehh... ne Appa. Apakah ada yang ingin Appa minta untuk ku kerjakan sehingga Appa memberitahuku soal ini ?” aku bingung kenapa Appa memberitahuku soal makan malam keluarga seperti ini, apa hubungannya dengan ku ?
“ Dan makan malam itu akan membahas soal perjodohanmu dengan anak perempuan mereka yang telah kami rencanakan sejak lama” kata Appa kemudian dengan wajah penuh senyum.
“......”
Ku tatap wajahnya hingga beberapa saat. Pikiranku kosong antara bingung dan tak habis pikir betapa gilanya ini.
 “ Waeyoo....??? kenapa Appa melakukan hal itu??? Aku langsung memasang wajah cemberut seperti anak kecil tak terima diperlakukan seperti ini.
“Waeyoo ??? shireoyoo ??? “ jawab Appa ku dengan tampang mengejek.
“Aishhh....”
“ Selain karena ini sudah direncanakan sejak lama, Aku dan Omma mu juga ingin kau menghentikkan sifat playboy gilamu itu, Kau sudah akan menjadi CEO sekarang, maka bersikaplah yang baik, arraseo...” Appa menjawab dengan wajah sedikit kesal padaku.
Aku bukan Playboy sebenarnya, hanya saja wanita-wanita itu yang memaksa ku untuk pergi berkencan dengan mereka. Ini bukan salahku. Aku benar-benar tak bersalah.
“ Aishhh Molla..” aku langsung beranjak pergi dengan bibir mengerucut berlalu dari ruangannya.
“ Aishh bocah ini.....aku heran kenapa perusahaan ini bisa maju di tangan bocah childist seperti dia....Aigooo...uri adeul tetap saja bersikap seperti anak kecil ketika dia merasa sangat kesal” gerutunya samar diikuti tawa.
Flashback end

Dua lagu ku nyayikan dengan iringan akustik, dua lagu ciptaanku sendiri, My Love dan Starlit Night . Aku sebenarnya mempunyai keinginan besar di dunia musik sama seperti kakak lelakiku, Lee JongHoon. tapi aku sebagai salah satu anak kebanggan Appa dan tergolong anak yang penurut maka aku memilih memegang perusahaan Konstrusksi yang kini dikelola olehku dan Appa, ketimbang mengelola gedung theater musik yang kini dikelola oleh kakak lelakiku yang tak ingin melepaskan passion besarnya di dunia musik. Appa menghargainya dan aku juga memberi support ku sebagai dongsaeng yang baik.
Setelah para pengunjung yang menonton pertunjukanku meletakkan uang dalam gitar case ku, aku kemudian merapikan barang-barangku dan segera beranjak pergi untuk mencari pengganjal perutku pagi ini.
Aku memilih melintasi sudut taman yang sepi dengan rencana ingin sekedar berjalan-jalan sejenak melepas penat, aku berpapasan dengan seorang wanita muda yang duduk di sebuah bangku di bawah pohon dengan mata terpejam.
Apakah wanita ini sedang tidur, kenapa dia bisa tidur di taman seperti ini. Aku yang tak begitu tertarik langsung melanjutkan langkahku untuk mencari cafe terdekat untuk mengisi perutku yang mulai berteriak kelaparan.
Belum berapa jauh aku melangkahkan kaki melewati gadis tadi, aku mendengar suara gaduh dari arah dimana gadis tadi berada Seperti teriakan meminta tolong yang dia teriakan dengan nada panik. Aku langsung memutar badanku untuk melihat apa yang tengah terjadi. Dan yang kulihat adalah gadis tadi sedang memegangi sebelah tas selempangnya sementara sisi yang lain di tarik erat oleh dua pria berandal, sementara salah satu tangan san berandal memegang erat pergelangan tangan gadis itu.
Aku putuskan untuk berjalan mendekati mereka.
“Yahh.....”
Kemudian yang terjadi Kami terlibat sedikit perkelahian, aku melawan dua berandal tadi yang kini telah tersungkur di tanah karena tinjuku yang mendarat masing-masing di pipi dan hidung mereka. Terimaksih atas keahlianku di bidang ini. Aku pernah mempelajari Judo dan Taekwondo  bahkan masih melakukannya beberapa kali. Jadi aku dengan mudah bisa melumpuhkan mereka yang hanya memiliki keahlian yang sedang-sedang saja.
Aku berbalik dan memungut tas gitarku yang tadi ku letakkan di tanah, dan sekilas memandang gadis tadi yang kini berdiri mematung dengan mulut terbuka. Entahlah mungkin dia merasa terkesan dengan keahlianku melumpuhkan berandalan tadi. Tanpa menunggunya tersadar dari kekagetannya, aku langsung beranjak pergi untuk menuju salah satu cafe untuk menyantap sarapan pagi ku sebelum aku merasa kesal karena perut yang kosong ini. Ini adalah kebiasaanku bila aku sedang lapar, selalu merasa kesal dan Bad Mood.

Yoona POV
Aku tersadar dari keterkejutanku atas insiden perkelahian yang beberapa saat lalu terjadi di depan mataku. Mataku menatap sosok lelaki muda yang tadi menyelamatkan ku dari para berandalan itu beranjak mengambil tas besarnya dan menyelempangkan dipundaknya. Dia berjalan menuju keluar taman. Tanpa basa-basi aku langsung mengikutinya dengan tujuan ingin berterimakasih atas kebaikannya telah menolongku.
“ Hei....Gomawoyo telah menolongku “ kataku saat aku berhasil menyamai langkahnya yang berjalan santai. Aku menatap wajahnya dengan senyum paling manis. Huachh.... ternyata dia memiliki wajah yang tampan.
“......” dia hanya melirik ku sekilas dan kemudian kembali menatap kedepan terlihat tidak tertarik dengan keberadaanku.
“ apakah kau terluka ? “ aku mencoba mengganti topik dan menanyakan tentang keadaanya, meski aku tahu kalau dia tidak sedikitpun terkena pukulan berandalan tadi.
“.....” dia masih juga tak merespon dan tetap berjalan sambil sesekali membenarkan letak tas besar di pundaknya. Aku sedikit penasaran apa sebenarnya itu, terlihat seperti sebuah tas yang biasa digunakan untuk membawa instrumen musik, seperti gitar mungkin.
“ Bagaimana kalau aku mentraktirmu di cafe dekat sini, anggap saja sebagai ungkapan rasa terimakasihku kepadamu “ aku masih mencoba untuk mendapatkan perhatiannya, setidaknya dia mau menerima ucapan  terimakasihku kepadanya.
“ Yahh...Nona, berhenti mengikutiku, kau tahu, kau telah menggangguku, tak perlu sok baik, dan kau bisa pergi  sekarang” tiba-tiba dia berhenti dan meneriakiku dengan tampang kesal.
Apa aku membuatnya begitu kesal, padahal kan aku hanya ingin.....
Kami berhenti tepat di depan sebuah café dan saat dia melirik plat nama tempat itu dia langsung menatapku dengan tatapan yang membuatku heran.
“ kau benar ingin mentraktirku ? “ tanyanya tiba-tiba dengan tampang yang dingin.
“ ehh,...N..Ne “ jawabku sedikit terbata.
“ Oke, kau bisa membelikanku kopi dan kue di cafe itu “ dia menunjuk Cafe di belakangnya dengan ibu jari tapi pandanganya masih tak beranjak dariku.
Dan dengan cueknya dia langsung melangkah meninggalkanku yang masih mematung disana dan masuk kedalam cafe.
“ aigoo, tadi dia sendiri yang mengatakan tak ingin menerima tawaranku, tapi sekarang lihat apa yang dia lakukan, benar-benar bertolak belakang “ omelku dengan nada yang rendah berharap dia tak akan mendengarnya, tapi kemudian dia menoleh padaku dengan pandangan yang tajam sebelum membuka pintu cafe.
“Ahh Ne.... aku akan membelikan kopi dan kue mu, kau bisa menunggu sambil memilih tempat duduk” kataku sambil nyengir setelah mendapat tatapan mematikan darinya.
“ Uhhh.... kenapa dia terus saja memandangku seperti itu” aku terus mengomel sendiri ketika berjalan menuju konter pemesanan.
Sambil menunggu pesananku siap, pikiranku terus saja berkelana  memikirkan lelaki itu, sesekali mencuri pandangan padanya yang memilih tempat duduk di dekat jendela yang menghadap langsung ke jalanan, dia terus saja melihat kearah jendela tanpa memperhatikan sekitarnya yang nampak beberapa wanita yang sedari tadi memperhatikannya. Dia memang tampan , aku mengakuinya tapi sikapnya membuatku sedikit tak rela menyebutnya sebagai lelaki idaman.
Matanya yang tajam dan kulitnya yang seputih susu membuatnya terlihat seperti Vampire. Jika kau ingat film drama romantis Twilight, Sang vampire tampan Edward Cullen, seperti itulah dirinya. Rambutnya yang coklat kemerahan melengkapi wajahnya yang sempurna.
“ Nona, ini pesanan anda” sang pelayan memberikan aku dua buah Kopi dan dua buah kotak dengan masing-masing terdapat 2 buah cupcake didalamnya. Aku tersadar dari lamunanku dan langsung membayar pesananku.
Segera Kuhampiri lelaki itu dan meletakkan kopi dan kotak cupcake di depan nya.
Dia mengalihkan pandangannya dari jendela kearah kopi dan cupcake di depannya. Wajahnya sedikit bersinar.
Dia langsung menyesap kopi hangat itu dan membuka bungkus cupcake dan memakannya dengan lahap seperti orang yang tidak makan semalaman.
Aku melihatnya dengan takjub. Lelaki yang tadi menatapku dengan mematikan itu kini menjelma menjadi seorang anak laki-laki kecil yang begitu bersemangat karena mendapatkan makanan kesukaannya.
“ Makanlah dengan hati-hati, tak akan ada yang akan merebut makanan itu darimu “ tanpa sadar aku mengingatkannya.
“ perhatikan saja makanan mu sendiri tak usah pedulikan aku “ jawabnya masih terus mengunyah cupcake nya dengan semangat.
“ aishh....” omelku.
Aku menyapukan pandanganku sekeliling ruangan ini, aku melihat wanita-wanita yang sedari tadi memperhatikan lelaki itu menatapku sambil berbisik-bisik tak jelas. Aishh mereka semakin membuatku jengkel saja.
Jadi kuputuskan untuk memperhatikan jalanan lewat jendela di sebelahku, sambil menikmati cupcake ku.
Lelaki ini telah menghabiskan 2 cupcake nya dalam waktu singkat, dan sambil menyesap kopinya dia menatapku dengan intens. Aku yang menyadarinya langsung mengalihkan pandanganku dari jalanan dan membalas tatapannya.
“ Apa kau begitu pelitnya, kau bahkan hanya membelikanku 2 cupcake dan 1 kopi saja setelah apa yang aku lakukan untukmu tadi “ dia mulai komplain dengan makanannya dengan wajahnya yang kesal dan terus saja menyesap sisa kopinya.
“ So, what do you want ?? kau ingin aku membelikan mu cupcake dan kopi lagi “ tanyaku tak kalah kesalnya.
Orang ini benar-benar telah membuatku kesal, sebelumnya dia menolak niatku dengan mengesalkan dan sekarang dia malah menginginkan lebih dengan sama mengesalkannya juga. Aishhh....
Dia menapaku dengan tajam tanpa menyahut sedikitpun. Aku seakan bisa mengerti apa maksudnya itu.
“ arrasoo.... arrasoo... aku akan membelikan satu lagi untukmu “ putusku menolak untuk memulai perdebatan.
Aku langsung beranjak dari kursiku sambil mengomel sepanjang perjalanan menuju konter pemesanan.
“ aiisshhh... 2 cupcake bahkan tak cukup untuknya. Apakah dia benar-benar doyan makan, atau dia sedang kelaparan sekarang, aku benar-benar tak habis pikir” gerutuku dalam hati.
Setelah beberapa menit aku kembali dengan membawa satu cup kopi dan satu bungkus cupcake lagi ditanganku. Sesampainya aku dimeja kami, aku mendapati kopiku telah berada di tangannya, dan dia telah menyesapnya.
“ apa yang kau lakukan dengan kopiku ? “ aku bertanya dengan terkejut.
“ kau lihat, aku sedang meminumnya, kau lama sekali, jadi aku tak punya pilihan lain” jawabnya tanpa perduli dengan wajahku yang kaget setengah mati.
Apa dia tidak tahu kalau aku telah menyesap kopi itu sebelumnya, meski hanya sedikit.
“ apa kau akan berdiri terus disana dan tak ingin memberikan cupcake ku “ tanyanya membuatku kembali ke realita.
Aku tersadar dan langsung mengangsurkan cupcake di tanganku kepadanya. Dia langsung memakannya sama lahapnya dengan satu bungkus pertama tadi. Dia benar-benar kelaparan ku pikir.
Kami menikmati makanan kami masing-masing dalam diam. Dan kami memilih melemparkan pandangan kami kearah jalan melalui jendela daripada memulai berbicara satu sama lain.
Kami telah menyelesaikan makanan kami tepat jam menunjukkan pukul 01.30 siang. Aku pikir ini adalah makan pagi tapi kami bahkan telah melewatkan makan siang disini hanya dengan kopi dan cupcake saja. Tempat yang nyaman ini yang mungkin membuat ku lupa waktu.
Saat kami melihat kearah jalanan, tiba-tiba saja lelaki tadi seperti tersentak saat memandang seseorang atau mungkin bahkan beberapa orang yang dengan tergesa-gesa berlalu lalang di jalanan.
Kemudian aku melihatnya beranjak dengan terburu-buru sambil mengomel tak jelas.
“aishhh....”

Jonghyun POV
Gadis itu terus saja mengikutiku dan membuatku merasa kesal. Dia bahkan dengan tampang sok baik, ingin mentraktirku karena aku telah menolongnya tadi.
Saat kami berdua melintas di depan sebuah cafe tiba-tiba saja aku mempunyai sebuah ide. Aku memintanya membelikanku  kopi dan cupcake. Bukan aku tak ingin membeli makananku sendiri tapi aku hanya tak ingin makan sendiri, aku tak pernah melakukannya jika sedang berada di rumah. Walaupun sangat mengesalkan tapi gadis itu cukup cute juga.
“ aigoo, beberapa waktu lalu dia sendiri yang mengatakan tak ingin menerima tawaranku, tapi sekarang lihat apa yang dia lakukan, benar-benar bertolak belakang “
Aku mendengarnya mengomeliku ketika menuju konter pemesanan, itu tak ayal membuatku menyunggingkan senyum kecil.
Dia memang benar-benar cute ketika sedang kesal.
Saat dia menghampiriku dia membawa se-cup kopi dan sebungkus cupcake, aku langsung memakannya dengan sangat lahap. Aku benar-benar sangat lapar waktu itu.
Sampai aku mendengar dia berkata begitu lembut dan concern.
“ Makanlah dengan hati-hati, tak akan ada yang akan merebut makanan itu darimu “
Aku sebisa mungkin tak bersemu merah, aku benar-benar terkejut ketika dia mengatakan hal itu padaku. Maka untuk menetralkan rasa terkejutku, aku sebisa mungkin menjawabnya dengan cuek tanpa melihat kearahnya dan sepertinya itu cukup berhasil.
Hanya 2 cupcake sepertinya tak cukup untuk meredam perutku, maka aku memintanya membelikanku 2 cupcake lagi, dan dengan omelan yang hampir sama ketika pertama kali dia beranjak menuju konter pemesanan.
Aku menyesap habis kopi di tanganku, dan aku merasa kurang, maka aku meraih sebuah cup lain milik gadis itu dan langsung menyesapnya tanpa berpikir. Baru kusadari setelah aku menyelesaikan sesapan pertamaku. Kopi ini terlihat masih utuh tapi aku sempat melihanya menyesapnya tadi. Ommo... apakah aku telah melakukan indirect kiss dengannya.
Belum kembali dari kekagetanku dengan aksiku sendiri dia datang dengan tampang yang tak kalah terkejutnya, hampir-hampir tak percaya.
“ apa yang kau lakukan dengan kopiku ? “
Dia benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Omoo apakah dia berpikiran sama deganku.
Aku langsung menjawabnya dengan santai tanpa memperlihatkan sedikitpun rasa kagetku.
Kami menikmati makanan dalam diam.
Sampai saat aku mendapati beberapa orang dengan seragam tuxedo hitam berjalan dengan tergesa-gesa dengan membawa alat komunikasi di tangan mereka.
“ aishh....” Omelku...
Aku sepertinya tahu siapa mereka. Tak lain dan tak bukan mereka adalah orang-orang yang diperintahkan untuk mencariku yang sudah dua hari tak pulang kerumah ini.
Aku beranjak tanpa melihat kearah gadis itu, dan langsung menuju konter pemesanan dan meminta mereka menunjukkan jalan belakang dari cafe ini. Aku melihat mereka sedikit ragu, tapi aku memaksa mereka memberitahukanku. Aku tak punya pilihan lain, aku harus cepat melarikan diri sebelum di tangkap orang-orang suruhan itu. Aku belum ingin kembali kerumah saat ini.
Begitu keluar dari cafe ini melalui pintu belakang aku langsung berlari menuju belakang taman yang tadi kudatangi, yang lumayan sepi dan tertutup. Disana terdapat sebuah pohon besar terletak di pinggir danau dan sebuah bangku kecil tepat di bawahnya.
Aku terus berlari dan sesekali melihat kebelakang, memastikan bahwa orang-orang suruhan itu tak menemukanku.
Terakhir kali aku melihat kebelakang sebelum mencapai pohon besar itu, aku mendapati gadis itu mengikutiku sambil berlari, dan dari kejauhan sekilas aku melihat orang-orang bertuxedo itu berlalu lalang dan mengedarkan pandangan kesekitar.
Aku kaget dan langsung menarik gadis tadi yang telah mendekat padaku. Sebelum di sempat mengucapkan apapun.
Kami bersembunyi di balik pohon besar itu, karena aku mendapati orang-orang yang mencariku tadi mulai melihat kearah taman ini.
“ Yah!!... apa yang kau lakukan “ protesnya
Tubuhnya tersandar pada batang pohon dan menghadapku. Aku berada tepat didepannya dengan jarak yang cukup dekat. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang cepat menyapu leherku.
Mungkin dia merasa kaget dan sedikit khawatir karena aku tak menjawab pertanyaannya, dan sekarang yang kulakukan malah membekap mulutnya. Dia langsung diam dan menatapku dengan intens, sementara mataku masih mengamati mereka dari balik pohon.
Beberapa menit kemudian, orang-orang tadi belum juga beranjak pergi dan masih berlalu lalang.
Aku merasakan tubuhnya bergerak dan mulutnya menggumamkan sesuatu, aku mengalihkan pandanganku sejenak kepadanya.
“ Bisakah kau melepaskan tanganmu dari mulutku, aku tak bisa bernafas” aku mendengarnya dengan samar-samar.
Aku masih juga tak melepaskan tanganku dan terus menatap intens pada matanya.
“ aku berjanji akan diam kalau kau melepaskannya, kumohon, aku sudah kehabisan nafas”  suaranya semakin melemah.
Aku dengan segera melepaskan tanganku dari mulutnya. Sedetik kemudian dia langsung merebahkan puncak kepalanya di dadaku, mencoba mengembalikan tenaganya dan menghirup udara sedalam-dalamnya.
Aku sempat terkejut tapi langsung mengalihkan pandanganku kembali pada orang-orang tadi. Tak kudapati lagi mereka berlalu lalang, kuputuskan menunggu sebentar lagi untuk memastikan bahwa mereka telah pergi.
Setelah beberapa saat aku beralih dari hadapan gadis itu yang telah menarik kepalanya kembali dan berdiri tegak, aku berjalan menuju bangku di bawah pohon dan duduk disana.
Gadis itu mengikuti langkahku.
“ kenapa kau mengikutiku tadi ??? “ aku yang penasaran semenjak tadi memutuskan untuk bertanya padanya.
“ Ini......kau meninggalkan barang mu di cafe saat kau buru-buru pergi” dia memberikan padaku tas gitarku. Aku baru ingat kalau aku benar-benar lupa kalau sedang membawa gitar bersamaku.
Aku mengambil alih tas gitarku dan meletakkanya disamping bangku.
Aku melemparkan pandanganku kearah danau yang ditimpa cahaya matahari yang mulai beranjak ke peraduan. Yah... saat ini adalah sunset yang sangat indah. Aku suka saat-saat seperti ini.

Yoona POV
Aku memberikan tas itu padanya, yang kemudian diletakkannya disamping bangku. Dugaanku benar bahwa itu adalah tas yang berisi alat musik, gitar.
Aku masih memandang wajahnya yang kini tengah memandang ke arah danau yang indah. Aku yang dari tadi sangat penasaran kemudian memutuskan untuk bertanya.
“ kenapa tadi kau buru-buru pergi dari Cafe, sampai meninggalkan barang mu “ tanyaku kemudian.
“ Bukan urusanmu “ jawabnya dingin tanpa mengalihkan pandangannya.
“ ....... apakah kau seorang pembunuh, aku seperti melihat beberapa orang terlihat seperti bodyguard berlalu lalang di jalan saat kau buru-buru beranjak pergi tadi“ tanyaku penuh selidik.
“ apa kau telah membunuh bos mereka ? apakah kau benar seorang pembunuh bayaran ?? “ tanyaku mulai berspekulasi terhadap keadaanya saat ini.
“ yah!!! Apa yang kau katakan ?? “ dia berseru padaku dengan wajah yang kesal. Kini perhatiannya telah teralih padaku.
“ kalau bukan, kenapa kau seperti tak ingin terlihat oleh mereka ??? “ aku masih memperhatikannya dengan alis tertaut dengan kadar penasaran yang cukup tinggi.
Aku hanya ingin tahu, apakah dia orang jahat atau bukan. Kalau dia benar-benar seorang penjahat aku harus segera menjauh darinya, aku tak ingin menjadi korban selanjutnya.
“ Mereka bodyguard Appa ku “ jawabnya dengan tenang dan kembali terfokus pada danau di depan kami.
“ apa kau melakukan kejahatan pada Appa mu sendiri ??”
“ aishhh....this girl. Kenapa kau masih saja menganggapku seorang yang jahat. Aku hanya kabur dari rumah itu saja”
Aku terkejut dengan pengakuannya. Benarkah dia sedang melarikan diri dari keluarganya sekarang. Memang kenapa ???
“ Jinjaaya.... aku pikir kau seumuran denganku, walaupun wajahmu terlihat lebih muda”
“ apa yang kau katakan ? apa hubungannya antara aku melarikan diri dan aku seumuran denganmu ??”  dia bertanya heran.
“ aku berumur 25 tahun sekarang, dan melarikan diri bukan hal yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang cukup dewasa seperti itu” kataku menjelaskan.
“ aku memang seumuran denganmu, dan tunggu apakah kau sedang mengejekku sekarang ?”
Oh mata itu lagi. Berhentilah menatapku begitu. Aishhh....
“ Aniyaa.... aku hanya mengungkapkan pendapatku saja” aku berpaling menghindari tatapan matanya.
“ lalu kau sendiri kenapa berada di taman pagi-pagi sekali, dan aku melihatmu memejamkan mata. Apa kau juga sedang melarikan diri sama sepertiku?? “ dia berbalik bertanya padaku.
“ Aniyaa.... aku bukan orang sepertimu. Aku hanya sedang pusing dan aku butuh udara segar, makanya aku berada di taman pagi-pagi begitu. Dan aku bukan tertidur, aku hanya memejamkan mataku menikmati lagu yang dibawakan oleh seseorang ditaman tadi” jawabku menjelaskan kondisi ku yang sebenarnya.
“ achh... jadi kau sangat menikmati suaraku tadi “ kulihat dia memperlihatkan smirk nya.
Uh-Oh... dia memiliki lesung pipi ternyata, ohh kyeoptaa...
Huhhm apa yang baru saja kau pikirkan Yoona...... sadarlah!!!
“ ahhh jadi kau yang menyanyi di taman tadi . Suaramu memang bagus tapi tak kusangka yang memimiliki suara merdu itu bisa jadi sangat menyebalkan seperti ini , sugguh membuatku heran” kataku menumpahkan rasa kesalku pada sikapnya selama sehari bersamanya.
“ hmm... lalu kenapa kau melarikan diri dari rumah, apa masalahmu seberat itu ?? “ tanyaku kemudian
“ Hmm..... cukup berat” dia bergumam
“ Orang tua ku merencanakan perjodohan untukku dengan orang yang bahkan tak pernah ku kenal “ ucapnya mengungkapkan kondisi dibalik aksi pelariannya ini.
Aku cukup terkejut dengan pengakuannya, sepertinya masalahku tak jauh beda dengannya.
“ Benarkah...??? aku juga mengalami hal yang sama denganmu. Apakah semua orang tua jaman sekarang memang mempunyai pikiran gila seperti itu ???” tanyaku sambil menerawang ke langit senja yang memburatkan cahaya kuning kemerahan yang sangat menawan.
Aku mulai menerka nerka pemikiranku sendiri yang mulai berspekulasi mengenai keadaan yang sebenarnya  tengah kami alami.
“ aku pikir memang begitu, entahlah...”
“ lalu apakah kau sudah memutuskan untuk menerima atau menolak perjodohan itu, sepertinya kau tak se gila aku ketika memikirkan hal ini “ tambahnya kemudian
“ entahlah.... aku masih terus memikirkannya sampai sekarang “ jawabku singkat.

Jonghyun POV
Setelah percakapan singkat kami tadi, aku bisa melihat Kami berdua sepertinya memiliki masalah yang hampir sama, bahkan nyaris sama mungkin.
Setelah kata-kata yang terakhir diucapkannya, keadaan menjadi sunyi antara kami berdua. Kami  terus menatap kearah danau dan langit senja dihadapan kami tanpa ada satupun yang berencana memecah kesunyian. Seperti tak ingin melewatkan sedetikpun keindahan yang tercipta di depan mata.
Aku tak tahu ini akan menjadi kenangan atau akan terlupakan. Yang aku tahu aku merasakan kedamaian. Sejenak kulupakan pikiran yang selama beberapa hari ini membebani diriku, hati dan pikiranku.
Kurasakan udara berhembus ringan memainkan ujung rambut kami dengan riang.
Nafas surga seolah memberi restu pada semesta....
Tiba-tiba di saat yang sangat menyenangkan ini....
Plettaakkkk.......
“ accgghhhh..... what the.... “ aku berteriak kesakitan saat aku merasakan sebuah pukulan keras mendarat di kepala belakangku.
Aku menoleh diikuti gadis itu, kudapati hyung ku sudah berdiri di belakangku dengan beberapa bodyguard dibelakangnya.
“ Yah!! Hyung apa yang kau lakukan disini ?? “ tanyaku dengan terkejut mendapati kehadirannya.
“ Yah!! Kenapa kau berteriak padaku. Aku yang seharusnya bertanya , apa apa yang kau lakukan disini. Kau tak pulang selama dua hari dan disini kau sekarang”
“ Dan siapa nonna ini, apa kau memaksanya untuk lari bersamamu, kau tahu apa yang akan orangtuanya lakukan jika mengetahui hal ini nanti, kau mungkin akan dibunuh oleh mereka”
“ dan sebelum mereka melakukannya aku yang akan melakukannya terlebih dahulu, Aishh this Kid!! Sikap mu ini sangat merepotkanku kau tahu”
Hyungku terus saja menumpahkan kekesalannya padaku tanpa henti.
“ Yah! Hyung apa yang kau katakan, apanya yang memaksa, bahkan kami tak saling mengenal satu sama lain ” protesku karena tak terima dituduh seperti itu olehnya.
“ yah!! Kau benar-benar.....”
“ Nonna apakah dia berbuat sesuatu padamu, apakah dia telah merepotkanmu”
Hyungku mengalihkan pandangannya kepada gadis disebelahku yang sedari tadi menyaksikan perkelahian dua saudara ini dalam diam.
“ Ohhh...A..Anniyaa... dia tak melakukan apapun kepadaku,. Bahkan dia menolongku pagi ini, aku sangat berterimakasih kepadanya “ gadis itu mengungkapkan keadaan kami yang sebenarnya dengan sedikit nervous.
“ Ohh begitukah, aku minta maaf bila dia telah merepotkanmu nonna...”
Gadis itu terlihat heran dan tak menjawab apapun.
“ Lihat Hyung... aku tak melakukan apapun kepadanya, dan kenapa kau malah meminta maaf padanya?? “ aku yang merasa tak bersalah mulai protes kepada hyungku.
“ Aiggooo... tetap saja kau tak merasa bersalah hahh....”
“ Lihat apa yang kau perbuat, kenapa kau melarikan diri dari rumah seperti itu, kau tahu Omma tak henti-hentinya mengkhawatirkanmu walaupun Appa telah meminta semua bawahanya untuk mencarimu, dan bahkan Omma dan Appa memintaku menunda liburan akhir pekanku dengan Eonnie mu hanya untuk mencari bocah yang menghilang sepertimu”
“Aiggooo..... apa kau masih tak menyadari juga kalau kau seorang CEO sekarang, kau bahkan tak henti-hentinya bersikap kekanak-kanakan seperti ini”
“ Kadang akau masih saja tak bisa mempercayai saat Appa menceritakan bahwa beberapa tender besar kita didapatkan oleh hasil kerjamu.... aiggoo Dongsaengku satu ini benar-benar aneh dan kekanakan”
Hyungku kembali menumpahkan omelanya panjang lebar. Aku hanya bisa menunduk diam dan mengerucutkan bibirku kesal. Aishh...Dia benar-benar cerewet sekali.
“ Park-shii... tolong antarkan nonna ini sampai dirumahnya...”
“ Ne... Young master”
“ A..aniyya ajusshi .... Gwaenchana.... aku bisa pulang sendiri “
Gadis itu menolak tawaran hyungku dengan terbata.
“ Aniyaa.... kau harus pulang bersama mereka nonna, mereka tidak akan melakukan apapun padamu, kupastikan kau akan selamat sampai dirumahmu. Maaf aku tak bisa mengantarkanmu sendiri, aku harus segera membunuh bocah ini....”
Hyung mengalihkan pandanganya padaku dengan tampang kesal.
“ahh,,, ne... gamsahamnida “
Hyungku membalasnya dengan senyum dan anggukan.
“ pastikan dia selamat sampai tujuan “ katanya kemudian pada sang Bodyguard.
“ ne... algeseumnida”
“ kami pergi dulu nona, selamat sore “
“Jongie Kajja!!”
Dia beranjak setelah mengucapkan salam perpisahan pada gadis itu.
Aku melirik sekilas kearahnya dan meraih tas gitarku yang tadi kuletakkan disebelah bangku dan segera beranjak mengikuti Hyungku, sebelum dia akan berteriak-teriak lagi dengan kesal.

Yoona POV
Dia pergi mengikuti kakaknya setelah sempat melirik padaku sekilas.
Aku baru saja tersadar setelah merasa terasing dengan pertengkaran dua saudara laki-laki ini. Cara mereka bertengkar memang tak bisa dinalar dengan pikiran sehat. Keduanya sangat aneh dan lucu dalam waktu yang bersamaan.
“ mari nonna, kami akan mengantarkan mu pulang sekarang”
Seorang yang tadi dipanggil sebagai Park shii oleh kakak lelaki itu memberitahuku. Dia bersama beberapa orang berseragam sama mengantarkan aku pulang sesuai dengan yang diperintah kepadanya tadi.
Setelah sampai aku langsungkeluar dari mobil tepat didepan gerbang rumahku. Mereka lalu pamit pergi setelah aku mengucapkan terimakasih kepadanya.


-----------------------------------------------------------------------------------------
1 minggu kemudian
“ Yoongie-ah Pallinawa, kita bisa terlambat sampai di acara makan malam itu jika kau tak segera turun sekarang “ Eomma ku mulai mengomel dan berteriak-teriak dari lantai dasar.
Yeahh! Aku tak punya pilihan lain. Aku memutuskan untuk menerima rencana perjodohan ini berselang satu minggu sejak kejadian itu. Aku menerimanya lebih karena aku tak hanya ingin memenuhi keinginan orang tuaku, aku tak ingin mengecewakan mereka, aku terlalu mencintai mereka lebih dari pada diriku sendiri. Selain itu aku berpikir hal ini tak terlalu buruk, siapa tahu dia memang jodohku, siapa yang tahu. Well, pemikiran ini adalah hasil bujuk rayu Eommaku selama seminggu ini, dia terus saja mengungkapkan kemungkinan itu berkali-kali, bahkan sehari tak cukup sekali. Aiggoo!! Kenapa mereka begitu bersemangat, sebaik itukah calon menantu kalian.
“ Ne Eomma, aku akan turun sebentar lagi” Jawabku kemudian.
 Aku mematutkan diriku terakhir kali pada sebuah kaca besar di dalam kamarku. Aku berkata pada diriku sendiri dengan seulas senyum.
“ ini adalah yang terbaik”
Aku terus saja memastikan pada diriku sendiri bahwa semua ini akan baik- baik saja. Tenanglah Yoong!!
Di dalam mobil menuju kediaman tuan Lee aku terus saja memandang ke luar jendela.
Selama seminggu ini aku terus saja tak bisa menghilangkan pikiranku tentang lelaki yang aku temui di taman itu. Setiap pagi-pagi sekali ketika aku terbangun dari tidur, yang pertama kali aku ingat hanyalah dia. Pandangan dinginya, Tingkah childist nya, kulit pucatnya, senyum lesung pipi nya, aroma tubuhnya.... Ohh... Ini benar-benar telah membuatku gila. Ada apa denganku sebenarnya ?. bahkan aku tak tahu siapa dia sebenarnya, well aku hanya tahu namanya Jongie, hanya karena kakaknya memanggilnya seperti itu ketika mereka bertengkar waktu itu.
Beberapa saat kemudian, eomma memanggilku, membawaku kembali ke alam sadarku.
“ Yoongie-ah, kita sudah sampai, ayo segera turun “ eomma berkata dengan antusias dan senyum lebar. Tak salah lagi, ini pasti karena rencana yang telah lama mereka rencanakan akhirnya tercapai juga.
“ ne Eomma “ jawabku tak bersemangat
“ tenanglah Yoong, semua akan baik-baik saja, mereka semua adalah orang-orang yang baik , kau tak perlu nervous” Kata Appa ku mencoba menenangkanku.
Selangkah melewati pintu masuk sebuah mansion besar ini, kami disambut oleh dua orang pasangan suami istri, mereka sangat anggun dan berwibawa, tak salah lagi mereka adalah tuan dan nyonya Lee.
“ Yahh Im Taesan.... Sera-ah , lama sudah kita tak bertemu dengan kalian” Tuan dan Nyonya memeluk Appa dan Eomma ku. Mereka benar-benar akrab Huhh....
“ Yahh.... apa yang kau katakan, bukankah kita baru saja bertemu sebulan yang lalu”
“ hahahhahaa.....” mereka semua tertawa dengan riang seperti sedang menghadiri acara reunian SMA.
Dan aku disini berdiri mematung tak tahu harus berbuat apa.
“ Uoaahh.... apakah ini putri kalian Yoongie” tanya Nyonya Lee sambil memelukku
“ ahh Ne Nyonya Lee , Im Yoona Imnida” kataku memperkenalkan diri
“ eihhh... ada apa dengan sebutan nyonya Lee itu.... kau adalah anak ku juga, panggil aku Eomma juga seperti kau memanggil Eomma mu, arra ??”
“ Ehh... Ne eo..eo..Eomma” aku mengikutinya dengan terbata.
“ Omo.... How Cute!!” dia mencubit pipiku
Aigooo.... Nyonya ini... kenapa dia sepertinya telah familiar denganku, apakah dia memang begitu dekat denganku. Tapi aku seperti tak mengenal sosoknya. Tapi tunggu.... aku seperti pernah melihat sosok sepertinya ketika aku masih kecil. Dan tuan Lee ini, wajahnya terlihat sangat familiar dimana aku melihat wajah seperti in......
“ Jongie-ah cepat turun, Keluarga tuan Im sudah datang” tiba-tiba saja tuan Lee berteriak kearah lantai dua rumahnya.
Ohh!! Aku seperti mengenal nama itu. Dimana...dimana....dimana....Omo! Oh My... Tidak mungkin... tak mungkin dia.....
“ ne Appa “
Sesosok Lelaki turun dari tangga dengan dandanan yang rapi menuju kearah meja makan yang telah kami tempati,....
Sedetik kemudian pandangan kami bertemu.... Tidak!!! Itu benar dia.... Bagaimana bisa........
Kami bertukar pandang dengan wajah terkejut selama beberapa detik, waktu seolah berhenti berputar.
Tiba-tiba...

Jonghyun POV
“ Yah Jongie!! Tak sopan sekali kau ini. Apa kau begitu terpesona pada gadis ini sampai kau melihatnya seperti itu “
Suara Appa ku membuyarkan adu pandang ini.
 “ beri salam pada tuan Im, kau pasti sudah mengenalnya bukan, dia partner kita pemilik hotel Genie. “  katanya kemudian
“ Ahh ne.... Annyeonghaseyo Tuan dan Nyonya Im “ aku memberi salam  sambil menundukkan kepala. Yah aku telah mengenal mereka, karena sempat bertemu beberapa kali.
“ annyeong Jongie... kau semakin dewasa dan tampan sekarang” kata nyonya Im memuji ku.
 “ ah ne.... gamsahamnida” jawab ku malu-malu
“ Dan ini seorang designer muda, Nonna Im Yoona, putri Im Taesan samchon, yang akan dijodohkan denganmu.”
“ Annyeonghaseyo, Lee Jonghyun Imnida” akau memperkenalkan diri dengan sedikit gugup tak berani menatapnya.
“ Annyeonghaseyo Im Yoona Imnida” jawabnya dengan gugup pula.
“Aigoo.... kalian malu-malu sekali, relax saja” kata Appa ku mencoba mencairkan ketegangan diantara kami.
“ Jongie.... ini adalah anak yang pernah aku ceritakan padamu, anak yang pernah akan tertukar denganmu. Saat itu keranjang bayi kalian di rumah sakit terletak bersebelahan, dan Appa kalian salah mengambil bayi dalam keranjang kalian”
Eomma berhenti sejenak sambil memberikan tatapan tajam pada Appa ku yang hanya dibalas dengan senyum lebar olehnya. Begitu juga dengan nyonya Im.
 Benar. Kalian memang sangat mirip sekali saat itu. Tapi setelah kami mengamati tubuh anak kami, aku ingat jelas kalau dokter mengatakan kalau aku melahirkan seorang anak perempuan, tapi yang ada digendonganku saat itu adalah anak lelaki” giliran Nyonya Im yang mulai bercerita.
“ majayoo, aku langsung meminta Appa mu mencarimu, karena putraku sepertinya telah tertukar dengan seorang anak perempuan. Kami sangat panik saat itu” Eomma ku menambahkan.
“ kami akhirnya bertemu di ruang asal bayi itu tertukar dan kami saling menyadari kesalahan masing-masing dan tertawa bersama “ kini giliran tuan Im
“ semenjak saat itulah kami saling mengunjungi satu sama lain saat masih di rumah sakit, dan kami berteman setelahnya, tak ku sangka dia juga ternyata klien perusahaan kita, benar-benar sebuah kebetulah”
Kedua lelaki itu kemudian tertawa lepas bersama-sama dengan istri mereka juga.
Aku dan gadis itu hanya mampu diam tak berbuat apapun.
“ maka dari itu karena kita merasa kalian adalah anak kami bersama, maka kami merencanakan perjodohan ini” kata Eommaku kemudian.
Ahhh.... jadi begitukah asal usul perjodohan ini. Benar-benar mengherankan mereka semua, dan terlalu emosional sepertinya.
Mereka tetap melanjutkan cerita reuni itu dengan riang sambil menikmati makan malam.
Aku dan gadis itu masih saja diam menekuni makanan masing-masing.
“Ohh.... Hoonie Yurri-ah.... Waseoo ??” tanya eomma ku tiba-tiba pada dua orang yang baru sja datang.
“ Ne Eomma Appa “ jawab mereka bersamaan.
“ annyeonghaseyo Tuan dan Nyonya Im “ Hyungku memberi salam kepada pasangan itu dengan sopan diikuti anggukan Yurii Nonna.
“ Oh annyeong Honnie Yurri-ah....” jawab mereka riang.
“ Oh Designer Yoona, How are you ??” Yuri nonna tiba-tiba saja mengenali sosok yang duduk di samping Nyonya Im itu, dengan wajah terkejut.
“Ohh Annyeong Yurii Sunbae, I’m Fine” jawabnya tak kalah terkejutnya.
Yuri Nonna adalah kepala majalah LOOK , tentu saja dia sangat mengenal baik orang-orang dengan profesi designer dan semacamnya seperti itu.
“ Ohh Yoebo... apakah kau mengenal nonna ini....” tanyanya pada Yuri nonna, sepertinya dia telah mengenali sosok gadis ini.
“ tentu saja jagi... dia adalah designer hebat dan sering bekerja sama dengan majalah kami” ucap Yuri Noona antusias.
“ apa kau mengenalnya juga jagi ??” tambahnya kemudian dengan wajah bertanya.
“ Jongie bukankah dia Nonna yang bersamamu saat kau melarikan diri seminggu yang lalu, benarkan ???” Hyung tak menjawab malah mengalihkan pandangannya padaku.
“ tak salah lagi “ katanya kemudian mengalihkan pandanganya beberapa kali padaku dan juga gadis itu.
“ benarkah Jongie kau sudah mengenal Yoongie sebelumnya, tapi kenapa tadi kalian seperti tak mengenal satu sama lain ketika pertama kali bertemu “ tanya eomma padaku. Semua mata tertuju padaku kini. Tapi gadis itu tetap diam menunduk.
“ hmm... kami memang perah bertemu, tapi kami tak saling mengenal “ jawabku setelah beberapa saat terdiam.
Aku mengalihkan pandanganku padanya berharap dia akan membantuku menjelaskan situasi kami pada orang-orang yang memberi tatapan mengintimidasi padaku ini.
“ apa maksudmu Jongie ???” kini giliran Appa yang bertanya.
Aku diam tak menjawab dan tetap menapa gadis itu.
“ Yoongie-ah benarkah kalian pernah bertemu sebelumnya ?? “ kali ini tuan Im yang menanyakan kepada putrinya.
“ Hmmm... ne Appa, dia menolongku seminggu yang lalu dari ganguan beberapa berandalan, hanya itu saja. Dan benar katanya kalau kita tak saling mengenal “ katanya akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“ benarkah.... Aiggoo gomawo Jongie kau telah menolong Uri Yoongie” kata nyonya Im kemudian berterimakasih padaku.
“Uahh benar-benar sebuah Takdir. Tak salah aku merencanakan semua ini dari awal “ ucap eommaku dengan senyum secerah mentari.
“ jadi Eomma yang merencanakan semua ini dari awal ?? “ tanyaku pada eomma dengan wajah kesalku.
“ ne majayoo... eomma mu yang paling bersemangat dengan rencana ini semenjak awal “ jawab Appa tak kalah antusias.
“ dan Appa juga ikut-ikutan mendukung rencana ini ?? “ pandangan kesalku sekarang teralih pada Appa.
“ tentu saja, aku akan mendukung apapun yang dilakukan oleh My wife” jawabnya sambil merangkul pundak Eomma.
“Aishh benar-benar..... kau pasti melakukan hal itu hanya karena tak ingin Eomma marah padamu, benarkan. Aku tahu kalau kau tak akan pernah terlibat dalam hal-hal semacam ini kalau bukan karena sebuah paksaan.” Kataku menuduh Appa ku.
Well aku cukup tahu benar bagaimana sifat Appa ku. Aku adalah anak laki-laki yang paling mirip denganya, kurang lebih sifatnya sangat mirip denganku.
“ Pria-pria yang sudah beristri dirumah ini memang benar-benar memalukan, tak ada satupun yang berani pada istri mereka.” Ejeku kepada tentu saja pada Appa dan Hoonie Hyung.
“ Yah!! Apa maksudmu dengan semua lelaki beristri di rumah ini, aku tidak termasuk....” protes Hoonie Hyung tidak terima.
“ Benarkah ???.... kau bahkan tak pernah berani menatap mata Yurii nonna ketika dia marah saat kau melakukan kesalahan... sama seperti Appa juga ” kataku membalasnya dengan nada yang semakin mengejek.
“ Bukankan begitu Noona...Eomma ??? “ tanyaku kemudian beralih pada kedua wanita itu.
“ Ne.... majayoo... Thats Right” jawab keduanya sambil tertawa lebar diikuti semua orang tentu saja Miss Appa dan Hoonie Hyung yang kini telah memanyunkan bibir mereka.
“ Jongie-ah Kau benar-benar.... “
“ Aiisshhh.... kenapa kalian lebih menyanyai Jongie dari pada kami berdua, suami kalian “ Appa mulai protes pada Eomma dan Yuri Nonna.
“ tentu saja mereka akan lebih menyayangiku dari pada kalian, aku pria paling tampan di rumah ini”
Kataku bangga, karena telah mengalahkan dua orang sekaligus. Appa dan Hoonie Hyung. Aku tersenyum puas.
“ Aishh.....lihat saja saat kau sudah memiliki istri nanti.... aku tak sabar apa yang akan Yoongie lakukan nanti untuk mangatasi sifat kekanakanmu itu,... actually kaulah yang paling kekanakan diantara kita bertiga.... bukan begitu Hoonie...”
“ Keuromyeon Appa.... aku juga tak sabar untuk tertawa puas nanti melihat wajahnya.....”
“hhhahhaaahah”
Appa dan Honnie Hyung sepertinya bersekongkol untuk membalas dendam padaku. Aishhh....
Aku langsung mengerucutkan bibirku dan melipat lengan ku di depan dada. Mereka benar-benar membuatku kesal.
“ Aigooo... Orang-orang ini memang sangat memalukan sekali. Bagaimana bisa orang-orang pemegang perusahaan besar seperti mereka bisa bersikap sebegini kekanakannya.” Kata eommaku dengan nada yang sedikit sangsi.
“ maafkan sikap mereka Taesan, Sera, dan Yoongi, mereka memang selalu seperti itu ketika sedang bersama “ ucap Eomma ku meminta maaf.
“ Aihh... apa yang kau katakan Han Neul-ah.... mereka sangat lucu dan menggemaskan kau tahu “ jawabnya tuan Im santai sambil bergurau.
“ tak apa...aku malah akan sangat senang kalau Yoongie mempunyai keluarga baru seperti kalian, dia termasuk anak yang sedikit tertutup dan serius. Aku ingin dia lebih terbuka dan nyaman dalam keluarga seperti ini” jawab nyonya Im bijaksana.
“tentu saja kami akan membuat Yoongie nyaman dengan kami nantinya” ucap eommaku dengan antusias.
Mereka sepertinya benar-benar akan membuat semua rencana ini menjadi kenyataan. Lihat bagaimana mereka membicarakan semuanya dengan wajah secerah mentari pagi, seolah-olah hari ini adalah hari pernikahan kami.
Perbincangan ini terus berlanjut. Mereka terlihat sangat antusias tentu saja kecuali aku dan gadis bernama Yoona itu yang terus saja diam dan hanya sesekali menjawab dengan anggukan atau gelengan dan kalimat yang sangat pendek ketika ada yang menanyakan sesuatu padanya. Aku tak tahu dia memang orang yang pemalu atau dia sedang gugup saat ini. Entahlah.
Gadis ini.... gadis yang seminggu ini menggangu fikiranku. Hingga aku hampir beberapa kali tak mampu tertidur. Ada apa dengan dirinya sebenarnya, kenapa aku seperti ini ???
Dan benarkah dia adalah gadis yang akan dijodohkan denganku itu. Apakah ini benar-benar takdir..... aku tak tahu apa yang aku rasakan dan fikirkan sekarang. Aku terlalu bingung untuk menentukannya.

Yoona POV
“Jongie.... ajaklah Yoongie ke taman belakang. Kalian butuh mengobrol berdua agar kalian bisa saling mengenal satu sama lain “ kata tuan Lee setelah kami menyelesaikan makan malam kami.
Dan disinilah kami sekarang, di taman belakang rumah keluarga Lee, disana terdapat kebun bunga, Kolam renang, lapangan kecil dan sebuah ayunan, tak jauh seperti yang ada di rumah kami.
Kami berdua memilih duduk di ayunan sambil menghadap keatas. Disana langit sedang ditaburi beribu bintang yang bersinar anggun dan cantik.
Kami terdiam beberapa saat dan hanya memandang langit. Seolah tak inginkan melewatkan moment yang luar biasa ini. Pemandangan ini Sama indahnya dengan saat terakhir kita berjumpa.
“ jadi apa yang kau pikirkan tentang perjodohan ini, apakah kau sudah memutuskannya sejak pulang dari taman itu, hingga kau berada disini sekarang??”
Tanyanya tiba-tiba, aku melirik kearahnya tapi sepertinya dia tak beranjak dari langit malam ini.
“ hfmm...entahlah, ...sebenarnya aku masih terus memikirkannya hingga saat ini ... lalu bagaimana denganmu ??” aku berbalik bertanya padanya.
“ Sepertinya aku juga sama sepertimu.... aku mencoba untuk menerima semuanya karena rasa cinta dan sayangku pada orang tua ku, aku hanya tak ingin mereka kecewa...” jawabnya Tepat seperti apa yang aku pikirkan sebelumnya. Kami ternyata memiliki pemikiran yang sama mengenai hal ini.....
“ sepertinya kita memiliki pemikiran yang sama... lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini ?? “ tanyaku menanyakan pendapatnya...
“ haruskah kita melakukan perjodohan ini sesuai dengan apa yang mereka rencanakan ?? “ dia bertanya balik padaku dengan nada yang tenang dan seperti sedang berpikir.
“ Entahlahh.... haruskah ??? “ jawabku sambil menerawang.
Kami terdiam selama beberapa menit dalam pemikiran masing-masing.
“ tadi...bagaimana perasaanmu ketika kau tahu kalau aku adalah orang yang dijodohkan denganmu ??? “ dia tiba-tiba saja berbicara dan memandangku dengan  salah satu alis terangkat.
“ entahlah... aku hanya berpikir, ini adalah takdir atau apa ?? “ jawabku santai.
Kemudian Kami berdua tertawa ringan bersama.
Entahlah.... benar benar Entahlah...
Seperti yang kami katakan tadi... kami hanya masih akan terus memikirkanya.
Tapi hanya satu hal yang aku tahu saat pertama kali aku kembali bertemu dengannya hari ini....
Adalah.....
 Bahwa Takdir telah membawa kami bertemu dengan apa yang selama ini kami hindari.......
Entahlah.... ini benar-benar takdir atau hanya kebetulan biasa.....
~~~~END~~~~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar