One Day Memory
By BlossomJjong
Author : BlossomJjong a.k.a Seffya
Title : One Day
Memory
Main Cast : Im
Yoona & Lee Jonghyun
Desclaimer : The cast are belong to God and Themselves.
The story originally by me that imagination come from God.
Genre : Romance, family
Author Note : Sebelum
membaca FF ini tolong lihat reminder ini. Jangan berharap terlalu tinggi ya
soalnya ini adalah FF ku yang paling pertama banget. Banyak typo dan geje
dimana-mana… waspada…. Hehehe
Sunday Morning
Yoona POV
Thanks
God Its Sunday.... Seminggu ini aku merasa begitu lelah, lelah fisik dan pikiran. Beban pikiran
di tempat kerja juga di rumah membuat pikiranku penat dan hampir membuatku
stress. Meski begitu aku mencoba tetap bersikap profesional sebagai designer, aku
tak menginginkan klien ku merasa kecewa dengan hasil kerjaku yang tak
memuaskan. Jadi disinilah
aku pagi ini, pagi-pagi sekali aku telah duduk
disudut
taman kota yang sejuk dan nyaman. Aku telah merencanakan ini sejak lama, menghirup udara segar selain
udara kepenatan yang menghantuiku beberapa hari ini.
Di
tengah taman tampak
seorang pria muda dengan sebuah gitar ditangannya mendendangkan lagu merdu
selaras dengan kehangatan sinar matahari pagi ini. Disekelilingnya telah banyak
pengunjung yang mengerumuninya hanya untuk menikmati penampilannya yang cukup mencuri perhatian.
Ku
pejamkan mataku menikmati suasana ini, kuhirup dalam-dalam udara segar yang
berhembus lembut membelai rambut
panjangku. Pikiran ku melayang pada kejadian senin pagi di ruang makan rumah keluargaku, disinilah semua kepenatan pikiran
ini bermula.
Dengan
tiba-tiba Appa dan Omma menyampaikan kabar tak terduga kepadaku di tengah waktu
makan pagi kami.
Flashback
“ Yoong, bagaimana dengan
pekerjaanmu, apakah semua berjalan
dengan baik “ tanya Omma
sambil mengoleskan krim coklat di roti milik Appa.
“ ne Omma, everything is
alright” jawabku sambil terus mengunyah roti selai coklatku sambil membolak
balik kertas sketsaku yang aku buat tadi malam untuk salah satu klienku.
“ Oh yaa Yoong “ kali ini
giliran Appa yang bersuara sambil meletakkan koran yang baru saja selesai
dibaca di meja disamping piringnya.
“ ne Appa ? “ aku langsung
mendongakkan kepalaku, memfokuskan
perhatianku kepada Appa yang menatapku dengan wajah serius.
“ Sebenarnya kami berencana ingin memberitahu tentang
sesuatu kepadamu “ kata-kata Appa membuatku mengerutkan keningku karena
penasaran dan sedikit terkejut karena Appa jarang sekali berbicara tentang sesuatu
dengan wajah seserius ini.
“ Ini adalah hal yang
penting, dan kupikir ini adalah waktu yang tepat untuk kau mengetahuinya “ lanjutnya.
Aku mengalihkan padanganku
kepada Omma yang juga menatapku dengan wajah serius, dia menganggukan kepalanya
menyetuju.
Pikiranku mulai liar
menebak-nebak kemungkinan apa saja yang
akan disampaikan oleh Appa kali ini. Sampai sebuah pikiran gila terlintas
dibenakku, Apakah mereka akan bercerai ? Kenapa mereka terlihat serius sekali ?
Bukankan mereka baik-baik saja selama ini ? pikiran-pikiran ini mulai membuatku
merasa takut akan terpisah dengan salah satu dari mereka, orang-orang yang
paling aku cintai.
“ apa itu Appa ? “ aku
menemukan kata-kataku lagi setelah beberapa saat yang lalu hilang di dalam
alam pikiranku.
“ Kami telah sejak lama
merencanakan hal ini,
bahkan sejak kau masih bayi, Aku dan Ommamu telah merencanakan perjodohan untukmu
dengan seorang anak
laki-laki anak teman Appa” Appa
menyampaikan hal ini dengan tenang dan hati-hati.
“ Oh... perjodohan ? “
“What...???”
Beberapa saat
aku tak sadar bahwa tanganku telah membekap mulutku sendiri karena teriakan
keras yang ku yakin berasal dari diriku
sendiri. Pikiranku kosong dan gelap.
“ apa yang kau katakan ini Appa?” aku masih tidak percaya,
ini bahkan lebih buruk dari pikiran-pikiran liarku beberapa saat lalu.
“ Tepat seperti
apa yang kau dengar sayang....kami sudah merencanakan semua ini
sejak awal, dan karena sekarang kalian telah berumur 25 tahun dan cukup
dewasa,
kami pikir ini adalah saat yang tepat untuk mewujudkan
semua renacana ini” Omma menanggapi dengan wajah yang begitu lega dan ceria.
“ .......”
“ Kau tak perlu khawatir sayang, Appa jamin dia adalah pria yang baik
dan dari keluarga baik-baik pula,
selain itu dia juga tampan “ imbuh Appa dengan nada penuh keyakinan.
Aku menatap mereka tak
percaya. Apa yang kami bicarakan ini sebenarnya,
aku masih belum mampu menerima semua ini. Semuanya begitu mendadak dan cukup
mengagetkan. Apalagi melihat wajah mereka yang begitu lega dan ceria.
Seolah-oleh rencana perjodohan ini telah sukses besar.
“ehhmm... Appa, Omma,
bolehkah aku memikirkan hal ini terlebih dahulu, semua ini terlalu mendadak
untukku “ tanyaku dengan wajah yang mulai memucat.
“ Keuromyeon... Honey” sahut
Omma lega.
“ aku sudah selesai, aku
berangkat dulu Appa, Omma” aku bangkit membereskan barang-barangku dan mencium
pipi kedua orang tuaku lalu cepat-cepat berlalu.
Mulai dari hari itu
pikiranku tak pernah berhenti dari topik perjodohan yang telah direncanakan
oleh keluargaku dan teman meraka itu. Aku tak habis pikir kenapa mereka harus membuat
permainan semacam
ini, apa yang ada
dipikiran meraka sebenarnya saat merencanakan hal gila ini.
Flashback end
Aku
masih menutup mataku ketika tiba-tiba ada tangan
yang menarik tas selempangku dengan paksa.
Segera kubuka mataku dan saat itulah ku mendapati
dua orang lelaki dengan tampang preman menarik tasku, sedang berusaha
merampokku.
“
yah.... Apa yang kalian lakukan ? “ aku berteriak kepada kedua orang itu dengan
wajah panik.
“
Serahkan barang-barang berhargamu Nona, atau kami tak segan-segan melukaimu”
mereka mencoba mengancamku sambil terus memegang satu sisi tali tas selempangku
sementara yang lain ada di genggamanku.
“Yah...
lepaskan tasku” aku masih berusaha menarik sisi tas ku yang lain tapi mereka
juga melakukan hal yang sama.
“
Cepat serahkan sekarang, jangan
berteriak atau aku akan benar-benar melukaimu “ salah satu pria dengan luka di wajahnya mengancamku dan
mulai menarik pergelangan tanganku.
“Yah....
Tolong Aku....Tolong” aku semakin panik dan malah berteriak-teriak, sialnya karena tempat ini berada di
sudut taman, tak
banyak orang yang berlalu lalang. Aku mulai merutuki diriku sendiri kenapa memilih duduk di tempat sepi seperti
ini tadi, Aishh,,,,Pabo Yoong!!
“
Yahh....”
Tiba-tiba
dari arah belakang kedua pria preman itu ada seorang pria muda mungkin seumuran
denganku berteriak sambil menurunkan tas besar dari pundaknya.
Kami
bertiga menoleh ke arah sumber suara itu,
aku langsung merasa lega karena ada yang mendengar teriakanku dan mungkin akan
menolongku dari dua pria brandal ini. Thanks
God.
Pria
dengan luka di wajah tadi melepaskan
genggamannya dari
tanganku dan satu pria kurus melepaskan pegangannya dari salah satu sisi tas
yang tadi kami perebutkan.
Pria
muda itu dengan tenang
meletakkan tas besarnya di tanah ketika kedua brandal tadi mendekat padanya.
“
apa maumu pria muda , apa kau ingin jadi pahlawan kesiangan untuk gadis itu? “ tantang si pria kurus.
Dia
melirik padaku sekilas dan kembali menatap
kedua pria tadi dengan tenang tak ada
ketakutan sedikitpun dimatanya, sangat fokus dan dingin.
“
Tidak, aku bahkan tidak mengenalnya, tapi ku tadi lihat kau mencoba menyakitinya, aku hanya tak suka melihat itu
? katanya dengan nada yang sama dingin
dengan tatapannya.
“ kalau begitu pergilah, ini bukan urusanmu
“ kata si pria dengan luka
wajah itu dengan nada sengit dan mulai
melayangkan tinju ke wajah pria muda itu,
mencoba memberikannya pelajaran karena telah mengacaukan urusan meraka.
Beruntung
dia mampu menepis dan membalas dengan satu tinju tepat di pipinya.
Pria
kurus maju dan mencoba melayangkan tinju pada perut pria muda itu tapi dengan cekatan dia telah mengunci tangan si
kurus di balik punggungnya dan melemparkannya pada temannya yang telah tersunggkur di
tanah dengan sudut bibir yang berdarah.
Si
kurus dengan sigap kembali berdiri dan mencoba lagi melayangkan tinjunya pada
wajah pria muda itu tapi sedetik kemudian dia malah berteriak keras dan
memegangi hidungnya yang berdarah, dalam
sekejap dia telah
mendapatkan
satu tinju di hidungnya oleh sang pria muda itu.
Kedua
berandal itu langsung lari tunggang langgang tak berani memandang kebelakang
sedikitpun, menyelamatkan diri meraka.
Aku
masih terasing di sudut taman dan dengan mulut ternganga menyaksikan perkelahian yang baru saja terjadi antara pria muda dan
dua pria berandal.
Jonghyun
POV
Sudah
dua hari ini aku berkelana bersama gitar kesayanganku ini. Aku bahkan
meninggalkan dompet dan ponselku dirumah. Ini bisa disebut dengan melarikan
diri. Aku hanya ingin menenangkan diriku sejenak karena masalah kantor dan
rencana gila yang dilontarkan Appa dan Ommaku seminggu yang lali. Kenapa aku
tak memilih melepas penat di Vila atau Resort
kami, Aku sudah tahu kalau mereka pasti akan datang dan menganggu kesenanganku,
entah itu orangtua ku ataupun teman-teman dekatku. Yang aku butuhkan adalah hanya sendiri sekarang ini.
Dan disinilah aku pagi ini, demi
mendapatkan uang untuk makan pagi ini aku mencoba keberuntunganku dengan
menyanyi diiringi gitar ditengah taman kota. Sebenarnya aku cukup percaya diri
dengan suaraku, dan tampangku juga mungkin, he. Tapi aku tak pernah menyanyi di
depan umum sebelumnya, ini yang membuatku sedikit gugup. Beruntung pengunjung taman
ini cukup menyukai penampilan
ku, karena kulihat semakin banyak
yang berkumpul untuk menonton aksiku.
Kadang-kadang
bermain musik dapat membuatku melepaskan penatku dari rutinitas kerja di
perusahaan. Proyek-proyek besar membutuhkan perhatian yang besar pula sehingga
menguras pikiran dan waktu istirahatku. Tak heran aku memiliki mata panda ini,
bahkan akan lebih parah ketika ada proyek-proyek besar yang harus di kerjakan
hingga larut malam, bahkan hanya menyisakan waktu istirahat untukku 3 jam saja dalam sehari.
Belum
habis pikiran ku tercurah pada proyek besar hotel di pulau Jeju, tiba-tiba Appa
memberikan kabar yang begitu mengejutkan dan langsung menyita setengah dari
konsentrasiku pada proyek besar itu.
FlashBack
“Jongie-ah....Appa ingin
bicara denganmu “
Ku lihat wajahnya serius sekali, kami
berada di ruang kerjanya sekarang. Apakah ada masalah dengan proyek yang aku
tangani kali ini ? pikirku.
“ne... Appa ?
waeyoo....Apakah ada masalah dengan proyek di Jeju ? jawabku tak ingin terus
berspekulasi.
“ Aniyaa....
Gwaenchana....proyek di Jeju baik-baik saja” sergah Appa ku cepat.
“ Jadi ada apa
Appa...?”
aku semakin penasaran.
“ Appa ingin memberitahumu,
kita sekeluarga akan mengadakan makan malam dengan keluarga teman Appa 3 minggu lagi”
“Ehh... ne Appa. Apakah ada
yang ingin Appa minta untuk ku kerjakan sehingga Appa memberitahuku soal ini ?”
aku bingung kenapa Appa memberitahuku soal makan malam keluarga seperti ini,
apa hubungannya dengan ku ?
“ Dan makan malam itu akan
membahas soal perjodohanmu dengan anak perempuan mereka yang telah kami
rencanakan sejak lama” kata Appa kemudian dengan wajah penuh senyum.
“......”
Ku tatap
wajahnya hingga beberapa saat. Pikiranku kosong antara bingung dan tak habis
pikir betapa gilanya ini.
“ Waeyoo....??? kenapa Appa melakukan hal itu???” Aku langsung memasang wajah
cemberut seperti anak kecil tak terima diperlakukan seperti ini.
“Waeyoo ??? shireoyoo ??? “
jawab Appa ku dengan tampang mengejek.
“Aishhh....”
“ Selain karena ini sudah
direncanakan sejak lama, Aku dan Omma mu juga ingin kau menghentikkan sifat
playboy gilamu itu, Kau sudah akan menjadi
CEO sekarang, maka bersikaplah yang baik, arraseo...” Appa menjawab dengan
wajah sedikit kesal padaku.
Aku bukan Playboy
sebenarnya, hanya saja wanita-wanita itu yang memaksa ku untuk pergi berkencan
dengan mereka. Ini bukan salahku. Aku benar-benar tak bersalah.
“ Aishhh Molla..” aku
langsung beranjak pergi dengan bibir mengerucut berlalu dari ruangannya.
“ Aishh bocah ini.....aku heran kenapa
perusahaan ini bisa maju di tangan bocah childist seperti dia....Aigooo...uri
adeul tetap saja bersikap seperti anak kecil ketika dia merasa sangat kesal” gerutunya samar
diikuti tawa.
Flashback end
Dua
lagu ku nyayikan dengan iringan akustik, dua lagu ciptaanku sendiri, My Love
dan Starlit
Night . Aku sebenarnya mempunyai keinginan
besar di dunia musik sama seperti kakak lelakiku, Lee JongHoon. tapi aku sebagai
salah satu anak kebanggan Appa dan tergolong anak yang penurut maka aku memilih
memegang perusahaan Konstrusksi yang kini dikelola olehku dan Appa, ketimbang
mengelola gedung theater musik yang kini dikelola oleh kakak lelakiku yang tak
ingin melepaskan passion besarnya di dunia musik. Appa menghargainya dan aku
juga memberi support ku sebagai dongsaeng
yang baik.
Setelah
para pengunjung yang menonton
pertunjukanku meletakkan uang dalam gitar case ku, aku
kemudian merapikan barang-barangku dan segera
beranjak
pergi untuk mencari pengganjal perutku pagi ini.
Aku memilih melintasi sudut taman yang
sepi dengan rencana ingin sekedar berjalan-jalan sejenak melepas penat, aku
berpapasan dengan seorang wanita muda yang duduk di sebuah bangku di bawah
pohon dengan mata terpejam.
Apakah wanita ini sedang
tidur, kenapa dia bisa tidur di taman seperti ini. Aku
yang tak begitu tertarik langsung melanjutkan langkahku untuk mencari cafe terdekat untuk mengisi perutku yang
mulai berteriak kelaparan.
Belum berapa jauh aku
melangkahkan kaki melewati gadis tadi, aku mendengar suara gaduh dari arah
dimana gadis tadi berada Seperti
teriakan meminta tolong yang dia teriakan dengan nada panik. Aku langsung memutar badanku untuk
melihat apa yang tengah terjadi. Dan yang kulihat adalah gadis tadi sedang
memegangi sebelah tas selempangnya sementara sisi yang lain di tarik erat oleh
dua pria berandal, sementara salah satu tangan san berandal memegang erat
pergelangan tangan gadis itu.
Aku
putuskan untuk berjalan mendekati
mereka.
“Yahh.....”
Kemudian yang terjadi Kami
terlibat sedikit perkelahian, aku melawan dua berandal tadi yang kini telah
tersungkur di tanah karena tinjuku yang mendarat masing-masing di pipi dan hidung mereka.
Terimaksih atas keahlianku di bidang ini. Aku pernah mempelajari Judo dan
Taekwondo bahkan masih melakukannya
beberapa kali. Jadi aku dengan
mudah bisa melumpuhkan mereka yang
hanya memiliki keahlian yang sedang-sedang saja.
Aku
berbalik dan memungut tas gitarku
yang tadi ku letakkan di tanah, dan sekilas memandang gadis tadi yang kini berdiri mematung dengan
mulut terbuka. Entahlah mungkin dia merasa terkesan dengan keahlianku
melumpuhkan berandalan tadi. Tanpa menunggunya
tersadar dari kekagetannya, aku langsung
beranjak
pergi untuk menuju salah satu cafe
untuk menyantap sarapan pagi ku sebelum aku merasa kesal karena perut yang
kosong ini. Ini adalah kebiasaanku bila aku sedang lapar, selalu merasa kesal
dan Bad Mood.
Yoona
POV
Aku
tersadar dari keterkejutanku atas insiden perkelahian yang beberapa saat lalu
terjadi di depan mataku. Mataku menatap sosok lelaki muda yang tadi
menyelamatkan ku dari para berandalan itu beranjak mengambil tas besarnya dan
menyelempangkan dipundaknya. Dia berjalan menuju keluar taman. Tanpa basa-basi
aku langsung mengikutinya dengan tujuan ingin berterimakasih atas kebaikannya
telah menolongku.
“
Hei....Gomawoyo
telah menolongku “ kataku saat aku berhasil menyamai langkahnya yang berjalan
santai. Aku menatap wajahnya dengan senyum paling manis. Huachh.... ternyata
dia memiliki wajah yang tampan.
“......”
dia hanya melirik ku
sekilas dan kemudian kembali menatap kedepan terlihat tidak tertarik dengan
keberadaanku.
“
apakah kau terluka ? “ aku mencoba mengganti topik dan menanyakan tentang
keadaanya, meski aku tahu kalau dia tidak sedikitpun terkena pukulan berandalan
tadi.
“.....”
dia masih juga tak merespon dan tetap berjalan sambil sesekali membenarkan
letak tas besar di pundaknya. Aku sedikit penasaran apa sebenarnya itu,
terlihat seperti sebuah tas yang biasa digunakan untuk membawa instrumen musik,
seperti gitar mungkin.
“
Bagaimana kalau aku mentraktirmu di cafe dekat sini, anggap saja sebagai
ungkapan rasa terimakasihku kepadamu “ aku masih mencoba untuk mendapatkan
perhatiannya, setidaknya dia mau menerima ucapan
terimakasihku kepadanya.
“
Yahh...Nona, berhenti mengikutiku, kau tahu, kau telah menggangguku, tak perlu
sok baik, dan kau bisa pergi sekarang” tiba-tiba dia berhenti dan meneriakiku
dengan tampang kesal.
Apa
aku membuatnya begitu kesal, padahal kan aku hanya ingin.....
Kami berhenti tepat di depan sebuah café dan saat dia
melirik plat nama tempat itu dia langsung menatapku dengan tatapan yang membuatku
heran.
“
kau benar ingin mentraktirku ? “ tanyanya tiba-tiba dengan tampang yang dingin.
“
ehh,...N..Ne “ jawabku sedikit terbata.
“
Oke, kau bisa membelikanku kopi dan kue di cafe itu “ dia menunjuk Cafe di
belakangnya dengan ibu jari tapi pandanganya masih tak beranjak dariku.
Dan
dengan cueknya dia langsung melangkah meninggalkanku
yang masih mematung disana dan masuk kedalam cafe.
“
aigoo, tadi dia sendiri yang mengatakan
tak ingin menerima tawaranku, tapi sekarang lihat apa yang dia lakukan,
benar-benar bertolak belakang “ omelku dengan nada yang rendah berharap dia tak
akan mendengarnya, tapi kemudian dia menoleh padaku dengan pandangan yang tajam
sebelum membuka pintu cafe.
“Ahh
Ne.... aku akan membelikan kopi dan kue mu, kau bisa menunggu sambil memilih
tempat duduk” kataku sambil nyengir setelah mendapat tatapan mematikan darinya.
“
Uhhh.... kenapa dia terus saja memandangku seperti itu” aku terus mengomel
sendiri ketika berjalan menuju konter pemesanan.
Sambil
menunggu pesananku siap,
pikiranku terus saja berkelana memikirkan lelaki itu, sesekali mencuri
pandangan padanya yang memilih tempat duduk
di dekat jendela yang menghadap langsung ke jalanan, dia terus saja melihat
kearah jendela tanpa memperhatikan sekitarnya yang nampak beberapa wanita yang
sedari tadi memperhatikannya. Dia memang tampan , aku mengakuinya tapi sikapnya membuatku sedikit
tak rela menyebutnya sebagai lelaki idaman.
Matanya
yang tajam dan kulitnya yang seputih
susu membuatnya terlihat seperti Vampire. Jika kau ingat film drama romantis
Twilight, Sang vampire tampan Edward Cullen, seperti itulah dirinya. Rambutnya
yang coklat kemerahan melengkapi wajahnya yang sempurna.
“
Nona, ini pesanan anda” sang pelayan memberikan aku dua buah Kopi dan dua buah
kotak dengan masing-masing terdapat 2 buah cupcake didalamnya. Aku tersadar
dari lamunanku dan langsung membayar pesananku.
Segera Kuhampiri lelaki itu dan
meletakkan kopi dan kotak cupcake di depan nya.
Dia
mengalihkan pandangannya dari jendela kearah kopi dan cupcake di depannya.
Wajahnya sedikit bersinar.
Dia
langsung menyesap kopi hangat itu dan membuka bungkus cupcake dan memakannya
dengan lahap seperti orang yang tidak makan
semalaman.
Aku
melihatnya dengan takjub.
Lelaki yang tadi menatapku dengan mematikan itu kini menjelma menjadi seorang anak
laki-laki kecil yang begitu
bersemangat karena mendapatkan makanan kesukaannya.
“
Makanlah dengan hati-hati, tak akan ada yang akan merebut makanan itu darimu “
tanpa sadar aku mengingatkannya.
“
perhatikan saja makanan mu sendiri tak usah pedulikan aku “ jawabnya masih
terus mengunyah cupcake nya dengan semangat.
“
aishh....” omelku.
Aku
menyapukan pandanganku sekeliling ruangan ini, aku melihat wanita-wanita yang
sedari tadi memperhatikan lelaki itu menatapku sambil berbisik-bisik tak jelas.
Aishh mereka semakin membuatku jengkel saja.
Jadi kuputuskan untuk memperhatikan
jalanan lewat jendela di sebelahku, sambil menikmati cupcake ku.
Lelaki
ini telah menghabiskan 2 cupcake nya dalam
waktu singkat, dan sambil menyesap kopinya dia menatapku
dengan intens. Aku yang menyadarinya langsung mengalihkan pandanganku dari
jalanan dan membalas tatapannya.
“
Apa kau begitu pelitnya, kau bahkan hanya membelikanku 2 cupcake dan 1 kopi
saja setelah apa yang aku lakukan untukmu tadi “ dia mulai komplain dengan makanannya
dengan wajahnya yang kesal dan terus saja menyesap sisa kopinya.
“
So, what do you want ?? kau ingin aku membelikan mu cupcake dan kopi lagi “
tanyaku tak kalah kesalnya.
Orang
ini benar-benar telah membuatku kesal, sebelumnya dia menolak niatku dengan mengesalkan
dan sekarang dia malah
menginginkan lebih dengan sama mengesalkannya juga. Aishhh....
Dia
menapaku dengan tajam tanpa menyahut sedikitpun. Aku seakan bisa mengerti apa maksudnya itu.
“
arrasoo.... arrasoo... aku akan membelikan satu lagi untukmu “ putusku menolak untuk memulai perdebatan.
Aku
langsung beranjak dari kursiku sambil mengomel sepanjang perjalanan menuju
konter pemesanan.
“
aiisshhh... 2 cupcake bahkan tak cukup untuknya. Apakah dia benar-benar doyan
makan, atau dia sedang kelaparan sekarang, aku benar-benar tak habis pikir” gerutuku dalam hati.
Setelah
beberapa menit aku kembali dengan membawa satu cup kopi dan satu bungkus
cupcake lagi ditanganku. Sesampainya aku dimeja kami, aku mendapati kopiku
telah berada di tangannya, dan dia telah menyesapnya.
“
apa yang kau lakukan dengan kopiku ? “ aku bertanya dengan terkejut.
“
kau lihat, aku sedang meminumnya, kau lama sekali, jadi aku tak punya pilihan
lain” jawabnya tanpa perduli dengan wajahku yang kaget setengah mati.
Apa dia tidak tahu kalau aku
telah menyesap kopi itu sebelumnya, meski hanya sedikit.
“
apa kau akan berdiri terus disana dan tak ingin memberikan cupcake ku “
tanyanya membuatku kembali ke
realita.
Aku
tersadar dan langsung mengangsurkan
cupcake di tanganku kepadanya. Dia langsung memakannya sama lahapnya dengan
satu bungkus pertama tadi. Dia benar-benar kelaparan ku pikir.
Kami
menikmati makanan kami masing-masing dalam diam. Dan kami memilih melemparkan
pandangan kami kearah jalan melalui jendela daripada memulai berbicara satu
sama lain.
Kami
telah menyelesaikan makanan kami tepat jam menunjukkan pukul 01.30 siang. Aku
pikir ini adalah makan pagi tapi kami bahkan telah melewatkan makan siang
disini hanya dengan kopi dan cupcake saja. Tempat yang nyaman ini yang mungkin
membuat ku lupa waktu.
Saat
kami melihat kearah jalanan, tiba-tiba saja lelaki tadi seperti tersentak saat memandang seseorang
atau mungkin bahkan beberapa orang yang dengan tergesa-gesa berlalu lalang di
jalanan.
Kemudian
aku melihatnya beranjak dengan terburu-buru sambil mengomel tak jelas.
“aishhh....”
Jonghyun
POV
Gadis
itu terus saja mengikutiku dan membuatku merasa kesal. Dia bahkan dengan
tampang sok baik, ingin mentraktirku karena aku telah menolongnya tadi.
Saat
kami berdua melintas di depan sebuah cafe tiba-tiba saja aku mempunyai sebuah
ide. Aku memintanya membelikanku kopi
dan cupcake. Bukan aku tak ingin membeli makananku sendiri tapi aku hanya tak
ingin makan sendiri, aku tak pernah melakukannya jika sedang berada di rumah.
Walaupun sangat mengesalkan tapi gadis itu cukup cute juga.
“ aigoo, beberapa waktu lalu
dia sendiri yang mengatakan tak ingin menerima tawaranku, tapi sekarang lihat
apa yang dia lakukan, benar-benar bertolak belakang “
Aku
mendengarnya mengomeliku ketika menuju konter pemesanan, itu tak ayal membuatku
menyunggingkan senyum kecil.
Dia memang benar-benar cute
ketika sedang kesal.
Saat
dia menghampiriku dia membawa se-cup kopi dan sebungkus cupcake, aku langsung
memakannya dengan sangat lahap. Aku benar-benar sangat lapar waktu itu.
Sampai
aku mendengar dia berkata begitu lembut dan concern.
“ Makanlah dengan hati-hati,
tak akan ada yang akan merebut makanan itu darimu “
Aku
sebisa mungkin tak bersemu merah, aku benar-benar terkejut ketika dia
mengatakan hal itu padaku. Maka untuk menetralkan rasa terkejutku, aku sebisa
mungkin menjawabnya dengan cuek tanpa melihat kearahnya dan sepertinya itu
cukup berhasil.
Hanya
2 cupcake sepertinya tak cukup untuk meredam perutku, maka aku memintanya
membelikanku 2 cupcake lagi, dan dengan omelan yang hampir sama ketika pertama
kali dia beranjak menuju konter pemesanan.
Aku
menyesap habis kopi di tanganku, dan aku merasa kurang, maka aku meraih sebuah
cup lain milik gadis itu dan langsung menyesapnya tanpa berpikir. Baru kusadari
setelah aku menyelesaikan sesapan pertamaku. Kopi ini terlihat masih utuh tapi
aku sempat melihanya menyesapnya tadi. Ommo... apakah aku telah melakukan
indirect kiss dengannya.
Belum
kembali dari kekagetanku dengan aksiku sendiri dia datang dengan tampang yang
tak kalah terkejutnya, hampir-hampir tak percaya.
“ apa yang kau lakukan
dengan kopiku ? “
Dia
benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Omoo apakah dia berpikiran
sama deganku.
Aku
langsung menjawabnya dengan santai tanpa memperlihatkan sedikitpun rasa
kagetku.
Kami
menikmati makanan dalam diam.
Sampai
saat aku mendapati beberapa orang dengan seragam tuxedo hitam berjalan dengan
tergesa-gesa dengan membawa alat komunikasi di tangan mereka.
“
aishh....” Omelku...
Aku
sepertinya tahu siapa mereka. Tak lain dan tak bukan mereka adalah orang-orang
yang diperintahkan untuk mencariku yang sudah dua hari tak pulang kerumah ini.
Aku
beranjak tanpa melihat kearah gadis itu, dan langsung menuju konter pemesanan
dan meminta mereka menunjukkan jalan belakang dari cafe ini. Aku melihat mereka
sedikit ragu, tapi aku memaksa mereka memberitahukanku. Aku tak punya pilihan
lain, aku harus cepat melarikan diri sebelum di tangkap orang-orang suruhan
itu. Aku belum ingin kembali kerumah saat ini.
Begitu
keluar dari cafe ini melalui pintu belakang aku langsung berlari menuju
belakang taman yang tadi kudatangi, yang lumayan sepi dan tertutup. Disana
terdapat sebuah pohon besar terletak di pinggir danau dan sebuah bangku kecil
tepat di bawahnya.
Aku
terus berlari dan sesekali melihat kebelakang, memastikan bahwa orang-orang
suruhan itu tak menemukanku.
Terakhir
kali aku melihat kebelakang sebelum mencapai pohon besar itu, aku mendapati
gadis itu mengikutiku sambil berlari, dan dari kejauhan sekilas aku melihat orang-orang
bertuxedo itu berlalu lalang dan mengedarkan pandangan kesekitar.
Aku
kaget dan langsung menarik gadis tadi yang telah mendekat padaku. Sebelum di
sempat mengucapkan apapun.
Kami
bersembunyi di balik pohon besar itu, karena aku mendapati orang-orang yang
mencariku tadi mulai melihat kearah taman ini.
“
Yah!!... apa yang kau lakukan “ protesnya
Tubuhnya
tersandar pada batang pohon dan menghadapku. Aku berada tepat didepannya dengan
jarak yang cukup dekat. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang cepat
menyapu leherku.
Mungkin
dia merasa kaget dan sedikit khawatir karena aku tak menjawab pertanyaannya,
dan sekarang yang kulakukan malah membekap mulutnya. Dia langsung diam dan
menatapku dengan intens, sementara mataku masih mengamati mereka dari balik
pohon.
Beberapa
menit kemudian, orang-orang tadi belum juga beranjak pergi dan masih berlalu
lalang.
Aku
merasakan tubuhnya bergerak dan mulutnya menggumamkan sesuatu, aku mengalihkan
pandanganku sejenak kepadanya.
“
Bisakah kau melepaskan tanganmu dari mulutku, aku tak bisa bernafas” aku
mendengarnya dengan samar-samar.
Aku
masih juga tak melepaskan tanganku dan terus menatap intens pada matanya.
“
aku berjanji akan diam kalau kau melepaskannya, kumohon, aku sudah kehabisan
nafas” suaranya semakin melemah.
Aku
dengan segera melepaskan tanganku dari mulutnya. Sedetik kemudian dia langsung
merebahkan puncak kepalanya di dadaku, mencoba mengembalikan tenaganya dan
menghirup udara sedalam-dalamnya.
Aku
sempat terkejut tapi langsung mengalihkan pandanganku kembali pada orang-orang
tadi. Tak kudapati lagi mereka berlalu lalang, kuputuskan menunggu sebentar
lagi untuk memastikan bahwa mereka telah pergi.
Setelah
beberapa saat aku beralih dari hadapan gadis itu yang telah menarik kepalanya
kembali dan berdiri tegak, aku berjalan menuju bangku di bawah pohon dan duduk
disana.
Gadis
itu mengikuti langkahku.
“
kenapa kau mengikutiku tadi ??? “ aku yang penasaran semenjak tadi memutuskan
untuk bertanya padanya.
“
Ini......kau meninggalkan barang mu di cafe saat kau buru-buru pergi” dia
memberikan padaku tas gitarku. Aku baru ingat kalau aku benar-benar lupa kalau
sedang membawa gitar bersamaku.
Aku
mengambil alih tas gitarku dan meletakkanya disamping bangku.
Aku
melemparkan pandanganku kearah danau yang ditimpa cahaya matahari yang mulai
beranjak ke peraduan. Yah... saat ini adalah sunset yang sangat indah. Aku suka
saat-saat seperti ini.
Yoona
POV
Aku
memberikan tas itu padanya, yang kemudian diletakkannya disamping bangku.
Dugaanku benar bahwa itu adalah tas yang berisi alat musik, gitar.
Aku
masih memandang wajahnya yang kini tengah memandang ke arah danau yang indah.
Aku yang dari tadi sangat penasaran kemudian memutuskan untuk bertanya.
“
kenapa tadi kau buru-buru pergi dari Cafe, sampai meninggalkan barang mu “
tanyaku kemudian.
“
Bukan urusanmu “ jawabnya dingin tanpa mengalihkan pandangannya.
“
....... apakah kau seorang pembunuh, aku seperti melihat beberapa orang
terlihat seperti bodyguard berlalu lalang di jalan saat kau buru-buru beranjak
pergi tadi“ tanyaku penuh selidik.
“
apa kau telah membunuh bos mereka ? apakah kau benar seorang pembunuh bayaran
?? “ tanyaku mulai berspekulasi terhadap keadaanya saat ini.
“
yah!!! Apa yang kau katakan ?? “ dia berseru padaku dengan wajah yang kesal.
Kini perhatiannya telah teralih padaku.
“
kalau bukan, kenapa kau seperti tak ingin terlihat oleh mereka ??? “ aku masih
memperhatikannya dengan alis tertaut dengan kadar penasaran yang cukup tinggi.
Aku
hanya ingin tahu, apakah dia orang jahat atau bukan. Kalau dia benar-benar
seorang penjahat aku harus segera menjauh darinya, aku tak ingin menjadi korban
selanjutnya.
“
Mereka bodyguard Appa ku “ jawabnya dengan tenang dan kembali terfokus pada
danau di depan kami.
“
apa kau melakukan kejahatan pada Appa mu sendiri ??”
“
aishhh....this girl. Kenapa kau masih saja menganggapku seorang yang jahat. Aku
hanya kabur dari rumah itu saja”
Aku
terkejut dengan pengakuannya. Benarkah dia sedang melarikan diri dari
keluarganya sekarang. Memang kenapa ???
“
Jinjaaya.... aku pikir kau seumuran denganku, walaupun wajahmu terlihat lebih
muda”
“
apa yang kau katakan ? apa hubungannya antara aku melarikan diri dan aku
seumuran denganmu ??” dia bertanya
heran.
“
aku berumur 25 tahun sekarang, dan melarikan diri bukan hal yang biasanya dilakukan
oleh orang-orang yang cukup dewasa seperti itu” kataku menjelaskan.
“
aku memang seumuran denganmu, dan tunggu apakah kau sedang mengejekku sekarang
?”
Oh
mata itu lagi. Berhentilah menatapku begitu. Aishhh....
“
Aniyaa.... aku hanya mengungkapkan pendapatku saja” aku berpaling menghindari
tatapan matanya.
“
lalu kau sendiri kenapa berada di taman pagi-pagi sekali, dan aku melihatmu
memejamkan mata. Apa kau juga sedang melarikan diri sama sepertiku?? “ dia
berbalik bertanya padaku.
“
Aniyaa.... aku bukan orang sepertimu. Aku hanya sedang pusing dan aku butuh
udara segar, makanya aku berada di taman pagi-pagi begitu. Dan aku bukan
tertidur, aku hanya memejamkan mataku menikmati lagu yang dibawakan oleh
seseorang ditaman tadi” jawabku menjelaskan kondisi ku yang sebenarnya.
“
achh... jadi kau sangat menikmati suaraku tadi “ kulihat dia memperlihatkan
smirk nya.
Uh-Oh...
dia memiliki lesung pipi ternyata, ohh kyeoptaa...
Huhhm
apa yang baru saja kau pikirkan Yoona...... sadarlah!!!
“
ahhh jadi kau yang menyanyi di taman tadi . Suaramu memang bagus tapi tak
kusangka yang memimiliki suara merdu itu bisa jadi sangat menyebalkan seperti
ini , sugguh membuatku heran” kataku menumpahkan rasa kesalku pada sikapnya
selama sehari bersamanya.
“
hmm... lalu kenapa kau melarikan diri dari rumah, apa masalahmu seberat itu ??
“ tanyaku kemudian
“
Hmm..... cukup berat” dia bergumam
“
Orang tua ku merencanakan perjodohan untukku dengan orang yang bahkan tak pernah
ku kenal “ ucapnya mengungkapkan kondisi dibalik aksi pelariannya ini.
Aku
cukup terkejut dengan pengakuannya, sepertinya masalahku tak jauh beda
dengannya.
“
Benarkah...??? aku juga mengalami hal yang sama denganmu. Apakah semua orang
tua jaman sekarang memang mempunyai pikiran gila seperti itu ???” tanyaku sambil
menerawang ke langit senja yang memburatkan cahaya kuning kemerahan yang sangat
menawan.
Aku
mulai menerka nerka pemikiranku sendiri yang mulai berspekulasi mengenai
keadaan yang sebenarnya tengah kami
alami.
“
aku pikir memang begitu, entahlah...”
“
lalu apakah kau sudah memutuskan untuk menerima atau menolak perjodohan itu,
sepertinya kau tak se gila aku ketika memikirkan hal ini “ tambahnya kemudian
“
entahlah.... aku masih terus memikirkannya sampai sekarang “ jawabku singkat.
Jonghyun
POV
Setelah
percakapan singkat kami tadi, aku bisa melihat Kami berdua sepertinya memiliki
masalah yang hampir sama, bahkan nyaris sama mungkin.
Setelah
kata-kata yang terakhir diucapkannya, keadaan menjadi sunyi antara kami berdua.
Kami terus menatap kearah danau dan
langit senja dihadapan kami tanpa ada satupun yang berencana memecah kesunyian.
Seperti tak ingin melewatkan sedetikpun keindahan yang tercipta di depan mata.
Aku
tak tahu ini akan menjadi kenangan atau akan terlupakan. Yang aku tahu aku
merasakan kedamaian. Sejenak kulupakan pikiran yang selama beberapa hari ini
membebani diriku, hati dan pikiranku.
Kurasakan
udara berhembus ringan memainkan ujung rambut kami dengan riang.
Nafas
surga seolah memberi restu pada semesta....
Tiba-tiba
di saat yang sangat menyenangkan ini....
Plettaakkkk.......
“
accgghhhh..... what the.... “ aku berteriak kesakitan saat aku merasakan sebuah
pukulan keras mendarat di kepala belakangku.
Aku
menoleh diikuti gadis itu, kudapati hyung ku sudah berdiri di belakangku dengan
beberapa bodyguard dibelakangnya.
“
Yah!! Hyung apa yang kau lakukan disini ?? “ tanyaku dengan terkejut mendapati
kehadirannya.
“
Yah!! Kenapa kau berteriak padaku. Aku yang seharusnya bertanya , apa apa yang
kau lakukan disini. Kau tak pulang selama dua hari dan disini kau sekarang”
“
Dan siapa nonna ini, apa kau memaksanya untuk lari bersamamu, kau tahu apa yang
akan orangtuanya lakukan jika mengetahui hal ini nanti, kau mungkin akan
dibunuh oleh mereka”
“
dan sebelum mereka melakukannya aku yang akan melakukannya terlebih dahulu,
Aishh this Kid!! Sikap mu ini sangat merepotkanku kau tahu”
Hyungku
terus saja menumpahkan kekesalannya padaku tanpa henti.
“
Yah! Hyung apa yang kau katakan, apanya yang memaksa, bahkan kami tak saling
mengenal satu sama lain ” protesku karena tak terima dituduh seperti itu
olehnya.
“
yah!! Kau benar-benar.....”
“
Nonna apakah dia berbuat sesuatu padamu, apakah dia telah merepotkanmu”
Hyungku
mengalihkan pandangannya kepada gadis disebelahku yang sedari tadi menyaksikan perkelahian
dua saudara ini dalam diam.
“
Ohhh...A..Anniyaa... dia tak melakukan apapun kepadaku,. Bahkan dia menolongku
pagi ini, aku sangat berterimakasih kepadanya “ gadis itu mengungkapkan keadaan
kami yang sebenarnya dengan sedikit nervous.
“
Ohh begitukah, aku minta maaf bila dia telah merepotkanmu nonna...”
Gadis
itu terlihat heran dan tak menjawab apapun.
“
Lihat Hyung... aku tak melakukan apapun kepadanya, dan kenapa kau malah meminta
maaf padanya?? “ aku yang merasa tak bersalah mulai protes kepada hyungku.
“
Aiggooo... tetap saja kau tak merasa bersalah hahh....”
“
Lihat apa yang kau perbuat, kenapa kau melarikan diri dari rumah seperti itu,
kau tahu Omma tak henti-hentinya mengkhawatirkanmu walaupun Appa telah meminta
semua bawahanya untuk mencarimu, dan bahkan Omma dan Appa memintaku menunda
liburan akhir pekanku dengan Eonnie mu hanya untuk mencari bocah yang
menghilang sepertimu”
“Aiggooo.....
apa kau masih tak menyadari juga kalau kau seorang CEO sekarang, kau bahkan tak
henti-hentinya bersikap kekanak-kanakan seperti ini”
“
Kadang akau masih saja tak bisa mempercayai saat Appa menceritakan bahwa
beberapa tender besar kita didapatkan oleh hasil kerjamu.... aiggoo Dongsaengku
satu ini benar-benar aneh dan kekanakan”
Hyungku
kembali menumpahkan omelanya panjang lebar. Aku hanya bisa menunduk diam dan
mengerucutkan bibirku kesal. Aishh...Dia benar-benar cerewet sekali.
“
Park-shii... tolong antarkan nonna ini sampai dirumahnya...”
“
Ne... Young master”
“
A..aniyya ajusshi .... Gwaenchana.... aku bisa pulang sendiri “
Gadis
itu menolak tawaran hyungku dengan terbata.
“
Aniyaa.... kau harus pulang bersama mereka nonna, mereka tidak akan melakukan
apapun padamu, kupastikan kau akan selamat sampai dirumahmu. Maaf aku tak bisa
mengantarkanmu sendiri, aku harus segera membunuh bocah ini....”
Hyung
mengalihkan pandanganya padaku dengan tampang kesal.
“ahh,,,
ne... gamsahamnida “
Hyungku
membalasnya dengan senyum dan anggukan.
“
pastikan dia selamat sampai tujuan “ katanya kemudian pada sang Bodyguard.
“
ne... algeseumnida”
“
kami pergi dulu nona, selamat sore “
“Jongie
Kajja!!”
Dia
beranjak setelah mengucapkan salam perpisahan pada gadis itu.
Aku
melirik sekilas kearahnya dan meraih tas gitarku yang tadi kuletakkan disebelah
bangku dan segera beranjak mengikuti Hyungku, sebelum dia akan berteriak-teriak
lagi dengan kesal.
Yoona
POV
Dia
pergi mengikuti kakaknya setelah sempat melirik padaku sekilas.
Aku
baru saja tersadar setelah merasa terasing dengan pertengkaran dua saudara
laki-laki ini. Cara mereka bertengkar memang tak bisa dinalar dengan pikiran
sehat. Keduanya sangat aneh dan lucu dalam waktu yang bersamaan.
“
mari nonna, kami akan mengantarkan mu pulang sekarang”
Seorang
yang tadi dipanggil sebagai Park shii oleh kakak lelaki itu memberitahuku. Dia
bersama beberapa orang berseragam sama mengantarkan aku pulang sesuai dengan
yang diperintah kepadanya tadi.
Setelah
sampai aku langsungkeluar dari mobil tepat didepan gerbang rumahku. Mereka lalu
pamit pergi setelah aku mengucapkan terimakasih kepadanya.
-----------------------------------------------------------------------------------------
1
minggu kemudian
“
Yoongie-ah Pallinawa, kita bisa terlambat sampai di acara makan malam itu jika
kau tak segera turun sekarang “ Eomma ku mulai mengomel dan berteriak-teriak
dari lantai dasar.
Yeahh!
Aku tak punya pilihan lain. Aku memutuskan untuk menerima rencana perjodohan
ini berselang satu minggu sejak kejadian itu. Aku menerimanya lebih karena aku
tak hanya ingin memenuhi keinginan orang tuaku, aku tak ingin mengecewakan
mereka, aku terlalu mencintai mereka lebih dari pada diriku sendiri. Selain itu
aku berpikir hal ini tak terlalu buruk, siapa tahu dia memang jodohku, siapa
yang tahu. Well, pemikiran ini adalah hasil bujuk rayu Eommaku selama seminggu
ini, dia terus saja mengungkapkan kemungkinan itu berkali-kali, bahkan sehari
tak cukup sekali. Aiggoo!! Kenapa mereka begitu bersemangat, sebaik itukah
calon menantu kalian.
“
Ne Eomma, aku akan turun sebentar lagi” Jawabku kemudian.
Aku mematutkan diriku terakhir kali pada
sebuah kaca besar di dalam kamarku. Aku berkata pada diriku sendiri dengan
seulas senyum.
“
ini adalah yang terbaik”
Aku
terus saja memastikan pada diriku sendiri bahwa semua ini akan baik- baik saja.
Tenanglah Yoong!!
Di
dalam mobil menuju kediaman tuan Lee aku terus saja memandang ke luar jendela.
Selama
seminggu ini aku terus saja tak bisa menghilangkan pikiranku tentang lelaki
yang aku temui di taman itu. Setiap pagi-pagi sekali ketika aku terbangun dari
tidur, yang pertama kali aku ingat hanyalah dia. Pandangan dinginya, Tingkah
childist nya, kulit pucatnya, senyum lesung pipi nya, aroma tubuhnya.... Ohh...
Ini benar-benar telah membuatku gila. Ada apa denganku sebenarnya ?. bahkan aku
tak tahu siapa dia sebenarnya, well aku hanya tahu namanya Jongie, hanya karena
kakaknya memanggilnya seperti itu ketika mereka bertengkar waktu itu.
Beberapa
saat kemudian, eomma memanggilku, membawaku kembali ke alam sadarku.
“
Yoongie-ah, kita sudah sampai, ayo segera turun “ eomma berkata dengan antusias
dan senyum lebar. Tak salah lagi, ini pasti karena rencana yang telah lama
mereka rencanakan akhirnya tercapai juga.
“
ne Eomma “ jawabku tak bersemangat
“
tenanglah Yoong, semua akan baik-baik saja, mereka semua adalah orang-orang
yang baik , kau tak perlu nervous” Kata Appa ku mencoba menenangkanku.
Selangkah
melewati pintu masuk sebuah mansion besar ini, kami disambut oleh dua orang
pasangan suami istri, mereka sangat anggun dan berwibawa, tak salah lagi mereka
adalah tuan dan nyonya Lee.
“
Yahh Im Taesan.... Sera-ah , lama sudah kita tak bertemu dengan kalian” Tuan
dan Nyonya memeluk Appa dan Eomma ku. Mereka benar-benar akrab Huhh....
“
Yahh.... apa yang kau katakan, bukankah kita baru saja bertemu sebulan yang
lalu”
“
hahahhahaa.....” mereka semua tertawa dengan riang seperti sedang menghadiri
acara reunian SMA.
Dan
aku disini berdiri mematung tak tahu harus berbuat apa.
“
Uoaahh.... apakah ini putri kalian Yoongie” tanya Nyonya Lee sambil memelukku
“
ahh Ne Nyonya Lee , Im Yoona Imnida” kataku memperkenalkan diri
“
eihhh... ada apa dengan sebutan nyonya Lee itu.... kau adalah anak ku juga,
panggil aku Eomma juga seperti kau memanggil Eomma mu, arra ??”
“
Ehh... Ne eo..eo..Eomma” aku mengikutinya dengan terbata.
“
Omo.... How Cute!!” dia mencubit pipiku
Aigooo....
Nyonya ini... kenapa dia sepertinya telah familiar denganku, apakah dia memang
begitu dekat denganku. Tapi aku seperti tak mengenal sosoknya. Tapi tunggu....
aku seperti pernah melihat sosok sepertinya ketika aku masih kecil. Dan tuan
Lee ini, wajahnya terlihat sangat familiar dimana aku melihat wajah seperti
in......
“
Jongie-ah cepat turun, Keluarga tuan Im sudah datang” tiba-tiba saja tuan Lee
berteriak kearah lantai dua rumahnya.
Ohh!!
Aku seperti mengenal nama itu. Dimana...dimana....dimana....Omo! Oh My... Tidak
mungkin... tak mungkin dia.....
“
ne Appa “
Sesosok
Lelaki turun dari tangga dengan dandanan yang rapi menuju kearah meja makan
yang telah kami tempati,....
Sedetik
kemudian pandangan kami bertemu.... Tidak!!! Itu benar dia.... Bagaimana
bisa........
Kami
bertukar pandang dengan wajah terkejut selama beberapa detik, waktu seolah
berhenti berputar.
Tiba-tiba...
Jonghyun
POV
“
Yah Jongie!! Tak sopan sekali kau ini. Apa kau begitu terpesona pada gadis ini
sampai kau melihatnya seperti itu “
Suara
Appa ku membuyarkan adu pandang ini.
“ beri salam pada tuan Im, kau pasti sudah
mengenalnya bukan, dia partner kita pemilik hotel Genie. “ katanya kemudian
“
Ahh ne.... Annyeonghaseyo Tuan dan Nyonya Im “ aku memberi salam sambil menundukkan kepala. Yah aku telah
mengenal mereka, karena sempat bertemu beberapa kali.
“
annyeong Jongie... kau semakin dewasa dan tampan sekarang” kata nyonya Im
memuji ku.
“ ah ne.... gamsahamnida” jawab ku malu-malu
“
Dan ini seorang designer muda, Nonna Im Yoona, putri Im Taesan samchon, yang
akan dijodohkan denganmu.”
“
Annyeonghaseyo, Lee Jonghyun Imnida” akau memperkenalkan diri dengan sedikit
gugup tak berani menatapnya.
“
Annyeonghaseyo Im Yoona Imnida” jawabnya dengan gugup pula.
“Aigoo....
kalian malu-malu sekali, relax saja” kata Appa ku mencoba mencairkan ketegangan
diantara kami.
“
Jongie.... ini adalah anak yang pernah aku ceritakan padamu, anak yang pernah
akan tertukar denganmu. Saat itu keranjang bayi kalian di rumah sakit terletak
bersebelahan, dan Appa kalian salah mengambil bayi dalam keranjang kalian”
Eomma
berhenti sejenak sambil memberikan tatapan tajam pada Appa ku yang hanya
dibalas dengan senyum lebar olehnya. Begitu juga dengan nyonya Im.
“Benar.
Kalian memang sangat mirip sekali saat itu. Tapi setelah kami mengamati tubuh
anak kami, aku ingat jelas kalau dokter mengatakan kalau aku melahirkan seorang
anak perempuan, tapi yang ada digendonganku saat itu adalah anak lelaki”
giliran Nyonya Im yang mulai bercerita.
“
majayoo, aku langsung meminta Appa mu mencarimu, karena putraku sepertinya
telah tertukar dengan seorang anak perempuan. Kami sangat panik saat itu” Eomma
ku menambahkan.
“
kami akhirnya bertemu di ruang asal bayi itu tertukar dan kami saling menyadari
kesalahan masing-masing dan tertawa bersama “ kini giliran tuan Im
“
semenjak saat itulah kami saling mengunjungi satu sama lain saat masih di rumah
sakit, dan kami berteman setelahnya, tak ku sangka dia juga ternyata klien
perusahaan kita, benar-benar sebuah kebetulah”
Kedua
lelaki itu kemudian tertawa lepas bersama-sama dengan istri mereka juga.
Aku
dan gadis itu hanya mampu diam tak berbuat apapun.
“
maka dari itu karena kita merasa kalian adalah anak kami bersama, maka kami
merencanakan perjodohan ini” kata Eommaku kemudian.
Ahhh....
jadi begitukah asal usul perjodohan ini. Benar-benar mengherankan mereka semua,
dan terlalu emosional sepertinya.
Mereka
tetap melanjutkan cerita reuni itu dengan riang sambil menikmati makan malam.
Aku
dan gadis itu masih saja diam menekuni makanan masing-masing.
“Ohh....
Hoonie Yurri-ah.... Waseoo ??” tanya eomma ku tiba-tiba pada dua orang yang
baru sja datang.
“
Ne Eomma Appa “ jawab mereka bersamaan.
“
annyeonghaseyo Tuan dan Nyonya Im “ Hyungku memberi salam kepada pasangan itu
dengan sopan diikuti anggukan Yurii Nonna.
“
Oh annyeong Honnie Yurri-ah....” jawab mereka riang.
“
Oh Designer Yoona, How are you ??” Yuri nonna tiba-tiba saja mengenali sosok
yang duduk di samping Nyonya Im itu, dengan wajah terkejut.
“Ohh
Annyeong Yurii Sunbae, I’m Fine” jawabnya tak kalah terkejutnya.
Yuri
Nonna adalah kepala majalah LOOK , tentu saja dia sangat mengenal baik
orang-orang dengan profesi designer dan semacamnya seperti itu.
“
Ohh Yoebo... apakah kau mengenal nonna ini....” tanyanya pada Yuri nonna,
sepertinya dia telah mengenali sosok gadis ini.
“
tentu saja jagi... dia adalah designer hebat dan sering bekerja sama dengan
majalah kami” ucap Yuri Noona antusias.
“
apa kau mengenalnya juga jagi ??” tambahnya kemudian dengan wajah bertanya.
“
Jongie bukankah dia Nonna yang bersamamu saat kau melarikan diri seminggu yang
lalu, benarkan ???” Hyung tak menjawab malah mengalihkan pandangannya padaku.
“
tak salah lagi “ katanya kemudian mengalihkan pandanganya beberapa kali padaku
dan juga gadis itu.
“
benarkah Jongie kau sudah mengenal Yoongie sebelumnya, tapi kenapa tadi kalian
seperti tak mengenal satu sama lain ketika pertama kali bertemu “ tanya eomma
padaku. Semua mata tertuju padaku kini. Tapi gadis itu tetap diam menunduk.
“
hmm... kami memang perah bertemu, tapi kami tak saling mengenal “ jawabku
setelah beberapa saat terdiam.
Aku
mengalihkan pandanganku padanya berharap dia akan membantuku menjelaskan
situasi kami pada orang-orang yang memberi tatapan mengintimidasi padaku ini.
“
apa maksudmu Jongie ???” kini giliran Appa yang bertanya.
Aku
diam tak menjawab dan tetap menapa gadis itu.
“
Yoongie-ah benarkah kalian pernah bertemu sebelumnya ?? “ kali ini tuan Im yang
menanyakan kepada putrinya.
“
Hmmm... ne Appa, dia menolongku seminggu yang lalu dari ganguan beberapa
berandalan, hanya itu saja. Dan benar katanya kalau kita tak saling mengenal “
katanya akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“
benarkah.... Aiggoo gomawo Jongie kau telah menolong Uri Yoongie” kata nyonya
Im kemudian berterimakasih padaku.
“Uahh
benar-benar sebuah Takdir. Tak salah aku merencanakan semua ini dari awal “
ucap eommaku dengan senyum secerah mentari.
“
jadi Eomma yang merencanakan semua ini dari awal ?? “ tanyaku pada eomma dengan
wajah kesalku.
“
ne majayoo... eomma mu yang paling bersemangat dengan rencana ini semenjak awal
“ jawab Appa tak kalah antusias.
“
dan Appa juga ikut-ikutan mendukung rencana ini ?? “ pandangan kesalku sekarang
teralih pada Appa.
“
tentu saja, aku akan mendukung apapun yang dilakukan oleh My wife” jawabnya
sambil merangkul pundak Eomma.
“Aishh
benar-benar..... kau pasti melakukan hal itu hanya karena tak ingin Eomma marah
padamu, benarkan. Aku tahu kalau kau tak akan pernah terlibat dalam hal-hal
semacam ini kalau bukan karena sebuah paksaan.” Kataku menuduh Appa ku.
Well
aku cukup tahu benar bagaimana sifat Appa ku. Aku adalah anak laki-laki yang
paling mirip denganya, kurang lebih sifatnya sangat mirip denganku.
“
Pria-pria yang sudah beristri dirumah ini memang benar-benar memalukan, tak ada
satupun yang berani pada istri mereka.” Ejeku kepada tentu saja pada Appa dan
Hoonie Hyung.
“
Yah!! Apa maksudmu dengan semua lelaki beristri di rumah ini, aku tidak
termasuk....” protes Hoonie Hyung tidak terima.
“
Benarkah ???.... kau bahkan tak pernah berani menatap mata Yurii nonna ketika
dia marah saat kau melakukan kesalahan... sama seperti Appa juga ” kataku
membalasnya dengan nada yang semakin mengejek.
“
Bukankan begitu Noona...Eomma ??? “ tanyaku kemudian beralih pada kedua wanita
itu.
“
Ne.... majayoo... Thats Right” jawab keduanya sambil tertawa lebar diikuti
semua orang tentu saja Miss Appa dan Hoonie Hyung yang kini telah memanyunkan
bibir mereka.
“
Jongie-ah Kau benar-benar.... “
“
Aiisshhh.... kenapa kalian lebih menyanyai Jongie dari pada kami berdua, suami
kalian “ Appa mulai protes pada Eomma dan Yuri Nonna.
“
tentu saja mereka akan lebih menyayangiku dari pada kalian, aku pria paling
tampan di rumah ini”
Kataku
bangga, karena telah mengalahkan dua orang sekaligus. Appa dan Hoonie Hyung.
Aku tersenyum puas.
“
Aishh.....lihat saja saat kau sudah memiliki istri nanti.... aku tak sabar apa
yang akan Yoongie lakukan nanti untuk mangatasi sifat kekanakanmu itu,...
actually kaulah yang paling kekanakan diantara kita bertiga.... bukan begitu Hoonie...”
“
Keuromyeon Appa.... aku juga tak sabar untuk tertawa puas nanti melihat
wajahnya.....”
“hhhahhaaahah”
Appa
dan Honnie Hyung sepertinya bersekongkol untuk membalas dendam padaku.
Aishhh....
Aku
langsung mengerucutkan bibirku dan melipat lengan ku di depan dada. Mereka
benar-benar membuatku kesal.
“
Aigooo... Orang-orang ini memang sangat memalukan sekali. Bagaimana bisa
orang-orang pemegang perusahaan besar seperti mereka bisa bersikap sebegini
kekanakannya.” Kata eommaku dengan nada yang sedikit sangsi.
“
maafkan sikap mereka Taesan, Sera, dan Yoongi, mereka memang selalu seperti itu
ketika sedang bersama “ ucap Eomma ku meminta maaf.
“
Aihh... apa yang kau katakan Han Neul-ah.... mereka sangat lucu dan
menggemaskan kau tahu “ jawabnya tuan Im santai sambil bergurau.
“
tak apa...aku malah akan sangat senang kalau Yoongie mempunyai keluarga baru
seperti kalian, dia termasuk anak yang sedikit tertutup dan serius. Aku ingin
dia lebih terbuka dan nyaman dalam keluarga seperti ini” jawab nyonya Im
bijaksana.
“tentu
saja kami akan membuat Yoongie nyaman dengan kami nantinya” ucap eommaku dengan
antusias.
Mereka
sepertinya benar-benar akan membuat semua rencana ini menjadi kenyataan. Lihat
bagaimana mereka membicarakan semuanya dengan wajah secerah mentari pagi,
seolah-olah hari ini adalah hari pernikahan kami.
Perbincangan
ini terus berlanjut. Mereka terlihat sangat antusias tentu saja kecuali aku dan
gadis bernama Yoona itu yang terus saja diam dan hanya sesekali menjawab dengan
anggukan atau gelengan dan kalimat yang sangat pendek ketika ada yang
menanyakan sesuatu padanya. Aku tak tahu dia memang orang yang pemalu atau dia
sedang gugup saat ini. Entahlah.
Gadis
ini.... gadis yang seminggu ini menggangu fikiranku. Hingga aku hampir beberapa
kali tak mampu tertidur. Ada apa dengan dirinya sebenarnya, kenapa aku seperti
ini ???
Dan
benarkah dia adalah gadis yang akan dijodohkan denganku itu. Apakah ini
benar-benar takdir..... aku tak tahu apa yang aku rasakan dan fikirkan
sekarang. Aku terlalu bingung untuk menentukannya.
Yoona
POV
“Jongie....
ajaklah Yoongie ke taman belakang. Kalian butuh mengobrol berdua agar kalian
bisa saling mengenal satu sama lain “ kata tuan Lee setelah kami menyelesaikan
makan malam kami.
Dan
disinilah kami sekarang, di taman belakang rumah keluarga Lee, disana terdapat
kebun bunga, Kolam renang, lapangan kecil dan sebuah ayunan, tak jauh seperti
yang ada di rumah kami.
Kami
berdua memilih duduk di ayunan sambil menghadap keatas. Disana langit sedang
ditaburi beribu bintang yang bersinar anggun dan cantik.
Kami
terdiam beberapa saat dan hanya memandang langit. Seolah tak inginkan
melewatkan moment yang luar biasa ini. Pemandangan ini Sama indahnya dengan
saat terakhir kita berjumpa.
“
jadi apa yang kau pikirkan tentang perjodohan ini, apakah kau sudah
memutuskannya sejak pulang dari taman itu, hingga kau berada disini sekarang??”
Tanyanya
tiba-tiba, aku melirik kearahnya tapi sepertinya dia tak beranjak dari langit
malam ini.
“
hfmm...entahlah, ...sebenarnya aku masih terus memikirkannya hingga saat ini
... lalu bagaimana denganmu ??” aku berbalik bertanya padanya.
“
Sepertinya aku juga sama sepertimu.... aku mencoba untuk menerima semuanya
karena rasa cinta dan sayangku pada orang tua ku, aku hanya tak ingin mereka
kecewa...” jawabnya Tepat seperti apa yang aku pikirkan sebelumnya. Kami
ternyata memiliki pemikiran yang sama mengenai hal ini.....
“
sepertinya kita memiliki pemikiran yang sama... lalu apa yang akan kita lakukan
setelah ini ?? “ tanyaku menanyakan pendapatnya...
“
haruskah kita melakukan perjodohan ini sesuai dengan apa yang mereka rencanakan
?? “ dia bertanya balik padaku dengan nada yang tenang dan seperti sedang
berpikir.
“
Entahlahh.... haruskah ??? “ jawabku sambil menerawang.
Kami
terdiam selama beberapa menit dalam pemikiran masing-masing.
“
tadi...bagaimana perasaanmu ketika kau tahu kalau aku adalah orang yang
dijodohkan denganmu ??? “ dia tiba-tiba saja berbicara dan memandangku
dengan salah satu alis terangkat.
“
entahlah... aku hanya berpikir, ini adalah takdir atau apa ?? “ jawabku santai.
Kemudian
Kami berdua tertawa ringan bersama.
Entahlah....
benar benar Entahlah...
Seperti
yang kami katakan tadi... kami hanya masih akan terus memikirkanya.
Tapi
hanya satu hal yang aku tahu saat pertama kali aku kembali bertemu dengannya
hari ini....
Adalah.....
Bahwa Takdir telah membawa kami bertemu dengan
apa yang selama ini kami hindari.......
Entahlah....
ini benar-benar takdir atau hanya kebetulan biasa.....
~~~~END~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar