PRICELESS GIFT [2]
(DEERBURNING BIRTHDAY PROJECT)
Author : BlossomJjong a.k.a Seffya
Title : Priceless
Gift [2]
Main Cast : Im
Yoona & Lee Jonghyun
Other
Cast: Kwon Yuri , Lee Seohyun,
Jung Yonghwa, Choi Minho, Kim Hyera (OC), Hwang Tifanny and Other.
Desclaimer : The cast are belong to God and Themselves.
The story originally by me that imagination come from God.
Rating :
Genre : Romance,
Family
Author Note : I’m ComeBack. Are you still with me ? J
.Please Prepare yourself first, Cz this
story is so long. I can’t help myself to
make it as sort as possible. I hope you not dissapointed for the result and
thanks to patiently waiting. DeerBurning always happy ending. So, Don’t stop
Blossoming your LOVE for JONGYOON couple always. Enjoy Reading and Happy
DeerBurning Day!! J
Don’t
be Plagiarism!!
~ All the gold, diamond and other jewels on the earth cannot
match the shine of Love and care that you have bestowed upon me. You have given
me the Priceless Gift of life~
Unknown
Yoona POV
Setelah
kejadian beruntun dalam satu hari yang kualami beberapa hari lalu, kini aku
mencoba berdamai dan tak lagi memikirkannya. Toh, setelah begitu lama dan
berulang-ulang fikiran itu berputar-putar dalam otakku, aku merasakan hidupku
menjadi tidak teratur, ini sebuah kerugian besar. Kadang-kadang aku akan
melewatkan makan siang ku atau makan malamku, dan suatu ketika aku bahkan tak
sempat tidur dan mendapati hari sudah beranjak pagi ketika aku tersadar. Aku
menyadari ini tak boleh berlanjut lagi, aku tinggal sendiri di seoul, jika
nanti jika ada apa-apa dengan kesehatanku misalnya, pasti aku akan repot
sendiri.
Dan
lagi Jonghyun sudah berjanji akan mengatasi kerumitan yang ditimbulkannya ini,
ketika mengantarku pulang, pagi setelah hari ulangtahunnya itu. Dia memang
harus bertanggung jawab karena telah tanpa permisi membawaku terperangkap dalam
situasi ini. Sebenarnya aku begitu kesal dengan apa yang dilakukannya, tapi mau
bagaimana lagi, seperti katanya, dia tak tahu jika masalahnya akan menjadi
bertambah rumit dan lagi dengan membawa ku terlibat didalamnya.
Hari
senin menjelang siang, aku datang ke kampus karena akan ada bimbingan untuk kelanjutan
thesis ku. Dosen pembimbingku memang termasuk orang yang cukup sibuk, aku
beruntung hari ini dia memiliki waktu luang.
Ketika
sudah selesai rasanya ini masih terlalu siang untuk kembali kerumah, Maka aku
memutuskan untuk datang ke gedung theater kampusku dan mendatangi Club theater
yang telah lama tak ku kunjungi karena seringnya aku tak datang ke kampus dan
karena kesibukan yang lainnya.
Aku
mendapati disana telah banyak anak-anak anggota theater yang sedang berlatih
drama, sepertinya akan ada pertunjukkan yang akan dilangsungkan tak lama lagi.
Ketika aku memasuki ruangan itu, beberapa orang menyadari kedatanganku dan mereka
menunduk memberikan salam, tapi selain itu mereka juga menatapku intens karena
sebab lain, karena tatapan mereka yang sedikit berbeda.
“
Yoona....” seru seseorang dari arah
kananku.
Aku
menoleh dan mendapati seorang pria berjalan mendekat padaku dengan senyum
mengembang. Dia adalah Kim Jaejoong, seniorku di club theater dulu. Kami
mengobrol banyak setelah itu. Rupanya dia sedang membantu persiapan pementasan
yang akan dilaksanakan ini, dia memang ahlinya sejak dulu.
Aku
mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan, dan masih ku dapati beberapa
orang menatapku dan berbisik-bisik.
“
Oppa...apakah kau merasa ada yang aneh disini...” tanyaku tiba-tiba padanya.
“
Hmm aneh ??.... apanya yang aneh.... aku tak merasakan apapun “ jawabnya
bingung.
“ Ahh.... Mungkin kau menjadi semakin cantik
sekarang...” katanya dengan nada menggoda, membuatku kesal saja.
“
Oppa...” seruku kesal. Aku sedang tak lagi bercanda sekarang. Tatapan mereka
yang sejak tadi tak teralihkan membuatku risih.
“
ada kehebohan beberapa hari lalu disini....” katanya sambil tetap tersenyum
“
tentang kau dan Mr Lee yang tampan dan kaya itu...” ucapnya lagi berteka-teki.
Aku
bingung dengan apa yang dikatakannya barusan.
“
Mr. Lee.... siapa dia... aku tak mengenalnya...” kataku dengan nada innocent. Mr Lee Nugu ???
“
Yoong Eonniieee...” dari arah pintu seseorang memanggilku dengan nyaring dan
menimbulkan gema di setiap sudut ruangan ini. Orang-orang yang tadinya sibuk
sukses dihentikan kegiatannya oleh suara itu.
“
Yah... eonnie aku tak menyangka akan bertemu denganmu disini...” kata seohyun
sambil memelukku sekilas. Aku hanya tersenyum menanggapi celotehannya.
“
ini dia yang menimbulkan kehebohan tentang mu Yoona...” kata Jaejoong oppa
sambil mengacak-acak rambut Seohyun gemas.
Seohyun
langsung cemberut dibuatnya. Dia kemudian beralih bergelayut di lenganku manja.
“
Mwo ??.... benarkah itu Seo...??” tanya ku pada gadis di sampingku ini dengan
nada tak percaya.
“
aku tidak melakukan apapun eonnie..... kenapa kau menuduhku begitu Oppa....”
jawabnya tak terima.
“
Yah!! kau yang bilang pada teman-temanmu kalau Yoona adalah calon kakak iparmu,
bukan ?? dan sekarang gadis-gadis di kampus ini patah hati karena berita itu “ katanya.
“
MWO ??” aku kaget bukan main. Apa lagi
ini. Bagaimana bisa berita semacam ini menyebar begitu cepat, apalagi di
kampus ku ini. Sekarang aku tahu siapa Mr Lee yang disebut Jaejoong oppa
tadi.... Lee Jonghyun tentu saja, kakak lelaki Lee seohyun.
“ ahh... sudahlah.... Oppa kau
menyebalkan...ayo kita pergi saja Eoniie. Aku ingin mengobrol banyak
denganmu...” seohyun menarik tubuhku yang masih limbung ke arah sudut ruangan
itu.
“
jangan terlalu lama mengobrolnya, kau harus bersiap-siap latihan Seo..” seru
jaejoong Oppa ketika kami sudah berjalan menjauhinya.
Seo
hanya menaikkan tangan kanannya dan mengangkat ibu jarinya sebagai respon tanpa
menoleh kebelakang.
Kemudian
kami duduk di podium penonton paling bawah dan mengobrol banyak setelah itu.
***
Hari
berikutnya aku sudah kembali menyibukan diri di kantor biro jodoh milik Yuri
eonnie. Suasana di ruangan ini hening karena kesibukan kami masing-masing,
hanya ada suara kertas dibolak-balik secara berulang-ulang.
Tiba-tiba
pintu ruangan dibuka oleh seseorang dengan sedikit kasar dan berhasil menyita
perhatian kami berdua untuk sekedar menoleh dan melihat apa yang terjadi.
Seorang
gadis masuk ke ruangan ini melenggang dengan angkuh, dibelakangnya diikuti
seorang gadis lain, resepsionis kantor ini, yang berlari kecil seperti sedang
menghadang gadis tadi.
“
maaf kan aku Yull eonnie , Yong eonnie, dia memaksa masuk...” katanya meminta
maaf dengan nafasnya yang sedikit tersenggal.
“
tak apa... kau bisa kembali sekarang.....” kataku akhirnya.
Kim
Hyera masih dengan angkuhnya langsung mendudukan diri di sofa di tengah ruangan
ini. Aku sebenarnya tak menyangka dia akan datang ke tempat di mana aku
bekerja, jika dilihat dari hubungan kami yang memang tak baik-baik saja. Dan
aku merasakan kedatangannya ini membawa aura kelam yang tak kasat mata. Aku
waspada, ku tatap Yull eonnie sesaat yang sepertinya merasakan juga apa yang
aku rasakan.
Aku
kemudian beranjak dari kursiku dan duduk bersama Hyera di sofa tengah.
“
ada perlu apa kau datang kemari..” tanya ku dingin.
“
well... aku hanya ingin mengunjungimu saja....” jawabnya dengan nada yang dibuat-buat,
membuatku muak.
“
aku sedang tak ingin menerima kunjungan hari ini, jika tak ada yang ingin kau
sampaikan , kau bisa pergi sekarang “ aku mulai kesal dan mencoba mengusir dia
secepatnya dari hadapanku.
“
begitukah.... ??” katanya mencibir.
“
tapi aku khawatir kau akan menyesal jika tak mendengarkan ini ........ aku tahu
rahasia besarmu Im Yoona...” katanya
lagi kini dengan senyuman licik sempurna terukir di wajahnya.
“
Rahasia apa ??” tanyaku tak sabar.
“
Hmm... Tentang kau dan Lee Jonghyun”
“
aku tahu kau hanya berpura-pura pacaran dengannya bukan, dan mungkin tak hanya
aku yang tahu, tapi Yurii eonnie juga...” jawabnya dengan nada santai sambil
melirik kesamping sekilas menunjuk Yurii eonnie.
Aku
luar biasa kaget dibuatnya. Bagaimana dia bisa tahu rahasia ini. Aku yakin tak
pernah membagi ini dengan siapapun kecuali Yurii eonnie. Yang tahu rahasia ini
hanya aku, Jonghyun dan Yuri eonnie. Tak mungkin orang lain bisa tahu. Aku
melirik Yurii eonnie yang posisinya dibelakangi oleh Hyera, dia juga terlihat
sangat terkejut mendengar pernyataan tamu tak diundang ini.
Aku
menghela nafasku lambat dan menghirupnya lagi, mencoba menetralisir
keterkejutanku beberapa saat lalu, dan berusaha berpikir jernih. Mungkin dia
hanya memancingku saja, aku masih tak yakin dia mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi. Jadi aku tak akan pernah membuka atau mengakui rahasia ini di
hadapannya begitu mudah. Aku harus membuat siasat agar Hyera tak benar-benar
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“
Apa yang kau katakan.... Jonghyun adalah benar-benar kekasihku” kataku dengan
nada kubuat setenang mungkin.
“
Kotjimal.... Kau berbohong... aku tahu itu “ jawabnya mengejek.
“
aku tak berbohong.... memang begitulah kenyataannya. Dan sebenarnya ada urusan
apa antara kau dan hubunganku dengan Jonghyun, seolah-olah kau tak terima aku
berhubungan dengannya, memangnya siapa kau ??” tanyaku dengan nada tenang tapi
sedikit meremehkan.
Tentu
aku tak senang dia mencampuri urusan pribadiku, memangnya siapa dia. Dan apa
hubungan dia dengan Jonghyun sebenarnya.
“
Siapa aku.... ??? dengar ya Yoona...aku adalah calon yang akan dijodohkan
dengan Jonghyun. Di malam pesta ulang tahunnya itu sebenarnya orangtua kami
telah merencanakan untuk memperkenalkan kami berdua, tapi gara-gara kau!!!
semua menjadi berantakan, bagaimana bisa hanya dengan hubungan pura-pura kalian
ini telah menghancurkan masa depanku untuk mendapatkan pria tampan dan kaya
raya seperti Lee Jonghyun, aku tak bisa menerima ini semua..... “ katanya
berapi-api. Sepertinya amarahnya telah memuncak sekarang. Dia berkata dengan
nada tinggi dan menunjuk-nunjuk ke arahku.
Ah
jadi itu alasannya, dia adalah gadis yang akan dikenalkan pada Jonghyun itu.
Benar-benar tak habis fikir, gadis ini, kupikir dia masih bersama Choi Minho
yang direbutnya beberapa waktu lalu dariku, tapi kini dia malah telah beralih
untuk mengejar Lee Jonghyun yang bahkan telah dibatalkan perkenalannya karena
dia telah memiliki kekasih, aku, kekasih palsunya.
“
aku tak akan tinggal diam Im Yoona, aku akan merebut Lee Jonghyun kembali, aku
akan katakan pada Appanya jika kalian hanya berpura-pura menjadi sepasang
kekasih, lihat saja nanti...” ancamnya sebelum beranjak pergi.
Aku
tak memberikan tanggapan apapun dan membiarkannya berlalu begitu saja. Aku
sempat tepengaruh juga dengan ancamannya barusan. karena dia akan melibatkan
Appa Jonghyun dalam hal ini, orang yang paling ingin kami hindari untuk
mendengar semua rahasia ini. Ahh
Ottokae...??
Kim Hyera memang sudah
merencanakan semuanya dengan baik. Setelah mendengar dengan telinganya sendiri
percakapan yang terjadi di toilet sebuah hotel beberapa waktu lalu antara Yoona
dan Yuri. Seakan dia mendapat angin
segar sekaligus senjata untuk mengalahkan Yoona dan merebut kembali calon jodohnya itu.
Aku
memandang Yull eonnie lemas, lewat tatapan mataku aku mengisyaratkan bahwa aku
membutuhkan bantuan sekarang. Dia hanya tersenyum getir melihat ku, tapi tetap
mencoba menguatkan.
“
Kau harus segera bicarakan ini dengannya Yong....” Sarannya tanpa ku minta.
Aku
langsung sadar dan berjalan menuju mejaku. Kuraih ponselku di meja dan langsung
menghubungi Jonghyun.
Beberapa
saat kemudian terdengar orang diseberang mengangkat teleponnya.
“
Yoboseo...??” sapanya.
“
Noe Odiga...??” tanyaku langsung tak sabar.
“
aku masih di kantor... Wae ??” tanyanya bingung.
“
Bisakah kita bertemu sekarang..??” tanyaku lagi buru-buru.
“
mian... aku tak bisa keluar sekarang, tapi jika memang ada masalah yang
mendesak yang ingin kau katakan, kau bisa mengatakannya sekarang atau kau bisa
datang ke kantor ku “ jawabnya memberi saran. Dia sepertinya mendengar nada
bicaraku yang sedikit berbeda, dan sedikit cemas.
“
aku akan datang kesana...” putusku akhirnya. Aku tak bisa lebih lama lagi
menunggu, fikiranku sudah kacau.
“
baiklah...” jawabnya kemudian, sebelum aku mengakhiri teleponku.
Aku
bergegas merapikan barang-barang ku dan memasukkannya ke dalam tas jinjingku.
“
eonnie aku pergi dulu.... “ pamitku tergesa-gesa padanya.
“
Nee... kau hati-hati di jalan Yong, jangan mengebut...” katanya memperingatkan.
Mungkin dia sedikit khawatir karena aku pergi dengan keadaan cemas menguasai
otakku.
“
aku tahu eonnie..” kataku mengiyakan. Aku tersenyum sekilas padanya dan
berlalu.
Aku
sampai di kantornya 15 menit kemudian. Aku langsung menuju ke lantai di ruang
kerjanya berada yang tadi sempat diberitahukannya lewat pesan singkat.
Aku
berjalan ke tempat yang ditunjukkannya tadi dan mendorong pintunya. Kulongokkan
kepalaku sedikit untuk mengetahui apakah si penghuni berada di ruangannya
sekarang. Sepertinya dia menangkap suara pintu yang didorong olehku tadi,
terbukti dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu.
“ Oh kau sudah datang... masuklah...” katanya mempersilahkan aku masuk.
“ Oh kau sudah datang... masuklah...” katanya mempersilahkan aku masuk.
Aku
berjalan gontai menuju kursi di hadapan mejanya, dan mendudukan diri disana.
Dia beranjak sejenak untuk mengambilkan ku sekaleng soda, sepertinya dia tahu
pikiranku yang sedang suntuk, dan sekaleng soda mungkin bisa mendinginkan
otakku sejenak.
Aku
meletakkan lenganku di meja dan menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku.
“
Ottokae...??” keluhku lirih.
“
Wae... apa yang terjadi... ada apa denganmu, apa kau sakit ??” tanyanya
khawatir sambil mengulurkan tangannya menyentuh lenganku dan merasakan
temperaturnya.
“
Hyera tahu rahasia kita...” kataku lagi setelah menurunkan kedua telapak tanganku
dari wajahku.
“
Hyera Nugu ??” tanyanya bingung.
“
Kim Hyera... gadis yang sebelumnya akan dikenalkan denganmu “ kataku mencoba
membuatnya mengerti.
Dia
masih mengerutkan alisnya , pertanda dia masih bingung sekarang.
“
kau masih ingat, gadis kekasih mantan kekasihku yang waktu itu bertemu dengan
kita di depan kafe... dia itu Kim hyera...” jelasku lagi dengan clue yang lain,
semoga kali ini dia mengerti, tak lucu jika kekesalan ku menjadi bertambah
karena sifat innocent nya itu.
“
ah,,, gadis itu...” akhirnya dia mengerti juga. Dalam hati aku bersyukur.
“
Appa mengenalkan aku padanya dan Ayahnya ketika pesta ulang tahunku beberapa
hari lalu, aku pikir aku pernah melihat wajahnya, Oh... ternyata dia mantan
temanmu itu..” dia mengangguk-angguk mengerti dengan penjelasannya sendiri.
“
bagaimana dia bisa tahu..??” tanyanya lagi.
“
aku tak tahu pastinya, dia datang ke kantorku siang tadi dan mengungkapkan
segala apa yang diketahuinya, dia bahkan mengancam akan memberitahu Appa mu
soal ini” kataku menceritakan kejadian tadi siang di kantorku.
“
memang siapa dia , dan apa urusannya dengan kita ??” tanyanya dengan nada
mencibir tak suka, seperti apa yang tadi sempat kurasakan. Aku masih tak terima
Hyera tiba-tiba datang dan mengacaukan semuannya.
“
Dia menganggap kau adalah calon yang akan dijodohkan dengannya, dan karena aku datang
bersamamu di pesta ulang tahunmu dan dikenalkan sebagai kekasihmu, maka
otomatis rencana itu dibatalkan, dia tak terima dengan hal itu, dia telah
membenciku sejak lama, dan karena hal ini dia semakin membenciku lagi “ jelasku
panjang lebar.
“
begitu rupannya...benar-benar gadis gila..” komentarnya kemudian.
“
dan dia juga termasuk orang yang sangat nekad tentang apapun.. aku takut dia
akan memberitahu Appa mu tentang semuanya” ujarku menambahkan.
“
tenang saja... aku akan mengatasi semuannya, aku yakin Appa juga tak akan
semudah itu percaya padanya..” katanya menenangkanku.
“
begitukah ?? baiklah... jika memang begitu “ ucapku mengiyakan.
Aku
membuka kaleng soda itu dan meneguknya setengah.
“
apa kau sudah makan siang...” tanyanya setelah melirik sekilas ke arah jam
tangannya.
Aku
hanya menggeleng-gelengkan kepalaku sebagai responnya.
“
aku tak berselera...” kataku menambahkan.
Aku
masih memegangi kaleng soda itu dan meneguknya sesekali.
“
kau tak boleh sering-sering melewatkan waktu makanmu Yoona, bagaimanapun
keadaannya” katanya menasehati seperti orang tua.
Aku
hanya mengangguk-angguk malas tak tertarik dengan kata-katanya.
“
apa kau ingin makan siang disini, aku bisa memesankan makan siang untuk kita “
katanya memberi saran, dia masih memandangku untuk melihat reaksiku. Aku balas
menatapnya tapi tak merespon apapun. Aku sedikit bingung dengan saran yang
disampaikannya. Sikapnya aneh hari ini, menurutku.
“
Oke... Tunggu sebentar aku akan memesan makanannya sekarang...” putusnya ketika
aku tak juga berkata-kata. Dia beranjak meraih teleponnya dan menghubungi
seseorang.
Beberapa
waktu kemudian pesanan datang dan Kami memulai menyantap makanan kami
masing-masing dalam sunyi.
“
aku tahu kau tinggal sendiri di seoul, jadi mungkin kau tak makan dengan
teratur dan juga sembarangan “ katanya tiba-tiba mengomentari kehidupanku.
Aku
memalingkan wajahku sedikit tak suka.
“
apa maksudmu ??” tanyaku dingin.
“
jangan teralu sering makan-makanan junk food, ramyun , dan sebagainya. Kau
harus makan-makanan yang bergizi” katanya lagi seperti kata-kata yang selalu
dilontarkan oleh orang tua ku ketika mereka datang berkunjung.
“
jika kau tak sedang memiliki makanan yang benar yang bisa kau makan, atau jika
kau sedang malas seperti ini, datanglah kerumah, eomma pasti akan dengan senang
hati memasak makanan yang baik untukmu” sarannya lagi. Aku menjadi semakin
bingung dengannya hari ini. Tumben sekali dia peduli dengan makanan apa yang
aku makan.
“
Eomma dan Seo pasti akan senang jika kau sering mengunjungi mereka.... “ dia
mencoba memberikan alasan lain yang mungkin bisa lebih kuterima dari semua
perkataannya yang sudah-sudah.
Aku
masih mengamatinya, dia berbicara panjang lebar menasehatiku tapi dia juga tak
berhenti dari aktivitas makannya. Seperti tak terusik apapun.
“
aku tak enak dengan kebaikan yang selalu mereka berikan padaku, sementara aku
begitu jahat telah membohongi mereka seperti ini...” jawabku akhirnya sambil
menghembuskan nafas berat, sedikit menyesal.
“
Biarpun begitu, kau tetap temanku Yoona, jadi tak apa jika kau sering-sering
datang mengunjungi mereka, hubungan pura-pura ini jangan sampai terlalu jauh
mempengaruhi hubunganmu juga dengan Eomma dan Seo, mereka terlanjur suka dengan
keberadaanmu...” katanya lagi, dia kini sudah sepenuhnya mengalihkan
pandangannya kearah ku, menghentikan aktivitas makannya sejenak, begitupun
denganku.
Aku
sedikit menyesal mendengar kata ‘teman’ yang dilontarkan olehnya tadi. Tak
benar jika menyebut hubungan kami adalah hubungan sepasang kekasih, tapi
bukankah juga terlalu biasa jika menyebut itu dengan kata per’teman’an saja.
Aku dilema dengan perasaanku yang tiba-tiba ini. Mungkin aku terlalu banyak
pikiran hari ini, jadi tanpa sadar halusinasi, ilusi menguasai otakku tiba-tiba
tanpa ku sadari.
“
baiklah akan ku fikirkan...” putusku kemudian.
Dan kami
berdua kembali hanyut dalam diam di sisa aktivitas makan siang kali ini.
***
Ternyata
ancaman yang dilontarkan oleh Hyera beberapa hari lalu benar terjadi, aku pikir
dia hanya ingin mengusikku saja, benar-benar tak bisa dipercaya.
Jonghyun
meneleponku suatu malam ketika aku akan beranjak tidur. Memberitahukanku
tentang hal itu.
“ lalu apa yang harus kita lakukan, apa tak
apa-apa jika ini harus terbongkar sekarang” tanyaku menanggapi, aku
memperkirakan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.
“
aku tak akan membiarkannya..” katanya tegas.
Aku
sempat terkejut mendengarnya.
“
Jika itu sampai terjadi, aku yakin Appa tak akan berlama-lama lagi mengambil
keputusan untuk benar-benar menjodohkan aku dengan gadis itu... dia mebuatku
ngeri, caranya memandangiku seperti singa mengincar mangsa ” katanya mengeluh.
Ahh jadi itu alasannya.
“ ahh... ini akan jadi semakin sulit sekarang
“ kataku sambil mendesah pasrah.
“
jangan dipikirkan, aku akan mengurus semuannya, tidurlah, ini sudah larut
malam..” katanya mengingatkan.
Aku
tahu dan selalu ingat, dia sering sekali mengatakan hal itu jika dia yang akan
mengatasi semuannya dan memintaku tak perlu terlalu keras memikirkannya. Aku
merasa seperti di lindungi setiap kali dia mengatakannya, walaupun itu memang
seharusnya yang dia harus lakukan karena telah melibatkanku dalam masalahnya.
“
kau juga... istirahatlah...” kataku menimpali.
Kemudian
aku langsung beranjak tidur dan mencoba melupakan fikiran-fikiran ku selama
beberapa hari ini yang ternyata menjadi kenyataan, aku akan kembali insomnia
jika terus-terusan begini.
Paginya
setelah aku selesai mandi dengan handuk masih bertengger di kepalaku yang
basah, ponselku berdering menandakan ada pesan singkat yang masuk. Aku bingung
juga siapa orang yang sepagi ini telah menghubungiku.
From
: Seo
To
: Yoona
Eonnie
apa benar hubunganmu dengan Jong Oppa hanya pura-pura saja... itu tidak benar
kan Eonnie ??
Ternyata
Seo yang mengirimiku pesan. Pesan dengan nada meminta penjelasan ini sedikit
membuatku tersentak. Ternyata berita itu sudah sampai di telinga Seo, itu
berarti Eomma nya juga telah mengetahuinya. Ottokae ???
Tanpa
sanggup berpikir lagi aKu langsung mengirim pesan pengaduan pada Jonghyun, aku
harap dia bisa membantu ku tentang apa yang harus ku katakan pada adiknya itu. Tak
berapa lama dia telah membalas pesanku, tanggap juga dia rupanya.
From
: Jong
To
: Yoona
Aku
sudah menduganya , Appa menanyakan hal itu lagi padaku pagi ini, dan Seo
mendengarnya.... bisakah kau berbohong lagi padanya.... mian... aku belum
menemukan bagaimana caranya menjelaskan atau menyelesaikan masalah ini. Aku
mohon.
Ahh....
aku benar-benar sudah menjadi pembohong sekarang, aku jadi merasa buruk
karenanya.
Dan
baru saja aku akan mengetik balasan pesan untuk Seo, ketika tiba-tiba sebuah
panggilan masuk, dan nama Seo terpampang jelas di layar ponselku. Dia
sepertinya tak sabar menunggu balasanku yang kelewat lama.
“ apa kau benar hanya berpura-pura pacaran
dengan Jong oppa ??” dia mengulangi pertanyaanya .
“
kenapa kau tanya begitu.....??” tanyaku balik padanya.
“
karena tadi Appa bilang seorang gadis memberitahunya kalau kalian...” dia tak
sempat menyelesaikan kata-katanya yang terdengar bingung itu karena aku sudah
memotongnya.
“
kami benar-benar berpacaran Seo, mungkin jika memang ada seorang gadis yang
mengatakan hal semacam itu, dia hanya tak menyukai hubunganku dengan Jongie
oppa” aku hampir tersedak ketika
mengatakan kata-kata yang terakhir itu, meskipun aku tak sedang memakan apapun.
Aku tak tahu, aku mengatakannya agar Seo mempercayaiku, atau aku memang terlalu
mendalami peranku sebagai kekasih palsu Jonghyun, aku rasa aku juga harus
belajar mengatakan kata-kata itu agar orang-orang tak semakin curiga.
“
ahh... syukurlah kalau begitu...” dia menghela nafanya lega ketika aku
menyelesaikan penjelasanku.
“
aku dan eomma sudah sangat menyukai eonnie, aku langsung tak percaya ketika
Appa menanyakan hal itu pada Jong Oppa pagi tadi, aku langsung kehilangan
selera makan karenanya. Aku tak tahu harus berbuat apa jika berita itu benar
adanya “ Seo mengeluh panjang lebar tentang perasaannya.
Aku
hanya menanggapinya dengan kata-kata yang menenangkan. Ku harap dia tak
memikirkan hal ini lagi nantinya.
***
Jonghyun
POV
Sore
ini aku pulang kerja dengan tampang luar bisa lelah dan penat, dan lagi mood ku
tak sedang baik hari ini. Siang tadi Appa mengajakku makan siang bersama
seorang gadis bernama Kim hyera dan ayahnya juga. Aku sempat menolak
mentah-mentah rencana yang sangat mendadak itu, ini terlihat seperti acara
makan siang untuk menjodohkan kami berdua saja, Tapi Appa meyakinkan aku bahwa
ini adalah yang pertama dan terakhir, dia hanya tak enak menolak undangan
temannya itu. maka aku tak punya pilihan lain selain mengiyakannya.
Aku
baru tahu kalau gadis perusak rencanaku itu memang gadis bermuka dua dan
penjilat. Dia terlihat manis dari luar tapi aku tahu ada kilatan-kilatan jahat
di matanya dan senyumnya ketika sedang berbicara.
Aku bertemu Eomma di ruang tengah sedang
menonton sebuah acara variety show dengan Appa dan Seo yang menemaninya.
“
Oh Jongie kau sudah pulang... aku pikir kau tak akan pulang hari ini...” Tanya
Eomma ketika melihatku masuk.
“
ohh... wae eomma,... aku tak ada lembur hari ini...” jawabku sedikit bingung
dengan pertanyaannya yang tiba-tiba.
“
anii... bukan begitu maksudku.... Apa kau tak menginap di apartemen Yoona,
besok kan sudah weekend..” jawabnya sukses membuatku tersentak, apa sebenarnya
yang dikatakannya...
“
Majayoo.... kalian kan sudah sama-sama sibuk selama seminggu ini, apa kalian
tak ingin menghabiskan waktu bersama, Oppa...??” Seo juga turut serta
mengomentari ucapan Eomma tadi.
“ Apa lagi kau tahu sendiri, hubungan kalian
sedang diterpa kabar yang tak menyenangkan, pastinya kalian mengalami masa-masa
sulit dalam hubungan kalian beberapa hari ini....” kata eomma mencoba mencari
alasan lain yang mungkin bisa kuterima dari apa yang disampaikan oleh Seo tadi
sambil melirik Appa.
Aku
ikut memandang pada Appa sejenak, mencoba membaca ekpresi wajahnya, tapi tak
berhasil. Lalu sebuah ide muncul dalam otakku.
“
Aku memang berencana begitu...” kataku berbohong. ekor mataku masih mengamati
wajah Appa, dia tak terlihat tertarik, tetapi juga tak terlihat akan memberikan
komentar.
Mungkin
saran eomma untuk menginap di apartemen Yoona ini dapat meyakinkan Appa bahwa
kami memang memiliki hubungan khusus, maka tanpa otakku memprosesnya lebih lama
lagi, aku langsung mengiyakannya, aku harap ini akan berhasil.
“
aku hanya pulang untuk mengambil bajuku....” kataku lagi yang kini sudah
memandang kembali sepenuhnya pada Eomma.
Walaupun
Appa terlihat tak begitu mempedulikan rencana itu setidaknya dia juga tak
terlihat akan mengomentarinya. Aku bisa sedikit bernafas lega.
“
Bagus sekali kalau begitu” sahut eomma senang
Aku
bergegas menuju kamarku dan mengambil beberapa baju dan memasukkaannya kedalam tasku. Kemudian aku
langsung beranjak mandi, dan berganti pakaian dengan yang lebih kasual. Celana
Jeans biru tua dipadu kaos hitam panjang yang ku tarik lengannya sampai ke
siku. Aku hanya menyisir rambutku yang basah tanpa menambahkan apa-apa lagi
padanya.
Ku
check kembali semua perlengkapan dalam ranselku, memastikan tak ada yang
tertinggal, lalu kemudian langsung beranjak pergi. Aku berpamitan dengan mereka
semua yang masih berada di ruang tengah sejak tadi. Seo sempat merengek ingin
ikut juga bertemu dengan Yoona, tapi eomma langsung menenangkannya, Eomma dan
Appa hanya berpesan agar aku berhati-hati dijalan.
Appa
sepertinya mulai kembali percaya pada kebenaran hubunganku dengan Yoona, itu
kabar baik.
Cheongdamdong,
Apartment
Ting....Tung...
Aku
memencet bel beberapa kali dengan sedikit tidak sabaran, karena sebenarnya aku
sudah sangat lelah sebelum rencana ini tiba-tiba muncul dan mengalihkan
perhatianku sejenak.
Beberapa
saat kemudian pintu dibuka perlahan dan menampakkan wajah kaget Yoona ketika
pertama kali mengetahui siapa yang datang. Yoona terlihat sangat polos dan
cantik, dengan balutan baju kasual ala rumahan, kaos oversize dan celana pendek
biru tua setengah paha. Tanpa polesan make up diwajahnya dan rambut yang
dikuncir asal-asalan. Sepertinya dia sedang malas-malasan saat aku datang.
“
wae yoghi isseo ??” tanyanya dengan menyelidik, matanya mengamati sekujur
tubuhku dari atas sampai bawah berulang-ulang. Wajar jika dia kaget dengan
penampakanku di depan Apartementnya, yang memang baru pertama kalinya terjadi,
karena aku memang tak memberi tahunya jika aku akan datang. Aku tak ingin dia
mengacaukan rencana itu sebelum terjadi.
“
aku hanya ingin berkunjung saja “ jawabku santai tak memperdulikan dia yang
terlihat was-was.
“
lalu kenapa kau membawa ranselmu juga “ dia menunjuk ransel yang tersampir di
bahu kiriku dengan curiga.
Tak
merespon pertanyaanya aku malah langsung berjalan masuk melewati celah pintu
yang dibuka Yoona, dia mundur selangkah, bukan karena mempersilahkan aku masuk
tapi karena dia kaget aku berjalan ke arahnya.
“
aku akan menginap disini malam ini....” aku sudah melepas sepatuku dan berjalan
ke arah ruang tamu.
Yoona
terbelalak kaget ketika aku mengutarakan maksud kedatanganku. Dia langsung
membanting pintunya kasar dan berlari kearahku.
“
Yahh!! apa yang kau pikir kau lakukan, aku tak akan mengijinkanmu untuk
menginap disini seenakknya “ teriaknya sambil menarik-narik lenganku, mencoba
untuk menyeretku kembali ke arah pintu. Segera ku dudukan diriku di sofa
panjang ruangan itu.
“ yahh!! hentikan, aku sangat lelah sekali
sekarang...” kataku kesal. aku bersandar pada punggung sofa dan memejamkan
mataku, meletakkan telapak tangan kananku menutupinya.
Dia
yang sudah kesal dan menyerah akhirnya menghempaskan lenganku denga kasar, dan
kemudian mendudukkan dirinya di sampingku dengan sedikit hentakan keras.
“
wae ??.... kenapa kau ingin menginap disini....” tanyanya kesal.
“
tiba-tiba saja ide itu muncul ketika eomma menanyakan hal ini padaku tadi
sore..” jawabku masih tak beralih dari kegiatanku sebelumnya.
“
kenapa eomma mu tiba-tiba saja menanyakan hal itu...” tanyanya lagi tak puas
dengan jawabanku.
“
tentu saja karena kita adalah sepasang kekasih, dalam pandangan mereka, apa
lagi ini adalah malam minggu” jawabku sedikit kesal sambil meliriknya tajam.
“Aishh...”
dia menggerutu kesal sambil membuang muka.
“
lalu kenapa kau tak pergi menginap di rumah temanmu yang lain saja , keluargamu
pasti tak akan ada yang tahu, dan tetap menganggap bahwa kau memang menginap
disini” omelnya lagi, memberikan saran-saran konyol semacam itu.
“
apa kau lupa, rahasia ini hanya aku dan kau saja yang tahu...” jawabku sambil
mengarahkan telunjukku kearahnya dan aku bergantian .
“
ahh... benar juga...Aigooo...” desahnya pelan sambil merutukki kealpaannya.
“
sudahlah... aku sangat ngantuk sekali sekarang, aku akan tidur sebentar,
bangunkan aku saat makan malam nanti....” perintahku dengan malas.
“Mwoo...
kau belum makan malam sebelum datang kemari, aigoo..merepotkan sekali”
kekesalannya sekarang kembali memuncak.
“
aku buru-buru tadi dan tak sempat melakukan apapun “ jawabku masih malas. Dia
meresponnya dengan mendesis pelan.
“
dimana aku akan tidur... “ tanyaku masih dengan nada mengantuk.
“
di sofa saja...” jawabnya acuh, dia sungguh tega sekali.
“
aku tak bisa tidur di sofa, apa tak ada kamar tamu disini ??” tanyaku masih
kuat untuk berargumen dengannya walaupun dengan keadaan yang sangat mengantuk
seperti ini.
“
ada... tapi mungkin sedikit berdebu, aku belum sempat membersihkannya hari ini
“ dia mencoba beralasan untuk memaksaku tidur di sofa malam ini, tapi aku tak
akan menyerah begitu saja.
“
hmm... kau bisa membersihkannya selagi aku tidur di kamarmu ...” jawabku santai
sambil berjalan ke arah sebuah ruangan yang ku yakini adalah kamarnya, setelah
beberapa saat lalu mengobservasi keadaan sekitar, ruangan itu terlihat lebih
luas dari yang lain, jadi aku yakin itu adalah kamar utama.
“
Yah!! kau mau kemana...” tanyanya panik ketika aku berjalan ke arah ruangan
itu, dia sepertinya tak menyangka kalau aku tahu dimana letak kamarnya.
Dia
berdiri menghadangku tepat di depan pintu ruangan itu. membentangkan tangannya
lebar.
“
kau mau kemana ??” tanyanya lagi dengan tajam.
Aku
menunjuk ke arah ruangan di belakang punggungnya tanpa berkata-kata.
“
ini kamarmu bukan....Lihat...kau bahkan meletakkan foto yang luar biasa besar
disini... aigooo... narsis sekali...” aku menunjuk ke arah sebuah foto di
samping pintu ruangan itu yang ukurannya cukup besar dan sedikit menjorok ke
arah dalam, dengan efek hitam putih yang diterangi cahaya lampu putih terang,
disana menampakkan pose Yoona diambil dari arah samping, bak model profesional,
cukup kreatif juga menurutku. Walaupun memang aku sedang dalam keadaan
mengantuk seperti ini tapi kemampuan analisis ku tak berkurang sedikitpun.
Yoona tak merespon dan malah menggerutu sendiri tak jelas.
Yoona tak merespon dan malah menggerutu sendiri tak jelas.
Tak
ingin menunggu lebih lama lagi, karena kantuk yang makin menyiksa, aku
menggeser lengannya menyingkirkannya
dari depan pintu , langsung kubuka kenopnya dan sedetik kemudian wangi aroma
bunga langsung menyeruak ke indera penciumanku begitu aku melangkahkan kaki
kedalamnya. Sejuk dan nyaman.
Kudengar
Yoona mengumpat padaku dibalik pintu yang belum ku tutup sempurna. Aku tak lagi
memperdulikannya, dan langsung ku langkahkan kaki ku ke arah sebuah ranjang
berukuran lumayan besar yang terletak di tengah ruangan. Bentuknya aneh tak
seperti bed biasanya, berbentuk hati dibalut kain beludru warna merah darah.
Bantal-bantal yang putih lembut beraksen feminim betebaran di atasnya dan
selimut warna senada yang sangat lembut. Begitu elegan.
Aku
langsung merebahkan diri disana, tak kuat lagi mengobservasi seberapa unik
design kamar ini. Aku langsung terlelap begitu aku terbaring, terbawa suasana.
Yoona
POV
Aku
langsung menuju kamar tamu ketika jonghyun sudah menghilang ke dalam kamarku.
Sebenarnya aku tak rela jika ada orang lain yang menempati kamarku selain
diriku sendiri, kamar yang ku rombak secara besar-besaran sesaat setelah aku
pindah ke apartmen ini, semuanya kubuat dan kupilih sesuai dengan design yang
ku rancang sendiri, agar aku bisa selalu
merasa nyaman berada di sana.
Aku
hanya butuh beberapa saat untuk membersihkan ruangan kamar tamu itu, walaupun
jarang sekali digunakan tapi aku tetap secara rutin membersihkannya,
kalau-kalau tiba-tiba saja dibutuhkan
seperti sekarang ini. Setelah itu aku langsung menuju dapur untuk memasak makan
malam untuk kami berdua, tamu tak diundang itu, dia memaksaku memasak untuk porsi
lebih besar dari pada biasanya, merepotkan sekali, tapi mau bagaimana lagi.
Aku
mencari bahan-bahan yang bisa ku gunakan untuk membuat makan malam, disana
hanya tertinggal daging cincang dan beberapa bahan lain, aku harus pergi belanja besok, janjiku pada diri sendiri.
Aku
kemudian memutuskan untuk membuat bulgogi saja dengan bahan-bahan yang ada. Ini
tak begitu sulit menurutku. Dan terbukti aku dapat menyelesaikannya dengan
cepat.
Jam
sudah menunjukkan pukul 7 malam ketika aku menyelesaikan semuanya. Dan kemudian
aku langsung beranjak menuju kamar ku untuk membangunkan tamu tak diundang itu.
Aku
membuka pintu perlahan. Fokusku langsung tertuju pada pusat ruangan itu, di
atas ranjangku tercinta seorang pria dengan sangat lelap tertidur dengan memeluk
boneka rillakuma besarku. Aku mendekatinya perlahan, wajahnya terlihat sangat
lugu dan polos. Sangat imut sekali, tak
sadar aku memujinya.
Ku
goyangkan lengannya perlahan.
“
Yahh!! ireona...” aku berseru lirih, sedikit tak tega untuk membangunkannya
yang terlihat sangat lelah sejak kedatangannya sore tadi,
Dia
sepertinya tak terganggu dan masih meneruskan tidurnya yang lelap.
“
Jonghyun... Ireona....” kini suaraku agak ku
perkeras agar terdengar olehnya. Tapi dia tak juga bergeming.... oh
dasar Sleeping log!
“
yahh!!....” aku berseru lebih keras lagi kali ini dan mengguncang lengannya
dengan hebat karena kesal.
“
lima menit lagi....” jawabnya sambil mengacungkan 5 jarinya keatas dengan masih
menutup matanya.
“
yahh kau pikir ini rumah siapa.... cepat bangun sebelum ku siram kau dengan air
es...” ancamku dengan tangan ku letakkan dipinggang. Menatapnya garang.
“
kenapa kau berisik sekali sih,,...” dia malah dengan tanpa dosa menyalahkan aku
si pemilik rumah ini. Benar-benar tak bisa dipercaya.
Matanya
telah terbuka ketika dia menggerutu padaku, menatap langsung ke arah mataku
yang berkilat-kilat karena amarah yang semakin memuncak.
Dia pikir dia siapa berani memarahiku
karena berteriak-teriak di rumahku sendiri. Aigoo..seharusnya tadi aku tak
menerimanya masuk ke rumah ini jika akhirnya begini. Sesalku dalam hati.
“
ku peringatkan kau sekali lagi.... jika kau tak segera bangun....” aku
mengacung-acungkan telunjukku tepat ke arahnya, dengan kata-kata yang kubuat
seseram mungkin sebagai sebuah ancaman. Tapi kata-kataku terpotong karena dia
langsung menyahut dengan cepat.
“
baiklah-baiklah, aku akan bangun sekarang....” jawabnya sambil menggubah
posisinya dari berbaring menjadi duduk, sambil mengucek matanya sekilas dan
mengacak rambutnya menjadi semakin berantakan dari sebelumnya.
Aku
masih menatap tajam padanya tak teralihkan sedikitpun karena amarah yang belum
mereda. Tanpa ku aba-aba lagi dia sudah beranjak dari kasur kesayanganku dan
melepaskan boneka Rillakuma yang dipeluknya sedari tadi. Dia langsung berjalan
ke arah pojok kiri ruangan, aku mengerutkan kening curiga memandangi
langkahnya, dia menuju ke kamar mandiku yang terletak di pojokan itu, bagaimana dia bisa tahu kalau kamar mandinya
ada disana, dia membuka pintunya dan masuk ke dalamnya. Sedetik kemudian
aku mendengar air mengucur di wastafel dan gemericik air yang membentur
sesuatu. Dia mencuci mukanya disana.
Dia bersikap seolah-olah ini
adalah kamarnya sendiri, aigoo...
Dia
sudah duduk di kursi ruang makan setelah menuntaskan aktivitasnya tadi, aku
memutuskan untuk tak mengomelinya lebih jauh lagi, aku mulai lelah dengan
kegiatan yang satu itu sekarang.
“
kita makan apa malam ini ??” tanyanya antusias.
Aku
Tak merespon kata-katanya tapi langsung menggerakkan tanganku untuk membuka
tudung saji di tengah meja makan itu. Dia melihatnya dengan seksama penuh
antisipasi. Dia berseru riang karena makanan yang kubuat ini cukup
membangkitkan seleranya. Terbukti dia begitu lahap memakan makanannya, dan tak
berhenti sebelum piring keduannya habis, aku memandanginya takjub, apa dia tak makan seharian tadi, heranku.
Kami hanya diam dan menikmati makanan masing-masing, tak ada topik yang ingin
kami bahas.
Dan
malamnya hanya kami habiskan dengan menonton film sambil terus ribut kecil
seperti sebelum-sebelumnya.
***
Siang
ini setelah sarapan, aku sudah bersiap-siap untuk pergi. Ku gunakan legging
hitamku dipadu dengan kaos abu-abu sepaha yang agak oversize, serta ku kucir
rambutku dengan gaya pony tail, aku keluar dari kamarku menenteng dompet dan
kunci mobilku. Saat aku melewati ruang tengah, Jonghyun terlihat sedang
menonton tv, aku tak memperdulikannya, selama dia tak membuat kekacauan dan
membuatku kesal itu sudah lebih dari cukup.
“
kau akan pergi kemana....” tiba-tiba dia menoleh dan bertanya, dia menyadari
aku yang lewat didekatnya menuju ke arah pintu depan.
“
belanja....” jawabku singkat tak menoleh sedikitpun dan kemudian memakai
sneakers merahku.
Dia
beranjak dari tempatnya duduk setelah mematikan Tv yang tadi ditontonnya, dia
lalu menuju ke arahku.
“Aku
ikut... aku tidak mau tinggal disini sendiri...” ucapnya lalu langsung memakai
sepatunya sendiri disampingku. Dia tak mengganti bajunya terlebih dahulu,
Trackpants hitam, kaos hitam tanpa lengan dan ditutup dengan jaket hitam
bertopi yang sejak tadi sudah bertengger di kepalanya, bukankah ini terlalu kasual untuk bepergian, tapi dia terlihat
nyaman-nyaman saja.
“
Andwae... membiarkanmu ikut mungkin malah akan semakin menambah repot saja....”
tolakku langsung tak menerima permintaannya.
Dia
tak menjawab malah langsung berjalan menuju ke arah pintu dan membukanya, aku
melihatnya tak percaya, dia sepertinya tak mendengar kata-kataku.
“
yah!! aku tak mengizinkan kau ikut pergi...” kataku menolakknya lagi karena dia
seperti mengabaikan penolakanku yang tadi.
“
yah!! kenapa kau terus saja berteriak padaku sejak kemarin....” dia memandangku
dengan kesal di ambang pintu.
“
dan siapa kau berani sekali melarangku untuk pergi...” dia malah berganti
meneriaki ku dengan kesal.
“
ayo cepat keluar, apa kau akan terus berdiri disitu dan mengomel padaku sampai
tahun depan, aku sih tak masalah jika kau menginginkannya....” katanya
menyindirku dan berlagak melucu, dia berani sekali membuat diriku menjadi
lelucon konyol seperti ini.
“
aishh...” aku mendengus kesal dan menghembuskan nafas keras. Aku langsung
berjalan melewatinya yang masih memegang knop pintu itu untukku.
Beberapa
waktu kami telah berputar-putar di area supermarket mencari-cari apapun yang
ingin ku beli, aku berjalan di depan sedangkan Jonghyun ku perintahkan untuk
mendorong troly untuk menampung barang-barangku nanti. aku sudah menemukan
beberapa barang yang aku butuhkan, dan sedang dalam usaha untuk mencari yang
lainnya lagi.
“
kenapa berputar-putar terus, aku sudah lelah sekali....” dia mulai menggerutu
sambil terus mengikutiku dan mendorong troly dengan malas.
“
aku sudah bilang kan tadi, tak usah ikut, lihat sekarang, kau sudah mulai
merepotkanku...” omelku balik padanya. Lihat
dia, seperti anak kecil saja.
Aku memandangnya dan
mendengus dengan kesal. Aku sudah firasat ini akan terjadi sejak dia berkeras
untuk ikut tadi.
“ aku pikir Cuma sebentar
saja tadi....” dia mengerucutkan bibirnya dan membuang muka, benar-benar
kekanak-kanakan, menggurutu seperti itu.
Dia
sudah menarik perhatian sejak datang kemari tadi, beberapa gadis dan ibu-ibu
tak sadar mengalihkan pandangan padanya ketika kami lewat, dan sekarang dia
akan menambah ketertarikan mereka dengan membuat kekacauan disini. Pandangan
mereka membuatku risih tapi Jonghyun terlihat tak perduli dan terus saja
berjalan dengan santai.
“
tunggu disini ...” tunjukku memerintah. Dia langsung berhenti, meletakkan
lengannya di atas pegangan troly dan memandang bingung padaku yang semakin
berjalan menjauh.
Aku
berjalan kembali setelah meninggalkannya beberapa saat, aku memegang sesuatu di
tangan kananku. Ku lihat dia sedang mengedarkan padangannya kesekeliling dengan
bosan. Beberapa langkah kemudian aku sudah kembali berada di hadapannya, dan
dia juga secara otomatis kembali memfokuskan pandangannya kedepan.
“
makan ini selagi menunggu aku selesai....” aku menyodorkan padanya sebuah
eskrim yang tadi kubeli, ku harap ini akan dapat menenangkannya sementara
waktu.
“
kau pikir aku anak kecil umur 8 tahun yang akan langsung diam jika disogok
dengan sebuah eskrim....” dia menyindirku sambil menunjuk eskrim di tanganku
dengan tatapan meremehkan.
“
begitukah ?? baiklah jika kau tak mau.... “ Jawabku tak peduli.
Aku
menarik eskrim yang ku sodorkan padanya tadi, jika memang dia tak
menginginkannya, aku bisa memakannya sendiri. Tapi baru sedikit saja aku
menggerakkan tanganku, tangan lain yang lebih cepat telah menahannya dan
merebut eskrim itu dariku.
Aku
memandang tak percaya padanya. Siapa yang
bilang kalau dirinya bukan anak umur 8 tahun beberapa saat lalu, yang tak akan
mempan jika hanya diberi eskrim untuk membungkam mulutnya yang mulai menggerutu
kesal. Lihatlah dia sekarang, sudah
mulai menyendoki eskrimnya dengan riang. Pandangannya menghindari
pandanganku yang terus menatap aneh padanya.
“
aigoo.... pura-pura berlagak, tapi ternyata mau juga.....” sindirku akhirnya.
Aku
kembali melanjutkan langkahku untuk mencari barang-barang yang kubutuhkan,
Buah-buahan, bahan sayuran, mie instan, dll. Jonghyun tetap menikmati eskrimnya
dengan tenang, rencanaku yang awalnya ku
pikir gagal ternyata sukses besar. Jonghyun tak lagi menggerutu dengan sebal,
dia mengikutiku dengan patuh tanpa suara.
“
Uahh.... mug rillakuma....” mataku tertarik melihat sebuah mug warna kuning
kecoklatan dengan gambar dan design menyerupai boneka Rillakuma. Aku
mendekatinya dan mengambilnya dari deretan rak. Kupandangi dengan kagum dengan
mata berseri-seri.
Aku
menyukai apapun yang berbentuk Rillakuma, seperti bantal, slop rumah, alat
makan, dan beberapa koleksi boneka Rillakuma, dan banyak lagi.
“
kekanak-kanakan sekali....” sebuah suara menginterupsi imajinasiku. Dia
membalikkan kata-kata yang aku katakan padanya tadi. Sial sekali. Aku menoleh dengan tatapan kesal.
“
apa maksudmu.... “ tanyaku dingin. Aku sadar Jonghyun sudah tidak memegang es
krimnya lagi. Jadi pengaruh penenangnya sudah hilang, pantas saja dia mulai
bertingkah lagi.
“
bantal, slop, alat makan.... semuanya.... berbentuk boneka coklat itu, apa kau
seorang anak SD umur 8 tahun, kenapa menggunakan barang-barang semacam itu...”
dia mencibir kegemaranku ini, berani
sekali dia, memangnya siapa dia.
“
bukan urusanmu... urusi saja urusanmu sendiri...jangan menggangguku....” aku
melengos setelah memasukkan mug itu ke dalam troly dan berjalan menuju arah
kasir. Beruntung aku sudah mendapat semua yang aku butuhkan, jadi aku tak akan
lama-lama mendengar dia yang sudah mulai mengomel lagi karena kehabisan obat
penenangya.
Penjaga
kasir itu me-list semua barang-barang yang akan kubeli, disela-sela
aktifitasnya itu sempat-sempatnya dia mengomentari aku dan Jonghyun.
“
apa kalian pengantin baru....” tanyanya dengan senyum misterius.
Aku
terlonjak kaget karenanya setelah aku menyerahkan kartu kreditku ke tangannya.
Ini baru pertama kalinya orang mengatakan hal itu tentang kedekatan kami yang
sebenarnya juga tak dekat-dekat amat. Kekesalanku seketika mulai beranjak naik
lagi.
“
animida....” aku mendengus kesal dan melambaikan telapak tangan ku cepat. aku
benar-benar tak terima dengan pertanyaan yang diajukannya tadi.
“
benarkah.... tapi kalian terlihat serasi sekali..... “ katanya lagi tak
memperdulikan nada kesal yang kulontarkan bersama dengan jawabanku tadi.
“
apakah terlihat begitu....” Jonghyun tiba-tiba saja ikut menyahuti kata-kata
pelayan kasir tadi dengan nada bercanda. Dia mengedipkan sebelah matanya sambil
tersenyum miring , memperlihatkan sebelah lesung pipinya yang dalam dan indah.
Tak
ayal pelayan kasir itu langsung merona merah mendapat perlakuan dari Jonghyun
semacam itu, aku melihat mereka berdua dengan begidik ilfeel.
Jonghyun
yang paling sadar di antara kami bertiga langsung mengambil kartu kredit di
tangan pelayan tadi yang sudah selesai digunakan. Dia menarik pinggangku dan
mendorongnya lembut untuk segera beranjak
dari tempat ku dan berjalan keluar supermarket ini. Dia kembali
tersenyum sekilas pada pelayan tadi dan kemudian mengangkat kantong-kantong
belanjaanku di kedua tangannya. Dan aku membiarkannya, satu hal yang bisa ku
syukuri dari keikutsertaanya pergi bersamaku kali ini , setidaknya dia cukup
membantu walau disaat-saat terakhir.
***
Tingg....Tunggg.....
Aku
berlari ke arah pintu depan yang sudah beberapa saat lalu bel nya berbunyi
nyaring menggema diseluruh ruangan.
Aku
baru saja selesai mandi, dengan bathrobe panjang masih melilit di tubuhku serta
ujung-ujung rambut yang masih basah.
Sepertinya
tamu yang datang ke apartment ku pagi-pagi buta begini sudah tak sabaran lagi,
dia memencet bel nya berulang-ulang membuatku kesal, maka tanpa sempat
merapikan diriku sendiri, aku langsung berlari menuju pintu untuk menghentikan
aksi gila siapapun orang yang ada di balik pintu itu.
Aku
sempat melihat ke arah monitor di samping pintu sejenak sebelum membukanya ,
ternyata dia adalah Choi Minho, kenapa
dia datang kemari pagi buta begini, ada urusan apa lagi dia denganku.
“
wae yoghi isseo...??” tanyaku sedikit kesal setelah membuka pintu dengan agak
kasar. Aku melihatnya dengan pandangan tak suka karena memang kedatangannya tak
lagi kuharapkan dalam kehidupanku apa lagi di pagi buta begini.
“
Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Yoona” dia menjawab pertanyaanku dengan nada
lembut tak menghiraukan kata-kata kesalku yang kulontarkan padanya tadi.
“
ada apa lagi....???” nadaku masih tak juga berubah. Aku memang sudah tak pernah
memikirkan lagi masalahku dengannya, tapi aku juga tak menginginkan dia hadir
lagi di kehidupanku sekarang ini.
“
aku hanya ingin menanyakan, benarkah kau hanya berpura-pura berpacaran dengan
orang bernama Lee Jonghyun itu...” dia tiba-tiba saja menanyakan hal yang tak
pernah ku duga-duga akan keluar dari mulutnya. Aku jujur begitu kaget karena
dia ternyata mendengar tentang kabar itu juga, ahh... tentu saja dia mengetahui berita itu dari Hyera... siapa
lagi...Orang yang dengan sengaja menghembuskan berita ke itu ke seluruh penjuru
dunia, seolah-olah sekarang ini aku merasa rahasia pribadiku sudah menjadi
rahasia publik. Menyebalkan sekali.
“ apa urusanmu dengan
masalah ku....??” tanyaku sinis, aku tak terima dia seolah-olah sok peduli
dengan apa yang terjadi dalam kehidupanku.
Cklekkk.....
Tiba-tiba
suara pintu dibuka menginterupsi konfrontasiku dengan Minho di depan pintu
apartment.
“
Siapa Yoona..... Kenapa berisik sekali....” seseorang keluar dari salah satu
kamar di apartment ku dengan keadaan yang
bisa membuat siapapun berasumsi curiga.
Dia
, Jonghyun, dengan santainya melangkah keluar dari kamar tamu itu dengan hanya
menggunakan selembar handuk putih melingkar di pinggangnya sampai ke lutut,
membiarkan tubuh bagian atasnya terekspos, menampakkan tubuh hasil latihan di
Gym secara rutin, perutnya membentuk kotak persegi yang terbagi 6 secara
sempurna, luar biasa. Satu handuk lagi yang berukuran lebih kecil berada di
tangan kanannya digunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah, lihat, apa yang akan orang pikirkan jika
melihatnya dalam keadaan begitu di apartment seorang wanita, apapun itu, Hentikan,
itu tidak benar.
Jonghyun
langsung melangkah ke arah kami berdua yang masih menatapnya dari ambang pintu.
“
kenapa kau berada disini.... apa yang kalian
berdua lakukan...??” pertanyaan yang harusnya dilontarkan oleh Jonghyun
itu malah di ambil alih oleh Minho, dia memelototkan matanya sempurna sejak
saat Jonghyun keluar dari kamar tamu itu. Dia melihatku dan Jonghyun secara
bergantian dengan tatapan curiga.
“
wae...?? kau sendiri kenapa berada disini pagi buta begini dan membuat
keributan....” tanyanya balik sambil mengerutkan keningnya terlihat tak suka
karena Minho sepertinya telah mengganggu paginya yang tenang.
“
Aku ingin menemui Yoona, apa ada masalah dengan hal itu...” dia tak mau kalah
dan malah balik bertanya dengan nada menantang.
“
tentu saja..., kau tak berhak menemui kekasih orang lain seenaknya sendiri
seperti ini, apalagi pagi-pagi begini , semua harus ada aturannya....” mereka
saling berdebat merasa yang paling benar dari yang lain.
“
Benarkah...?? jangan berpura-pura lagi kau Lee Jonghyun, aku sudah tahu
rahasiamu....” Minho mencibir Jonghyun dengan senyuman licik seolah sedang di
atas awan, lebih unggul.
“
Museon Suri.....” belum habis Jonghyun membalas perkataannya, Minho sudah
kembali menyambarnya.
“
kau bukan pacar Yoona kan.... aku tahu kalian hanya pura-pura saja....”
senyumnya benar-benar terkembang sempurna merasa telah melumpuhkan Jonghyun
dengan senjata pamungkasnya.
Aku
langsung memalingkan wajahku ke arah Jonghyun yang saat itu samar-samar
terlihat bahwa dia kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Minho dengan angkuhnya
tadi. Tapi dengan cepat dia mengubah ekspresi , dia menyunggingkan senyum tipis, Tujuannya jelas,
agar sang lawan tak merasa bahwa dia telah terpojok sekarang.
“
Ohh.... Mian... aku tak tahu berita itu sudah sampai ditelingamu sebegini cepat
hingga membuatmu harus rela pagi-pagi begini datang ke apartment kekasihku,
sebenarnya aku tak menyukai apa yang kau lakukan... tapi sepertinya kau
membutuhkan penjelasan segera.... maaf jika aku mengecewakanmu, tapi aku dan
Yoona , Hubungan kami baik-baik saja, tak terjadi apapun, apalagi seperti apa
yang orang-orang bicarakan di luar sana.” Jonghyun mengucapkanya dengan nada
kelewat santai dan tenang, dia bahkan dengan sengaja merangkul pundakku untuk
meyakinkan kata-katanya, dia mencengkeram lembut lengan atasku seolah mengatakan
padaku untuk tidak protes ataupun terlihat terkejut. Dan aku menurutinya.
Sementara
Minho yang sebelumnya merasa di atas awan kini ekspresi wajahnya berubah
drastis dan menegang. Dia sepertinya tak menyangka Jonghyun mampu mengelak dari
apa yang dituduhkannya tadi bahkan dengan nada yang tak terlihat terpancing
sedikitpun. Kerja bagus Jonghyun,
teruskanlah...
“
apa kau mengetahuinya dari Kim Hyera... kekasihmu itu??” aku ikut menimpali dan
membuat suasana menjadi semakin panas.
“
benar... aku mendengarnya dari Hyera... tapi dia bukan lagi kekasihku Yoona...”
ucapnya dengan nada yang kembali normal. Ekspresi wajahnya juga melembut. Dia
menatap intens padaku.
“
jadi dia sudah meninggalkanmu sekarang..... ??? ohh...aku tak menyangka... dia
tetap saja membenci ku setelah sekian lama, Dulu, dia telah merebut kekasihku
dan sekarang dia juga mencoba menggoda kekasih ku lagi, yang menurutnya tampan
dan kaya, sungguh serakah sekali dia...” kataku dengan nada mencibir dengan
agak kasar. Aku benar-benar sedikit tersulut amarah ketika kenangan itu harus
terungkit lagi dalam keadaan seperti ini. Kurasakan rangkulan Jonghyun kembali
menguat, mencoba menenangkanku.
“
Hentikan Yoona,,...aku sudah tahu kalian hanya pura-pura.... apa kau tak tahu,
aku tetap masih mencintaimu selama ini, tak berubah....” dia berseru frustasi
ketika mengucapkan hal itu. matanya memandangku memohon.
“
Heyy...hey.... kau sudah mulai keterlaluan sekarang, Pulanglah...” Jonghyun
mengusir Minho dengan mengibas-kibaskan tangannya menyuruhnya berlalu.
Masih
dengan tatapan Minho yang tak juga beranjak dan kekesalanku dengan kata-kata
Minho tadi yang belum juga mereda, Tiba-tiba Jonghyun diluar dugaan
menyodongkan kepalanya kearahku menghalangi adu pandangku dengan Minho dan mengecup bibirku singkat. Aku
langsung memelototkan mataku padanya, dia sudah melepaskan ciumannya tapi belum
juga beranjak menjauh. Dia mengedipakan matanya dan tersenyum sekilas membalas
pandangan mataku yang melotot sempurna. Dia sedang berakting lagi kali ini agar
Choi Minho cepat-cepat angkat kaki dari tempat ini.
“
Masuklah...Honey... kita masih harus bersiap-siap....” katanya setelah beranjak
dari hadapanku, dia lalu merengkuhku lagi dan mendorongku untuk masuk ke dalam.
Aku
hanya mengangguk pasrah dan malah membenamkan kepalaku ke dadanya. Belum juga
mulai melangkah Jonghyun mengalihkan pandangannya ke Arah Minho yang telah
membulatkan matanya lagi melihat apa yang baru saja kami lakukan tadi.
“
dan kau... jangan mudah percaya dengan gadis itu.... kau akan rugi sendiri
nantinya...” katanya menasehati Minho. Kemudian tanpa menunggu responnya, dia
mulai melangkah memasuki apartment dengan ku yang masih dalam pelukannya, lalu
menutup pintunya meninggalkan Minho berdiri di luar seorang diri.
Kami
berdua sudah masuk ke dalam apartment tapi jonghyun belum juga melepaskan
rangkulannya di bahuku. Aku sudah akan menumpahkan gerutuanku tentang apa yang
diperbuatnya tadi, tapi dia langsung menempelkan telunjuknya di depan bibirku
dan menatap kembali ke monitor di samping kami, aku mengikuti arah
pandangannya. Disana Minho terlihat sedang menggeram dan menjambak rambunya
frustasi, beberapa waktu kemudian dia beranjak pergi dari depan apartment ku.
Dan disaat itulah Jonghyun baru melepaskan telunjuknya dari bibirku.
Dia
menatapku tenang yang sedang menatapnya dengan kesal. Dia hanya memberikan cengiran
tak berdosa sebagai respon. Aku
mendengus pelan dan langsung berjalan cepat dari hadapannya menuju ke kamarku
denga langkah lebar-lebar.
“
yahh!! kau mau kemana.... buatkan aku sarapan dulu sebelum kau pergi....”
serunya padaku yang beranjak menjauh. Aku tak menoleh pun tak menghentikan
langkahku untuk sekedar menjawab permintaannya.
“
Pulanglah.... dan makan sarapanmu dirumah” seruku balik mengusirnya.
“
aigooo...bocah ini sudah membuatku mati kesal dengan hanya beberapa hari
tinggal disini saja.... Michigene Jinja....” aku menggerutu sepanjang jalan
sambil memukul kepalaku sendiri dengan telapak tangan. Dan membanting pintu
kamarku keras ketika sampai di disana.
Aku
keluar kamar beberapa saat setelah mengganti pakaianku dan merapikan rambutku.
Kemudian samar-samar terdengar suara ribut dari arah dapur, aku langsung
mengeceknya takut kalau-kalau seseorang akan membuat kekacauan lagi. Dan benar
saja, dia berada di sana sedang mencari-cari sesuatu di loker di atas kompor.
Dia sudah mengganti pakaiannya dengan kaos putih berlengan pendek dan celana
selutut.
“
apa yang sedang kau lakukan,...??” tanyaku dingin sambil melipat kedua tanganku
di depan dada, memandang lurus padanya yang memunggungiku.
“
ohh... aku sedang mencari-cari apa ada yang bisa ku makan untuk sarapan, karena
sepertinya tuan rumah tak mau memasakkan makanan untukku...” jawabnya
menyindirku dengan sinis,....sialan benar
dia.
Aku
mendengus kesal karena sindirannya. Kemudian, Aku berjalan lurus kearahnya dan
mengibaskan tanganku menyuruhnya menyingkir setelah berdiri di sampingnya.
“
kau menyingkirlah...”
Dia
menghentikan aktivitasnya dan bergeser agak kesamping. Kemudian, Aku menoleh
padanya yang tak juga beranjak pergi dari tempatnya.
“
kenapa kau tak juga pergi...jika kau memang masih mau makan sarapanmu,
menyingkirlah segera, jangan menggangu ku...” perintahku dengan nada tajam.
“
cihh... kenapa dia selalu marah-marah padaku padahal aku tak melakukan
apapun...” dia menggerutu sambil beranjak dari tempatnya tadi dan menuju ke
arah sofa di depan TV.
Aku
tak memperdulikan gerutuannya dan langsung menyiapkan makanan untuk sarapan
kami berdua. Aku sebenarnya juga sangat lapar karena waktu makan yang
seharusnya sudah berlangsung sejak tadi terpaksa tertunda karena kedatangan
Minho yang tak diduga-duga.
Tak
butuh beberapa lama aku sudah menyelesaikan pancake yang kubuat untuk dua porsi
ini, dengan siraman syrup Orange , aku meletakkannya di atas meja makan dan mendudukan diriku juga
disana.
“
sarapan sudah siap.... Cepat makan makananmu...” seruku dan langsung memulai
sarapanku tanpa memperdulikannya lagi.
Kami
hanya diam di sepanjang acara sarapan pagi ini, menikmati makanan
masing-masing. Dalam keadaan sehening ini tak terelakkan pikiranku tentang
kejadian beberapa saat lalu berkelebat di dalam otakku. Apa yang dia lakukan tadi ?? bisa-bisanya dia melakukan hal semacam itu
tanpa seizinku... ohhh Jinjaa... dan ini sudah yang kedua kalinya... haruskan
dia melakukan hal itu hanya untuk menguatkan aktingnya.... benar-benar gila.
Tapi kenapa dia tersenyum padaku
seperti itu, benarkah hanya untuk kepentingan akting belaka ??.... dan
ciumannya lembut dan manis....Upss,,,, andwae,, apa yang aku pikirkan,,,hentikan...hentikan,,,
hentikan pikiran gila itu....
Aku
memukul kepalaku ringan mencoba melenyapkan pikiran-pikiran yang berkelebat di
otakku tadi. Dan ternyata dia menyadari aksiku.
“
apa yang kau lakukan... apa kau pusing....” tanyanya dengan nada sedikit cemas.
Apa pedulimu.
“
aniya... gwaencana....” jawabku cepat tanpa menatap kearahnya.
***
Jonghyun
POV
Yonghwa
hyung datang ke ruanganku saat istirahat makan siang, karena dia tahu aku masih
saja berkutat dengan pekerjaanku yang menumpuk.
Tanpa
ku sangka kali ini Hyung datang untuk membahas berita itu sekarang. Ku pikir
dia tak peduli tapi kenyataannya dialah yang paling cermat meneliti. Dia memang
orang yang paling mengerti bagaimana diriku.
“ jadi benar kan kalian hanya berpura-pura ??
wae... kenapa kau melakukan itu ??” tanyanya tak percaya
“
ini semua gara-gara Appa “ jawabku singkat.
“
bukan siapa yang memulai gara-gara tapi kenapa kau sampai tega melakukan hal
ini pada gadis tak berdosa itu, apa kau pernah memikirkan kalau-kalau Yoona
akan sakit hati nantinya dengan apa yang kau lakukan ini” dia mulai
menghakimiku sekarang.
“
dia tak mungkin sakit hati, kita adalah teman, dan aku tahu dia juga menganggap ku begitu, jadi tidak
akan ada masalah, lagipula aku sudah katakan padanya aku akan mencari jalan
keluar secepatnya “ jawabku menjelaskan letak hubungan ku dan Yoona.
“
apa jalan keluar yang sedang kau pikirkan, mengganti Yoona dengan gadis lain,
begitu ??” aku terkejut dengan kata-katanya yang dilontarkan setengah berseru.
Dia sepertinya marah atau lebih tepatnya kecewa padaku. Dan sepertinya apa yang
dikatakan Yonghwa hyung tadi pernah terlintas juga dalam benakku, tapi aku
belum memutuskan apapun mengenai itu.
“
bukan begitu...” elakku
“
lalu apa ?? sebegitu frustasikah kau sampai harus melibatkan orang lain dalam
masalahmu...??” dia masih marah, nadanya masih naik satu oktaf.
“
lalu apa yang bisa kulakukan ?? Appa tanpa henti memaksaku untuk berkenalan
dengan putri temannya itu, aku benar-benar tak ingin dijodohkan seperti itu
hyung,” Aku lihat dia menghembuskan nafas berat bahkan bahunya ikut mengendik
karenannya.
“
aku tak tahu harus bicara apa lagi, ku harap kau segera menemukan jalan
keluarnya tanpa menyakiti perasaanya dan perasaanmu juga“ aku hanya mengangguk,
sepertinya hyung ikut menyesali apa yang terjadi saat ini.
“ baiklah, kau bisa mulai memikirkannya,
jangan mengulur-ulur waktu lagi..... dan... jangan lupa besok kosongkan
jadwalmu untuk datang ke pementasan theater seohyunnie, kau harus datang, atau
dia akan sangat kecewa nanti “ Hyung sudah kembali tenang sekarang.
“
arraseo..... “ jawabku singkat.
Yonghwa
hyung berdiri dari kursi di depanku dan berjalan langsung ke arah pintu.
***
Yoona
POV
“
Eonnie... kau datang.....” seohyun berseru senang ketika bertemu kami, aku dan
Jonghyun di depan gedung theater. Dia memelukku sekilas, dia bersama
kekasihnya, Yonghwa, yang tersenyum ramah padaku.
“
tentu saja aku datang, aku ingin melihat bagaimana hebatnya aktingmu...” kataku
menggodanya yang kini tersipu malu.
“
eonnie jangan begitu... aku tak sehebat dirimu...” tanggapnya merendah. Aku
hanya tersenyum mendengar pujiannya.
“
eohh Yoona,,... kau benar-benar menepati janjimu rupanya....” seorang pria
ternyata sudah berdiri di sampingku tanpa ku sadari, dia menepuk puncak
kepalaku ringan, aku kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
“
ohh,,,.. Oppa... kau membuat rambutku rusak....” gerutuku kesal dengan apa yang
dilakukannya tadi. Dia adalah Jaejoong oppa, sunbae ku itu.
“
Oppa... jangan menyentuh Yoona eonnie seperti itu...” suara seo tiba-tiba
terdengar marah pada jae oppa.
“
wae...??” tanyanya bingung.
“
dia adalah milik kakakku, apa kau tak berpikir jika itu akan membuatnya
cemburu...??” seo menunjuk kakak lelakinya yang berdiri di sampingku. Semua
mata kami langsung tertuju padanya.
Jonghyun
yang sedang ditatap malah sedang menatap tajam pada jaejoong Oppa. Kulihat
wajahnya mengeras dan menampilkan ekpresi tak bersahabat, ada apa dengannya ??
“
ohh.... apa ini yang bernama Lee Jonghyun ssi yang selalu dibicarakan itu ?”
tak disangka-sangka Jaejoong oppa malah tersenyum ketika mendapatkan tatapan
tajam dari Jonghyun seperti itu.
“
Annyeonghaseo Lee Jonghyun imnida “ katanya dengan sedikit dingin, walaupun
jonghyun terlihat tak suka tapi dia masih tak kehilangan sopan santunnya.
“
annyeong... aku Kim Jaejoong.... Sunbae kedua bocah ini “ jaejoong oppa
tersenyum semakin lebar dan sambil menepuk-nepuk puncak kepalaku dan seo lagi.
“
oppaa....” protes kami berdua bersamaan yang hanya ditanggapinya dengan tawa
ringan.
“
ternyata apa yang mereka bicarakan selama ini bukan bualan belaka...” katanya
lebih pada dirinya sendiri
“
Oppa..... berhenti menggangu mereka berdua “ tiba-tiba seorang wanita cantik muncul
dari balik punggung Jaejoong Oppa, Taeyeon eonnie, kekasihnya.
“
Benar eonnie, dia sangat menyebalkan sekali, kau harus segera menyeretnya
pergi...” seo menyuarakan pengaduan kepada taeyeon eonnie yang hanya ditanggapi
senyuman oleh mereka berdua.
“
pasti seo..... kita harus segera pergi untuk membantu mengecak persiapan
terakhir.... kalau begitu kami pamit dulu, Hyunnie, Yoona-ya dan semuanya...”
dia pamit menjauh sambil menyeret kekasihnya yang terus melambai-lambaikan
tanganya kepada kami.
Saat
bersamaan Jonghyun menghembuskan nafas leganya dengan keras sampai aku dapat
menangkap suaranya.
“
kalau begitu aku juga akan siap-siap dulu....” kata seo setelah keduanya
menjauh.
“
aku akan mengantarmu kedalam..” jawab Yonghwa yang tetap selalu setia mendampingi
kekasihnya itu.
“
kalau begitu kami pergi dulu, eonnie, oppa...” pamitnya pada kami berdua.
Seo
dan Yonghwa pergi kemudian, setelah yonghwa sempat menepuk pundak Jonghyun
sekilas entah untuk maksud apa.
“
kalau begitu kita masuk sekarang saja...” Jonghyun langsung menyeret tanganku dan
mengeratkan genggamannya di di telapak tanganku.
Aku
yang sempat terkejut dengan aksinya hanya mampu mengikutinya dengan patuh.
Beberapa waktu kemudian
pertunjukkan dimulai, Yonghwa sudah bergabung lagi bersama kami.
Pertunjukan
berlagsung sukses selama 1,5 jam, dan Seohyun memerankan karakternya dengan
sangat baik sekali. Dia benar-benar berbakat. Aku menjadi bangga sekali
kepadanya, seperti kakak pada adiknya.
Para
audience mulai menghambur keluar dari gedung theater setelah drama selesai.
Jonghyun kembali menggengam tanganku, memastikan aku tak hilang atau tertinggal.
Apa dia bermaksud ingin melindungiku ???
yang benar saja.... tidakkah dia tahu kalau aku sudah hidup di theater ini
lebih dari 4 tahun. Apa mungkin aku bisa tiba-tiba hilang bila dia melepaskan
tangannya dariku. Tapi meski begitu aku juga tetap menyungging senyum senang
karena aksinya itu, setidaknya dia peduli pada keselamatanku.
Sesaat
kami bertiga berdiri di depan theater untuk menunggu kedatangan Seohyun, kami
berencana untuk makan siang bersama, sambil merayakan keberhasilan pementasan
dramanya tadi.
Kami
akan beranjak ketika dua orang lain tiba-tiba datang dan bergabung.
“
Oh Jonghyun annyeong...” suara seorang perempuan bergema aneh memenuhi gendang
telinga. Kami semua menoleh ke arah sumber suara.
Disana
telah berdiri Choi Minho dan Kim Hyera dengan senyum lebar mengembang di
wajahnya, aura gelapnya membuat suasana tiba-tiba menjadi tegang.
“
Oh... Seohyun-ah... aktingmu tadi sungguh luar biasa sekali...” pujinya pada
seohyun dengan senyum semakin lebar.
“
gamsahamnida” jawab seohyun senang.
“
apa kalian semua akan pergi merayakan keberhasilan seohyun setelah ini,
bolehkah kami ikut bergabung “ katanya dengan sangat manis sambil mengedarkan
pandangannya pada Jonghyun, seohyun dan Yonghwa penuh harap. Dia tak
menganggapku sama sekali, seolah-olah aku tak ada disana.
“
tidak...” kata Jonghyun tegas. Nada tak suka jelas terdengar dari sana.
“
wae ?? kenapa tidak. Bukankah jika lebih banyak orang akan semakin meriah,
bukan begitu seohyun ??” dia berganti memohon kepada seohyun yang polos dengan
wajah di buat semenyedihkan mungkin.
“
ahh... N..Nee...” seo yang sepertinya tak mengetahui apa yang terjadi antara
kami akhirnya menerima permintaannya, meskipun dia terlihat sedikit bingung
karena Jonghyun begitu menolaknya dengan keras, tapi karena melihat hyera yang
memelas padanya dia jadi tidak tega.
Jonghyun
seperti ingin menyuarakan protesnya pada Seohyun, aku yang mengetahui hal itu
langsung mengeratkan pegangan tanganku di lengannya, mencegahnya untuk membuat
ini menjadi masalah yang akan mengacaukan hari baik adik perempuannya itu. dia
sepertinya tak sadar jika tangannya masih bertautan denganku, merasakan
cengkeraman tanganku dia mengalihkan pandangannya padaku. Aku hanya menggeleng
pelan sebagai respon, dan dia langsung menghembuskan nafasnya keras.
Aku
tahu saat itu Hyera juga sedang memandang ke arah kami dan menatap tak suka
dengan kedekatan kami berdua.
Makan
siang di sebuah restaurant ini tak
menampakkan suasana kemeriahan suatu perayaan. Disini kim hyera malah yang mendominasi
percakapan, mencoba menarik perhatian, Seohyun, dan Jonghyun, yang hanya mampu
di tanggapi senyuman dan sesekali jawaban oleh seohyun yang terlihat mulai tak
nyaman, sementara Jonghyun yang mengambil tempat paling jauh darinya
jelas-jelas mengabaikannya. Sementara Choi Minho yang sejak tadi diam hanya
terus memandang ke arah ku dan Jonghyun dengan tatapan yang tak terbaca, dan
semakin lama ini semakin membuatku risih.
Beberapa
saat kemudian makanan telah datang. Kami makan dengan sangat khitmad. Hanya ada
beberapa kata-kata yang coba dilontarkan oleh Hyera tapi sepertinya orang-orang
telah sibuk dengan urusannya masing-masing. Seohyun dan Yonghwa yang tampak
mesra, saling menyuap dan mengobrol ringan penuh canda. Jonghyun yang sejak
tadi bermuka muram tanpa di duga-duga juga mulai menyuapkan makanannya padaku
di tengah acara makannya sendiri. Sesekali dia akan menanyakan padaku bagaimana
rasanya dan juga beberapa pertanyaan lainnya. Dia sepertinya sudah tertular
pasangan Yongseo di sampingnya itu.
Mulanya
aku merasa canggung dengan apa yang dilakukannya, tentu saja ini hanya akting
karena ada seo, yonghwa, terlebih Hyera dan Minho, seperti ingin mematahkan
tuduhan yang memang benar adanya itu. aku sempat bingung dan menunggu dia
mengatakan sesuatu, dia biasanya akan mengatakan sesuatu agar aku bersikap
biasa, tapi dia tak mengatakan apapun. Dia malah kelihatannya tidak peduli pada
keadaan sekitarnya, hanya menatapku dan beberapa kali menoleh ke arah pasangan
Yongseo di sampingnya, benar-benar natural.
Sementara
pasangan yang lain, pandangan mereka tak henti-hentinya mengarah padaku dan
Jonghyun. Pandangan mereka tajam dan tak suka, terutama Hyera. Apalagi ketika
tanpa aba-aba Jonghyun mengulurkan tangannya yang sudah memegang selembar
tissue untuk mengelap sudut bibirku, sungguh mesra. Hyera menjatuhkan rahangnya
tak percaya dengan apa yang terjadi, yang tak sesuai dengan kenyataan yang
dipikirkannya.
Hyera
yang sudah tak tahan lagi langsung pamit pergi sambil menyeret Minho yang patuh
tanpa perlawanan sedikitpun, keduanya memandangku untuk terakhir kalinya
sebelum pergi. Jelas terlihat kilatan amarah di mata Hyera sementara Minho
hanya menatapku sendu.
Kami
berempat berpisah di depan restaurant, Yonghwa dan seohyun pergi terlebih
dahulu menyisakan aku dan Jonghyun. Ketika baru beberapa saat kami berjalan
menuju tempat parkir, seseorang menarik perhatian Jonghyun untuk menoleh.
“
Ohh... Fani-ya...” serunya pada seorang wanita yang tak jauh dari kami berdiri
sekarang.
Wanita
itu menoleh seketika dan langsung menyunggingkan senyum menawannya ketika tahu ternyata
Jonghyun lah yang memanggilnya tadi.
“
Oh... Jonghyun-ah, apa kau baru saja makan siang disini....??” tanyanya sambil
berjalan mendekat.
“
apa ini temanmu.... Hello, Hwang Tiffany imnida..” katanya memperkenalkan diri
padaku dengan sangat manis.
“
hello... Im Yoona Imnida....” balasku tak kalah manis.
“
Oh ya Fany... aku meneleponmu beberapa kali tapi tak pernah kau jawab, ada
sesuatu yang ingin ku bicarakan denganmu...” kata Jonghyun setelah acara
perkenalan berakhir.
“
Benarkah... aku kembali ke US beberapa
waktu lalu, apa yang ingin kau bicarakan ?” tanyanya penasaran.
“
bisa kita bicara sekarang ?? “ dia malah balik bertanya.
“
sekarang, lalu bagaimana dengan Yoona-ssi sepertinya kalian baru saja akan
pulang” gadis itu menatapku dengan pandangan tak enak karena sepertinya telah
menggangu kebersamaanku dengan Jonghyun.
“
tak apa-apa kan kau pulang dulu Yoona-ya... ada yang ingin aku bicarakan dulu
dengan tiffany sekarang “ kata Jonghyun padaku seperti mengerti kekhawatiran
yang dirasakan Oleh tiffany.
“
Gwancanayo.... “ jawabku singkat, aku tak mampu mengatakan apapun lagi
setelahnya. Otakku tak dapat ku ajak kerjasama untuk membentuk kata-kata lain
lagi. Yang lebih parahnya lagi nadaku sedikit dingin ketika mengatakannya. Tapi
sepertinya dua orang itu tak menyadarinya, mereka malah menyunggingkan senyum
senang, seolah baru saja mendapatkan restu dariku.
Mereka
berdua beranjak pergi setelah berpamitan padaku. Jonghyun menoleh kembali
kepadaku sekilas.
“
aku akan meneleponmu nanti...” janjinya, lalu kembali berjalan menyejajari
langkah tiffany.
Aku
menatap mereka sampai hilang di balik pintu restaurant. Aku tak sadar mendengus
kesal sendiri. Baru kemudian aku beranjak mencari taxi yang bisa mengantarkan
aku pulang, dengan langkah lebar aku beranjak, ingin segera berlalu dari tempat
ini.
Hari beranjak semakin malam sejak kepulanganku tadi. Aku sudah
mandi, makan malam dan semuanya. Aku menghabiskan waktuku untuk menonton drama
yang sedang tayang saat ini. Aku merasa tak tenang meski aku melakukan
aktivitas yang aku sukai. Alasannya adalah aku seperti sedang menunggu sesuatu.
Ku lirik ponselku entah untuk berapa ratus kali, layarnya ku geser-geser sampai
bosan namun tak juga ada panggilan masuk ataupun hanya sekedar pesan singkat.
Sampai tengah malam dan aku sudah siap berbaring di kasur
kesayanganku yang nyaman, ku coba untuk mengecek ponselku lagi, mungkin untuk
terakhir kalinya malam ini. Dan nihil, tak ada apapun yang kuharapakan terjadi
sejak tadi. Dan kemudian dengan pasrah aku memutuskan untuk berhenti berharap
setidaknya malam ini, dan mulai beranjak
tidur. Dalam kegelisahan hati yang kurasakan aku mencoba berfikir bahwa dia,
Jonghyun, lupa menghubungiku karena terlalu lelah ketika dia sampai di rumah
tadi.
“Jonghyun.....” aku berseru memanggilnya yang berjalan
menjauh. Dia melepaskan tanganku dan berjalan pergi.
“ Jonghyun....” dia tak juga menjawab tapi wajahnya menoleh
padaku dan menyunggingkan senyumnya yang paling kusukai, dengan lesung pipi
terukir indah menyempurnakannya.
Tapi dia terus saja berjalan dan tetap berjalan, menjauh
semakin menjauh dan hilang ke dalam cahaya yang menyilaukan.
“Jonghyun.....”
Aku terengah-engah saat aku terbangun dari tidurku. Keringat
dingin menetes dari dahiku sebesar biji jagung dengan jumlahnya yang tak
terhitung. Aku masih mencoba meredakan deru nafasku yang memburu ketika mimpi
tadi kembali di putar dalam fikiranku. Ada
apa dengan mimpi itu ?? apa maksudnya ?? dan kenapa aku memimpikan dia semalam
??.
Dengan
tak sadar aku langsung menyambar ponselku di meja samping kasurku dan langsung
mengecek kalau-kalau ada panggilan atau pesan yang masuk semalam ketika aku
sudah tertidur. Dan kali ini aku harus kembali kecewa lagi, semua yang
kuharapkan nihil, tak berubah sejak semalam.
“
Michigene... kalau tak ingin menepati seharusnya tak usah berjanji ...
aishh...orang ini benar-benar membuatku kesal” Aku yang kesal lalu melemparkan
ponselku kesembarang arah dan langsung beranjak menuju kamar mandi, berendam
air hangat untuk menghilangkan stress.
Keesokan
harinya, aku baru saja menyelesaikan bimbingan dengan dosenku. Aku akan
beranjak menuju mobil ketika ponselku berbunyi nyaring dalam tas selempangku.
“
Yoboseo....” aku kelewat semangat ketika mengangkat telepon itu. aku bahkan tak
sempat melihat siapa yang sedang menelepon sekarang.
“
yoona, ini eonnie...” Suara Yuri eonnie menggema di telingaku, semangatku
hilang seketika saat itu juga.
“
Nee eonnie, ada apa ??” suaraku kini terdengar sedikit lirih berbanding lurus
dengan suasana hatiku yang memburuk.
“
aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa aku akan pergi ke luar kota kurang
lebih 3-4 hari “ katanya mengungkapkan maksudnya, dia sepertinya tak menyadari
perubahan suaraku.
“
Ohh begitukah,... baiklah eonnie...” jawabku singkat.
“
maafkan aku Yoona, kau jadi harus bekerja di kantor sendirian, dan yang paling
membuatku semakin menyesal adalah aku tak bisa menemanimu di hari ulangtahunmu
2 hari lagi “ dia mengatakannya dengan nada yang terdengar sedih.
“
gwaenchana eonnie, masih ada Luna di kantor, dan aku mungkin akan ke Tokyo di
hari itu, aku akan pulang ke rumah eomma “ meskipun kelihatannya aku sudah
menganggap kepergian Yuri eonnie di hari ulangtahunku itu bukan masalah lagi,
dan kenyataan bahwa aku sudah memiliki rencana yang lebih baik, tapi tak
dipungkiri juga perasaanku tak juga membaik sejak kemarin, dan malah semakin
memburuk.
“
sekali lagi maafkan eonnie Yoona.... kalau begitu aku akan pergi sekarang...
Annyeong” katanya meminta maaf lagi dan kemudian berpamitan.
“
Nee eonnie.... hati-hati dijalan...” kataku mengingatkannya.
“
Nee... kau juga...” dengan itu dia memutus sambungan teleponnya.
Aku
mendesah pelan setelah melempar diriku ke jok mobil dan juga ponsel tak
berdayaku kini sudah tergeletak lemah di kursi lain di sampingku.
“
sempurna.... semua orang pergi di waktu yang tepat.... “ ucapku sarkastik
mengasihani keadaanku sendiri.
Sejak
kemarin setelah pagi yang mengecewakan itu aku sudah bertekad tak akan berharap
apa-apa lagi tentang seseorang akan ingat untuk meneleponku atau sekedar
mengirikan pesan singkat. Aku menghindari ponselku sebisa mungkin,
menjauhkannya sejauh mungkin dari jangkauanku. Siang hari Ku sibukkan diri
dengan mengerjakan thesis ku, bekerja, bertemu dosen, dan ketika pulang kerumah
aku langsung berkutat dengan buku-buku, atau mencoba resep-resep baru dan
membuat dapurku berantakan, dan menonton drama sampai mataku perih. Sebisa
mungkin tak ingin memikirkan tentang lelaki itu. fikiran-fikiran yang
berkelebat sejak hari itu ku paksa untuk menyingkir dari otakku, dari fikiran
yang menebak-nebak,
“Kenapa dia tak menghubungiku,
apa dia sibuk sekali ??”
“Apa dia lupa telah berjanji
untuk menghubungiku ??”
Dan
Fikiran yang buruk
“ lelaki itu, beraninya dia
mengingkari janjinya untuk meneleponku, dia pikir dia siapa, seenaknya berjanji
lalu kemudian tak bertanggung jawab, jugule ??
“ achh.... dia benar-benar membuatku
gila... aku benar-benar ingin mendatanginya dan membunuhnya sekarang juga
ditempatnya “
“ Jika memang maksudnya sudah
ingin mengakhir sandiwara ini tidakkah dia seharusnya mengatakan sesuatu terlebih
dahulu padaku, kenapa tiba-tiba harus menghilang seperti ini ??? aishh Jinja “
“ apa gadis itu sudah menjadi
kekasihnya sekarang, kemarin dia bilang ingin mengatakan sesuatu, apa dia
menyatakan perasaan cintanya dan gadis itu menerimanya, dan kemudian mereka berpacaran
sekarang ??”
Fikiran
positif
“ aku yakin dia lelah malam itu
jadi tak sempat menghubungiku dan terlalu sibuk setelahnya “
Dan
Fikiran tentang sikapku sendiri
“ kenapa aku harus membuang-buang
waktuku hanya untuk memikirkan hal semacam itu ??” bisa saja kan aku langsung
melupakannya jika dia memang benar-benar sudah terlihat akan mengingkari
janjinya itu ?? lalu kenapa kau masih saja bersikeras untuk menunggu ??
Hoksii... apa aku terlalu stress selama ini, atau bahkan sudah mengindikasikan
ke arah kegilaan ?? Ahhh... aku benci dengan keadaan ini.”
30
mei 2014
Dua
hari sudah berlalu, fikiran itu tak juga
hilang, tapi setidaknya aku sudah mencoba sebisa mungkin untuk tak terpengaruh.
Aku
mengepak baju terakhirku ke dalam koper-koper yang akan kubawa ke Tokyo melalui
penerbangan dari incheon jam 1 siang nanti. Pagi ini langit tak bersahabat
denganku, hujan turun begitu lebat dan sepertinya juga petir menyambar-nyambar
dengan keras. Aku benci itu. tapi yang ku syukuri, selama ini aku selalu
tinggal di rumah yang kedap suara yang bisa meredam suara-suara yang mencekam
semacam itu.
Tak
sampai setengah jam aku sudah meyelesaikan semuannya, bahkan juga sudah
mengecek untuk kedua kalinya memastikan tak ada yang tertinggal.
Aku
merebahkan diri di sofa sambil menekuri drama melow romantis yang sedang di tayangkan
di TV pagi ini, seperti menyuarakan kegalauanku.
Pagi
ini Yuri eonnie sudah meneleponku dan mengucapkan selamat ulangtahun dan
lagi-lagi kata maafnya karena tak bisa menemaniku hari ini. Juga beberapa teman
yang mengucapkan selamat lewat pesan singkat. Orangtuaku juga menelepon berkata
sudah tak sabar ingin bertemu denganku di Tokyo. Tapi tidak dia, Ahh aku lupa, dia kan tak tahu kapan hari
ulangtahunku. Memikirkannya membuat moodku tak terkendali lagi.
Tiba-tiba
ponsel yang tergeletak jauh di ujung karpet di bawah sofa itu berdering
nyaring. Aku dengan malas meraihnya dan menggeser layarnya tanpa melihat.
“
Yoboseo...” sapaku lemah.
“
eonnie.... eonnie... ottokae , bagaimana ini ??” suara panik langsung menyeruak
memenuhi gendang telingaku. Suara seo menggema dengan nada ketakutan yang luar
biasa.
“
wae ?? gwaenchana...??” aku langsung terserang panik juga karenanya.
“
eonnie... bisakah kau kemari sekarang, aku... aku di rumah sendirian... dan
kakiku.....ahhhhh....” seo tak sempat menyelesaikan kata-katanya karena
teriakan kesakitan yang dirasakannya.
“
seo.... apa yang terjadi ??” kecemasanku meningkat berkali-kali lipat setelah
mendengar teriakan kesakitannya.
“
eonnie.... achhhhh....” seo berteriak kesakitan untuk yang kedua kalinya.
“
seo... eonnie akan segera kesana secepatnya.... jangan bergerak, tetap
ditempatmu, eohh...” kataku memerintah.
Aku
langsung menutup teleponnya dan berlari kalang kabut. Aku menuju kamarku dan
mencari-cari dompetku, aku berteriak frustasi karena tak juga menemukannya.
Sebuah kisah kelam kembali berputar dalam fikiranku membuat tubuhku bergetar
hebat. Lututku hampir melemah karenanya, tapi aku memaksanya untuk bergerak.
Akhirnya
setelah menemukan dompetku di laci meja riasku, langsung ku sambar dan tanpa
berpikir lagi untuk mengganti pakaian kasualku. Aku berlari keluar gedung
apartment untuk mencari taxi yang bisa mengantarkanku ke kediaman keluarga Lee
secepatnya. Tapi ketika aku baru saja keluar dari gedung ini dan berlari
menyusuri trotoar, petir yang sangat keras menyambar seketika. aku yang kaget
langsung terjungkal, perasaanku kalut luar biasa, lututku kembali melemas dan
air mata mulai menetes dari kedua sudut mataku bercampur dengan air hujan yang
telah membasahi seluruh tubuhku.
Tapi
saat suara kesakitan seo kembali terlintas dalam fikiranku, aku langsung
tersadar dan mencoba bangkit. Kakiku sakit luar biasa. Pergelangan kakiku
nyeri, sepertinya aku terkilir. Tapi tak ada waktu lagi untuk mengeluh, ketika
sebuah taxi lewat di depanku aku langsung melambaikan tanganku dengan
tergesa-gesa. Aku beruntung, taxi itu langsung berhenti dan tanpa banyak kata
lagi aku langsung melemparkan diri di jok penumpang, menunjukkan tempat tujuan
dan bahkan tak lupa memaksa ajhusii itu untuk mengendarai taxinya secepat
mungkin.
Dalam
perjalanan pikiranku tak bisa tenang sedikitpun. Perjalanan ini terasa sangat
lambat dan panjang. Aku gelisah ketika kisah-kisah masa lalu kembali
berputar-putar dalam otakku. Jeritan, suara petir, api, tak ayal membuat
tubuhku bergetar hebat. Jangan.... jangan
sampai terjadi lagi.
Akhirnya
perjalanan ini berakhir juga. Taxi berhenti tepat di depan gerbang kediaman
keluarga Lee. Aku langsung berlari sehabis membayar taxi ku. Dengan
terseok-seok karena pergelangan kakiku yang semakin bertambah nyeri, aku
berlari ke arah bangunan utama. Aku ingin menangis saja saat ini, kakiku sakit
sekali dan lagi petir yang tadi menyambar-nyambar belum juga berhenti.
Tanpa
mengetuk atau permisi lagi aku langsung menghambur kedalam rumah setelah
membuka pintu yang tidak terkunci itu dengan kasar. Aku mencari ke segala arah
di ruang depan dan semakin berjalan kedalam, tak menemukan apapun, selain
kegelapan.
“
seo.... odiga..??” seruku masih mengedarkan pandangan kemana saja.
“......”
hening
“
seo....” seruku lagi masih tak beranjak, aku ingin memastikan dulu dimana tepatnya
dia berada kini.
Beberapa
saat kemudian bukan suara seo yang manyahut tapi malah lampu ruangan besar itu
yang menyala terang. Aku mengerjap-kejapkan mataku untuk beradaptasi dengan
suasana yang tiba-tiba berubah. Yang mengagetkan lagi, disana bukan ada seorang
seohyun yang sedang bersimpuh di lantai karena kakinya yang terluka tapi
dekorasi meriah yang ku yakini sebagai dekorasi untuk merayakan ulang tahun. Di
tambah lagi Seohyun dan Yonghwa kekasihnya sedang berdiri dengan senyum
terkembang sempurna dan wanita tengah baya yang duduk di kursi di belakang
mereka.
“
Saengil Chukaeyo....” suara keduanya menggelegar memenuhi ruangan dengan
keceriaan yang terpancar jelas.
Aku
tak bisa berpikir jernih saat ini, tanpa sadar aku menjatuhkan ponsel dan
dompet dari genggaman tanganku. Dan selanjutnya lututku ikut bergetar hebat,
pertahananku melemah dan aku bersimpuh di lantai tanpa daya, seperti yang
kupikir akan dilakukan Seo ketika aku menemukannya sedang terluka tadi. Ada apa ini ?? apa maksudnya semua ini ??
lelucon macam apa yang sedang dimainkan saat ini ?? , apa aku sedang bermimpi
sekarang ??, bangun.... cepat bangun... lelucon ini tak lucu sama sekali.....
“
eohh eonnie.... badan mu basah semua....” seo mendekatiku bersama dua orang
lain di belakangnya yang juga ikut mendekat. Dia menyentuh lenganku.
Aku
tak memberikan respon apapun, pikiranku kosong, bingung, marah. Seharusnya aku
lega karena tak ada apapun yang buruk terjadi disini. Tapi sepertinya otakku
tak mau merespon pikiran positive yang tercipta. Ohh... benarkah ini hanya lelucon yang dibuat seo untuk mengerjaiku,... ohh ayolahh!! Hari ini sudah sangat buruk
bahkan dari beberapa hari yang lalu tanpa harus ditambah lagi dengan gurauan
gila ini.... benar bukan dia yang terluka sekarang, tapi lihat kakiku
rasanya nyeri luar biasa dan tubuhku gemetar hebat karena dingin dan suara petir
yang menyambar-nyambar ini membawaku pada mimpi buruk itu lagi.
Wajah-wajah
orang dihadapanku terlihat cemas, menunggu responku.
“
eonnie...Gwaenchana ??” ucapnya lagi.
Kali
ini responku lebih cepat beberapa detik dari sebelumnya. Aku mengangkat tangan
kananku memintanya berhenti dari aktifitasnya yang akan menyelimutiku dengan
handuk kering.
“
Jadi ini hanya lelucon ??” tanyaku menatap dingin padanya.
“
eonnie... aku...??” dia sepertinya tahu nada amarahku, nadanya bergetar dan
kalimatnya tak sempurna.
“
Yoona... seo hanya...” Yonghwa yang mencoba membela kekasihnya itu langsung ku
sela dengan angkatan tanganku yang kedua.
“
dwaeseo....lupakan saja, tak perlu menjelaskan apapun “ kataku tegas. Mataku
terpejam, mencoba meredam gelombang amarah yang mulai menjalar ke seluruh
sarafku.
“
eonnie... aku tak bermaksud....” seo dengan sangat ketakutan masih mencoba
memberi penjelasan padaku, air matanya telah meleleh sekarang.
“
keumanhae.... berhenti...., ku bilang tadi lupakan saja, apa kau tak dengar ??”
aku berseru keras sekali, kemarahanku tak terbendung lagi mendapati diriku
sekarang seolah sedang di khianati dan di permainkan dalam waktu yang
bersamaan.
Aku
berdiri dengan susah payah, mengumpulkan sisa-sisa kekuatanku yang sudah sangat
lemah. Kakiku masih bergetar, di ujung bawah rasanya nyeri luar biasa, tapi aku
menahan untuk tak berteriak kesakitan. Aku berbalik dan mulai beranjak pergi
dari sana. Aku ingin pergi sekarang, kemanapun asalkan tidak di tempat ini
lagi.
“
Yoona kau mau kemana...?? kakimu terluka sayang...” eomma seo berseru cemas
ketika melihatku pergi dengan menyeret sebelah kakiku.
Aku
tak menghiraukannya dan terus saja berlari terseok-seok. Samar-samar kudengar
eomma seo meminta Yonghwa untuk mengejarku, sedetik kemudian suara sepatu
beradu dengan lantai berdentum dengan irama cepat, aku mempercepat langkahku, tak ingin tertangkap olehnya.
Aku
sudah kembali berada di bawah guyuran hujan yang belum juga mereda sejak tadi,
air mata meleleh entah sejak kapan, rasa asin yang mengalir memasuki sela-sela
bibirku tak kuhiraukan lagi. Tiba-tiba dengan keras aku mendengar Yonghwa
berteriak pada seseorang di luar bangunan rumah.
“
Jonghyun, cepat kejar Yoona , kakinya terluka...” serunya pada Jonghyun.
Mendengar
nama itu membuatku panik, orang yang paling tak ingin kutemui itu sedang berada
disini sekarang. Aku harus bergegas jangan sampai dia berhasil menangkapku. Jika memang sandiwara ini akan berakhir
seperti cara yang diinginkanya, maka aku akan melakukannya, dan tak perlu lagi
kita bertemu satu sama lain, cukup sampai disini saja.
“
Yoona.... berhenti....” serunya menggema di bawah cucuran hujan yang lebat, aku
yang panik malah semakin berjalan lebih cepat, kakiku rasanya semakin nyeri
luar biasa.
Sedetik
kemudian dua buah lengan menangkap bahuku dari belakang, mencegahku semakin
jauh melangkah.
“
berhenti aku bilang....” seru nya lagi setelah berhasil membalikkan badanku
menghadap padanya. Baju dan rambutnya basah tepat seperti apa yang terjadi
padaku sekarang.
“
lepaskan....” aku berontak dengan keras.
“
Yoona.... sadarlah....” katanya sambil mengguncang pundakku keras.
“
Lepaskan aku Jonghyun....” aku memukul lengan dan dadanya dengan brutal
berkali-kali.
“
Yoona berhenti... kau bisa semakin terluka nanti...” serunya tetap mengguncang
bahuku.
Jjddeerrrr
Suara
petir keras menyambar di langit.
“
eomma....” aku membekap kedua telingaku dengan telapak tangan kuletakkan di
kedua sisi kepalaku. Tubuhku melorot dan terduduk lemas di lantai beton.
Pegangan tangan Jonghyun di bahuku juga mengendur dan terlepas.
Ku
rasakan dia berjongkok di hadapanku dan kembali mengulurkan tangannya lagi.
“
bangunlah.... kau sudah sangat gemetaran Yoona” kata-katanya sangat lembut
sangat berbeda dengan seruan-seruannya tadi.
Aku
tak menjawab, aku masih diam di tempatku tak bergerak dari posisiku semula.
Kepalaku pusing, tubuhku kedinginan, aku merasa kesadaranku mulai tergerus
perlahan.
Mengetahui
aku tak merespon, dia memelukku dan mengangkatku untuk berdiri. Aku pasrah tak
mempunyai kekuatan untuk melawan. Kemudian tubuhku terasa melayang di udara.
Aku pikir aku telah kehilangan kesadaranku saat itu, sebelum ku rasakan
kepalaku membentur dada bidang yang hangat, milik Jonghyun. Dia mengeratkan
lengannya membuatku semakin meringkuk dalam. Kemudian dia mulai berjalan
meninggalkan tempat tadi.
“
fanny.... bisa kita bicarakan semuanya nanti saja...” katanya pada seseorang
ketika aku sudah tak merasakan lagi hujan menghujam kami berdua.
“
Keurom, kau harus mengurus yang ini dulu...semua bisa dibicarakan lagi nanti..”
jawabnya bijak, mengetahui keadaan sedang tidak memungkinkan.
“
Gomawo,....” balas Jonghyun singkat, kemudian kembali berjalan.
“
seo pinjamkan baju hangatmu untuk Yoona....” perintahnya pada adik perempuannya
yang masih berlinang air mata.
“
Eomma... tolong bantu Yoona untuk mengganti pakaiannya...” dia meminta pada
eommanya yang berdiri di samping seo di dekat pintu masuk.
“
baiklah... bawa dia ke kamarmu sekarang, dan berikan handuk kering padanya. Aku
akan mengambil bajunya dulu...” jawab eommanya.
“
Nee...” dia langsung beranjak masuk dan langsung meniti tangga menuju lantai
atas menuju kamarnya yang terletak agak di pojok.
Aku
membuka mata dan mendapati diriku sedang meringkuk di atas sebuah ranjang besar
yang hangat. Kemudian ku coba mengumpulkan segenap kesadaranku yang tercecer
sejak kejadian siang tadi. Aku mendudukkan diri dengan cepat ketika menyadari
sesuatu. Aku tak seharusnya berada
disini, di tempat dimana orang yang paling tak ingin ku temui berada. Ini tidak
benar, aku harus segera pergi sebelum melihat wajahnya, aku tak sanggup bila
tak mencakar wajahnya ketika nanti bertemu dengannya lagi. Aku masih terlalu
muda untuk menghabiskan waktu di dalam penjara hanya gara-gara tindak kekerasan
terhadap orang yang aku benci.
Samar-samar
ku dengar suara shower mengalir dari arah ruangan yang terletak di sudut kamar yang
sepertinya adalah kamar mandi. Sepertinya itu Jonghyun. Seperti mendapat angin
segar, aku langsung turun dari ranjang dan berjalan berlahan-lahan, sebisa
mungkin tak membuat keributan. Kakiku yang tadinya nyeri luar biasa kini sudah
mereda karena perban melekat kuat disana, siapa
yang memasang benda itu, aku tak merasa ada yang melakukan sesuatu pada kakiku
ketika aku tertidur tadi.
Ku
buka pintu sepelan mungkin dan melongokkan kepala untuk melihat keadaan diluar.
Suasana sangat sepi, tak ada aktifitas dari penghuni rumah yang terlihat
disana. Dengan cepat kuturuni tangga dan berlari ke arah pintu utama, aku ingin melarikan diri dari sini
secepatnya.
“
Eonnie... kau mau kemana....” seo tiba-tiba berseru dari arah belakang, ku
tolehkan kepalaku cepat dan mendapati Seo baru saja keluar dari arah dapur.
Tanpa
aba-aba lagi aku langsung berlari sekencang-kencangnya. Ku terobos pintu depan
dan berlari cepat kearah jalanan. Baru kusadari bahwa aku tak beralas kaki dan
tak membawa apapun.
Jonghyun
POV
Aku
meninggalkan Yoona yang masih meringkuk di kasurku. Badannya sudah menghangat
dan kini sedang tertidur nyenyak. Aku masuk ke kamar mandi dan mulai
membersihkan diriku. Saat aku keluar tak lagi kudapati Yoona disana, ku cari ke
sudut-sudut ruangan, tapi hasilnya nihil.
“
Oppa...Oppa.... Yoona eonni “ seo berteriak-teriak panik dari arah lantai
bawah.
Aku
langsung berlari cepat karena mendengar nama
orang yang sedang kucari di sebut-sebut.
“
dia ada dimana sekarang.....” tanyaku langsung ketika mencapai hadapannya.
“
Yoona eonnie pergi....” katanya sambil menunjuk ke arah pintu.
Aku
langsung berlari menghambur keluar mencari sosok Yoona.
“
yah.... bocah itu bisa-bisanya melarikan diri seperti ini..” gerutuku kesal.
Aku
melihat pintu gerbang depan terbuka setengah, aku yakin Yoona baru saja
melewatinya, dengan keadaan kaki yang seperti itu tak mungkin dia akan pergi
sejauh itu.
“achhhh......”
suara teriakan keras datang dari jalan di sisi kanan tempatku berdiri ketika
baru saja melewati pintu gerbang.
Suara
rem mobil berdecit nyaring berasal dari sana.
Bulu
kudukku meremang seketika, pikiran buruk menjalari seluruh syaraf ku.
Jangan-jangan.....
Saat
aku menoleh, seorang gadis sudah tergeletak di aspal di pinggir trotoar. Aku
seperti mengenal sosok itu.
“
Yoona.....” teriakku bergetar, kuhampiri seketika tubuhnya yang tergeletak tak
berdaya. Kepalanya yang terbentur aspal mengucurkan darah segar.
Mobil
yang menyerempetnya tadi langsung pergi ketika aku datang.
“
yahh!!!..... berhenti.... aku akan membunuhmu nanti !!! seruku marah.
Ku
angkat tubuh tak berdaya Yoona dan ku bawa berlari kembali kerumahku.
Aku
sudah berada di rumah sakit bersama Seo menunggu Yoona yang sedang ditangani di
ruang UGD. Seo tak henti-hentinya menangis di pelukanku, sementara aku sendiri
belum juga mampu mengatasi kecemasanku. Ini benar-benar tak pernah kuduga akan
terjadi, pikiranku kacau sekarang.
Yoona
POV
Aku
merasakan seluruh tubuhku terasa nyeri dan kaku. Ku coba untuk menggerakkanya
tapi yang terjadi malah mereka mengkhianatiku dengan tak berpindah sedikitpun.
Perlahan-lahan ku coba membuka mataku yang masih tertutup siapa tahu ini semua
hanya mimpi dan rasa sakitnya akan hilang setelah aku bangun nanti.
Pertama
kali yang terlihat ketika mataku terbuka adalah warna putih terang tepat searah
dengan pandanganku, ku coba edarkan padangan ke sekitar siapa tahu ada warna
lain yang berbeda, lagi-lagi hanya ada warna putih menutupi hampir di
sekelilingku. Ku kerjap-kerjapkan mata beberapa kali tapi suasana tak juga
berubah warna. Sedetik kemudian bau bahan-bahan kimia menyeruak memenuhi indera
penciumanku. Aku benci bau ini, dan terakhir ku ingat bau seperti ini adalah
ketika di masa senior high aku tak sengaja terjungkal ketika pelajaran olahraga
dan guru membawa ku ke rumah sakit. Apa ini di rumah sakit ? apa yang terjadi
padaku.
Ku
arahkan tanganku ke dahi sebelah kanan yang seperti ada sesuatu menempel
disana.
“
aishhh....” rasa sakit menyeruak ketika aku menekan bagian itu.
Tiba-tiba
ku rasakan sebuah gerakan dari samping kanan tempatku berbaring dan suara yang
cukup keras bergema di setiap sudut ruangan.
“
Ohh,,...Yoona... kau sudah sadar.... aku akan panggilkan dokter sekarang “
orang itu langsung berlari keluar ruangan dengan tergesa-gesa.
Beberapa
saat kemudian dokter datang memeriksa kepala, mata, tekanan darah, dan
semuanya. Aku masih bingung dengan apa yang terjadi pada diriku sendiri
sebenarnya.
“
kenapa kakiku harus di gips seperti itu dokter ? “ tanyaku setelah melihat
dokter mulai memeriksa kaki sebelah kiriku yang dibalut sedemikian rupa menjadi
tampak aneh.
“
kau mengalami sedikit retak pada kakimu Yoona-ssi setelah kecelakan yang baru
saja kau alami, ini akan membutuhkan beberapa waktu untuk masa penyembuhan “
jelasnya penuh wibawa khas dokter.
“
semua Kondisinya baik-baik saja, mungkin hanya kepalanya yang agak pusing
karena benturan, akan mereda jika Yoona ssi meminum obatnya nanti, kalau begitu
kami permisi dulu, Lee Jonghyun ssi “ Dokter dan asistennya pamit pada orang
yang sedang berdiri di samping kiriku itu.
“
Yoona.....Gwaenchana ....Apa kau merasa kesakitan ? “ tanya Jonghyun ketika
sudah mendudukan dirinya disebelahku di tepi ranjang.
“
Anie..... wae yoghi iseo ?” tanyaku sinis padanya. Orang ini kenapa ada disini
disaat-saat seperti ini. Dia kan sudah menghilang selama dua hari dari hidupku
lalu kenapa dia tiba-tiba muncul kembali.
“
aku menungguimu tentu saja “ jawabnya dengan nada tak percaya karena aku
melontarkan pertanyaan itu kepadanya.
“
wae ?? aku merasa baik-baik saja “ aku tak terima karena dia peduli padaku.
“
apanya yang baik-baik saja, lihat dirimu sekarang ?? aku hanya pergi selama dua
hari dan kau, bagaimana bisa kau melukai dirimu sendiri seperti ini ?” katanya
memarahiku. Yang benar saja, apa dia tak
lihat keadaanku yang sudah sangat buruk ini, haruskah dia menambahinya lagi
dengan memarahiku seperti itu, dan apa pedulinya dengan keselamatanku, dia kan
bukan siapa-siapa. ohh...Jinjaa....
Kenapa hari ulang tahunku berakhir sial sekali hari ini.
“
aku tak melukai diriku sendiri, itu hanya kecelakaan, dan kau tak perlu peduli
tentang hal itu, apalagi mempedulikan keselamatan ku , karena aku sudah sadar,
kau bisa pulang sekarang ?” aku tak bisa untuk tak bersikap dingin padanya dan
aku ingin dia pergi secepatnya dari sini, keadaanku sudah sangat buruk
dikarenakan olehnya, melihat dia disini, orang yang membuatku merana selama
kurang lebih dua hari ini akan membuatku merasa lebih buruk lagi.
“
Mwo ? kau mengusirku ?? yahh!! yang benar saja... apa kau tak tahu bagaimana
paniknya aku melihatku berlumuran darah di pinggir jalan siang tadi, tak
berhenti cemas bahkan sampai kau dipindahkan kesini, aku menunggumu sepanjang
malam ini hanya agar dapat melihatmu membuka matamu lagi. Dan kau malah
memintaku pergi dari sini sekarang. Ahh...Jinja...” dia berseru marah padaku.
Kata-katanya membuatku pusing. Apa yang
sebenarnya di katakannya tadi, apa pedulinya dia padaku, cih, berhentilah
berpura-pura dan cepat pergi sana.
“
Sebelumnya aku berterimakasih karena kau telah menjagaku tuan Lee, tak perlu
mencemaskan aku lagi, dan pulanglah, hubungan pura-pura kita sudah berakhir
bukan, tak usah lagi peduli pada keselamatanku, atau apapun tentang diriku, dan
kita tak perlu lagi bertemu di masa depan “ Ucapku sarkastik. Aku benci padanya
yang berpura-pura peduli padaku.
Aku
berharap setelah berakhirnya hubungan ini aku tak akan lagi bertemu dengannya.
Aku tak ingin rasa yang kubangun sendiri dalam lubuk hatiku berkembang, dan
berbalik menyerangku dan menimbulkan luka yang lebih dalam. Untuk pertama
kalinya setelah kegalauanku selama dua hari ini, aku mengakui rasaku pada Lee
jonghyun bukan lagi hanya rasa seorang teman pada sahabatnya, aku telah jatuh
hati padanya, entah sejak kapan itu dimulai.
“
Museon suriya jigeum ? “ dia menatap tajam padaku kali ini, seolah tak terima.
“
Bukan kah sudah jelas, Kau ingin mengakhiri hubungan pura-pura ini sekarang,
maka dari itu kau tak lagi menghubungiku dan menghilang selama dua hari ini.
Aku tahu maksudmu, dan aku terima. Jadi bisakah kau pergi sekarang, anggap tak
pernah ada apapun yang terjadi di antara kita, kau tak perlu mempedulikan
apapun yang terjadi padaku, pergilah seperti dua hari yang lalu, dan jangan
kembali muncul dihadapanku “ kata-kataku meledak. Suaraku bergema di setiap
sudut ruangan tertutup ini sangat keras sekali. Amarah, kecewa, sakit hati yang
kurasakan tak kuat lagi ku tahan, semua mengalir keluar tanpa sadar.
Yang
tak kusangka-sangka Jonghyun malah langsung menarikku dan mengecup bibirku
dalam. Ku coba memberontak dengan sekuat tenaga tapi kedua lengan kokohnya
menahan lenganku untuk tak memukul dadanya lagi. Aku terkunci. Perlahan-lahan
keteganganku menghilang, dan akhirnya kubiarkan Jonghyun tetap pada posisinya
sekarang. Dia menutup matanya dan membuatku juga ikut menutup mataku sendiri,
kami menikmati suasana ini tanpa ada lagi yang menginterupsi sampai beberapa
waktu. Apa yang kau lakukan Lee Jonghyun,
apakah ini adalah salam perpisahan darimu ? tak bisakah kau melakukan hal yang
lainnya saja, ini akan semakin membuatku tak bisa melupakanmu, Aishh Jinjaa!!
Dia
mengubah posisinya setelah beberapa waktu, menarik kepalanya ke arah samping
kepalaku, melingkarkan lengannya ke tubuhku. Memelukku.
“
jangan seperti ini Yoona, Ku mohon , aku merasa semakin buruk sekarang, jangan
memintaku untuk pergi lagi, atau tak mempedulikanmu lagi, aku tak bisa, dan tak
akan pernah bisa “ ucapnya lirih.
“
Saranghae “
Deg...
Ucapanya
memang sangat lirih tapi aku pastikan pendengaranku dengan jelas menangkap
kata-kata itu, Mwoya ?? apa yang dia
maksudkan.
Aku
langsung dengan sigap menghentikan adrenalin kebahagian semu yang baru saja
akan mengalir ke sekujur tubuhku, tidak akan ada harapan lagi, sudah cukup.
“
bukankah kau bersama hwang tiffany sekarang ? “ tanyaku setelah dia melepaskan
pelukannya.
“
TiFanny Mwoya ? aku hanya sedang ada kerjasama bisnis dengannya, dan 2 hari ini
aku menemaninya bertemu kolega kami di jepang. Aku tak menghubungimu selama 2
hari ini bukan karena dia, itu karena ponselku rusak, aku tak sengaja
menjatuhkannya saat pulang dari bertemu dengan TiFanny waktu itu, dan kemudian
aku meminta Yonghwa hyung memperbaikinya selama aku di Jepang, itu kenapa aku
tak menghubungimu malam itu “ jelasnya panjang
lebar.
“
Apa yang kau katakan ?? hoksi... apa keluargamu ada di luar sana ??” tanyaku
curiga. Meskipun aku tak yakin benar, aku pikir Jonghyun juga sedang berakting
kali ini seperti yang sudah-sudah.
“
Anie... mereka semua sedang makan malam sekarang. Wae ??” jawabnya polos.
“
eih Jinja? “ aku meragukan jawaban polosnya.
Aku
mengangkat tanganku dan membelai pipi dan keningnya.
“
Apa kau sedang mabuk sekarang?? kau bersikap aneh sekali sejak tadi siang “
tanyaku lagi.
“
Aniya... aku baik-baik saja, semua yang ku katakan itu benar, kenapa kau tak
juga percaya padaku “ jawabnya mulai kesal.
“ aku mencintaimu Yoona, benar-benar mencintaimu,
kau pikir kenapa sejak awal aku memilihmu menjadi kekasih pura-pura ku,
menghabiskan waktu berlama-lama bersamamu, hanya untuk mengobrol, bertukar
pesan singkat dan semuanya meskipun aku sedang sangat lelah saat itu, dan
kenapa sampai sekarang aku tak juga mendapatkan solusi atas masalahku sendiri,
karena aku tak pernah mampu menemukan seseorang yang sepertimu, yang membuatku
nyaman, yang membuatku bersemangat setiap waktu, aku tak tahu sejak kapan ini
dimulai tapi aku sempat menyesal..... aku menyesal karena tak menyadarinya
sejak awal. Terlepas dari semuanya, tentang kriteria wanita idaman atau yang
lainnya, kau menghapuskan semuanya, kau memiliki lebih dari apa yang kucari. “
Ohh....
benarkan ini Lee Jonghyun, ini adalah kalimat terpanjangnya yang pernah ku
dengar sejak kami saling mengenal. Dan apakah dia sedang mengungkapkan isi
hatinya padaku sekarang. Tapi jika memang begitu, haruskah dengan nada yang setinggi
itu, kau membuatku sedikit takut dan ragu dari pada merasa senang. Aku masih
tak membiarkan harapan ku melambung meski tak kupungkiri kata-katanya membuat
jantungku bergetar hebat.
“
aku tak berbohong Yoona.... aku benar-benar mencintaimu. Apa selama ini aku
sering menyakitimu sehingga kau tak percaya padaku ?” katanya kini dengan nada
yang sedikit menyesal
Tak
sadar aku menganggukkan kepalaku mendengar pertanyaannya.
“
Ohh... mianhae....Jeongmal Mianhae....aku berjanji tak akan melakukannya lagi
di masa depan, aku akan menjagamu sepenuh hatiku “ dia meminta maaf dengan
lirih sambil menggenggam kedua belah tanganku.
“
Museuon Suriya ?? apa maksudnya itu ?? “ tanyaku bingung.
“
Yoona, Will You Marry me ??” matanya menatap ku intens saat mengatakan itu
dengan keyakinan penuh.
Aku
tak mampu menahan diriku untuk bereaksi. Tapi reaksi yang kuberikan mungkin
bukan yang dia harapkan. Aku tertawa terbahak-bahak dihadapannya.
“hahahha....
kau benar-benar berbakat Jonghyun... Jinja... dari mana kau belajar lelucon
seperti itu.... aku yakin jika gadis lain yang mendengarnya mereka akan
langsung menyangka itu adalah sungguhan “ kataku di sela-sela tawaku.
“
lalu kenapa kau tak percaya walaupun ini memang sungguhan “ tanyanya frustasi.
“
tentu saja aku tahu itu hanya lelucon, aku tak akan percaya pada hal-hal
semacam itu lagi, ku rasa kalian berdua memang pintar dalam membuat lelucon
gila, kau dan seo “ kataku masih menyunggingkan senyum.
“
aku bersungguh-sungguh Yoona “ katanya mencoba menyakinkanku.
“
sudahlah... hentikan lelucon itu “ kataku masih tak percaya.
Tiba-tiba
pintu depan terbuka dan beberapa orang masuk secara bersamaan.
“
Oh... sayang... apa kau baik-baik saja... odi appeo ??” Eomma memelukku erat
setelah masuk ruangan ini tampak cemas sekali, matanya meneliti tubuhku dari
atas sampai kaki.
“
Gwaencana Eomma.... kenapa kau ada disini, apa kau terbang dari jepang hanya
untuk menengokku ?” tanya ku tak percaya dengan keberadaanya disini sekarang.
“
aigoo... menengok apanya, aku mengkhawatirkanmu, kenapa kau bisa jadi seperti
ini, aishhh bocah ini ceroboh sekali “ kata eomma kesal dan memelukku lagi.
“
apa Appa dan Nayoon juga datang ?” tanyaku menanyakan Ayah dan adik lelakiku.
“
Tidak, aku datang sendiri, aku datang setelah seseorang menelepon dan
mengabarkan tentang keadaanmu, Appa masih ada pekerjaan, dan nayoon sedang tak
enak badan “ katanya menjelaskan.
“
Yoooong.... bagaimana keadaanmu.... Odi Appeo ??.... Yah!! aku baru saja pergi
sehari dan kau sudah terluka seperti ini, Bocah ini, selalu membuatku khawatir
saja” Yuri eonnie tiba-tiba menyeruak masuk dan menggerutu kesal padaku.
“
benar sekali...” jonghyun yang sedari tadi diam kini ikut menyahut.
Aku
langsung menatapnya tajam. Dia hanya memalingkan muka kesal.
“Gwaencana
eonnie “ jawabku menenangkannya.
“
Aishh.... kau harus lebih berhati-hati lain kali “ katanya lagi sambil membelai
pipiku
“
Eonnie.... maafkan aku....” Seo tiba-tiba muncul dari balik punggung eommanya
yang juga berada di ruangan ini dengan tampang bersalah.
“
Aku tak tahu kalau ini akan bisa membuatmu terluka seperti ini, aku benar benar
merasa bersalah, Imo sudah menceritakan semuanya, tentang trauma yang Eonnie
alami, maafkan aku eonnie, aku berjanji tak akan melakukannya lagi. “ katanya
sambil menunduk.
Pasti
itu cerita tentang kejadian beberapa tahun lalu, ketika sahabatku, dongsaeng
kesayanganku pernah terjebak dirumahnya sendiri dan dia sedang terluka saat
itu. Dia meneleponku untuk segera datang. Aku berlari secepat yang kumampu
dalam hujan yang sangat lebat dan berpetir. Tapi kehendak berkata lain, ketika
aku datang rumahnya telah terbakar hebat dengan dirinya masih berada di dalam
sana. Aku benar-benar tak percaya ini terjadi padanya. Sejak saat itulah aku
mulai takut pada petir, seolah mengingatkanku kembali pada mimpi buruk itu.
“
Gwaencana seo, jangan merasa bersalah, aku sudah memaafkanmu, aku bersyukur kau
baik-baik saja sekarang “ ucapku tulus sambil menyunggingkan senyum.
“
Eomma, apa kau akan tinggal beberapa waktu disini, eomma tahu kan aku tak suka
rumah sakit, aku ingin pulang saja “ kataku merengek pada Eomma ku.
“
Oh... mianhae sayang... tapi Nayoon juga sedang sakit sekarang, badannya panas
ketika eomma berangkat tadi, bisakah kau tinggal disini dulu sampai eomma bisa tinggal “ kata eomma ku dengan nada
menyesal.
Aku
juga mendengus kecewa.
“
Eonnie..??” aku beralih pada yuri eonnie.
“
Mianhae Yoong... aku masih harus menyelesaikan urusanku sampai 2-3 hari
kedepan, aku hanya pulang untuk melihat keadaanmu saja, bisakah kau menunggu
sampai saat itu ??” katanya juga tak kalah menyesalnya dengan eomma.
“
baiklah.... aku akan tinggal sendiri saja di apartment “ putusku frustasi.
“
andwae ” eomma dan Yull eonnie serempak berseru.
“
tunggulah sebentar, Eoh.. beberapa hari saja... eomma janji” kata eomma
meyakinkanku.
“
Jika memang Yoona tak mau tinggal di rumah sakit, dia bisa tinggal dirumah kami
sampai dia sembuh “ Tiba-tiba seorang pria paruh baya menyahuti perbincangan
kami. Appa Jonghyun.
“
Mwo ??” aku berseru tak percaya.
“
Bolehkah.... ohh kalian baik sekali, aku akan sangat berterimakasih karena
kalian sudi menjaga Yoona sampai sembuh, aku menyesal tak bisa merawatnya
sendiri “ Eomma berseru senang mendapat tawaran itu. aku langsung menatap tak
percaya padanya.
“
Tentu saja kami akan menjaga dengan baik calon menantu kami “ kini eomma
Jonghyun yang angkat bicara.
“
Ohh jeongmal Gamsahamnida....” jawab eomma senang.
“
Mwoya ??” aku kembali berseru tak percaya. Apa-apaan mereka.
“
Apa kau belum tahu Yoona ..... Yah!! Jongie, apa kau belum mengatakan
perasaanmu yang sebenarnya padanya ?” Appa Jonghyun berseru pada anak lelakinya
itu.
“
aku sudah mengatakannya, tapi dia tak percaya padaku “ katanya menunjuk padaku.
“
tentu saja aku tak percaya karena kau hanya mengatakan lelucon padaku tadi”
kataku ikut kesal.
“
aigoo... kedua Bocah ini “ semua orang tertawa melihat aku dan Jonghyun saling memandang
kesal seperti anak kecil.
Aigoo mereka tampak bahagia
sekali diatas penderitaan orang lain.
Paginya
ketika aku membuka mata, kudapati Jonghyun masih tertidur di sofa, di pojok
ruangan. Aigoo... dia masih berkeras saja tak ingin pulang.
Kami
berdua sudah bersiap-siap akan pulang, Jonghyun sudah mengemasi barang-barangku
di nakas. Akhirnya keinginanku untuk segera enyah dari tempat ini terwujud juga
walaupun akhirnya aku nanti harus tinggal di rumah keluarga Lee sampai aku
sembuh. Appa Jonghyun yang mengurus ini semua.
“
apa kau tak pergi kerja hari ini, kenapa masih saja berkeras untuk tinggal
disini, aku bisa meminta temanku untuk membantuku keluar dari RS ini, kau tak
perlu repot begitu “ kataku saat memandangi dia yang sedang membereskan
barang-barang ku yang tak seberapa.
“
aku tak merasa direpotkan “ jawabnya singkat. Tampaknya dia kesal padaku karena
sejak pagi tadi dia tak mengajakku bicara sedikitpun.
“
Jonghyun.... apa kau benar-benar serius dengan persaanmu padaku ?” akhirnya aku mengungkapkan isi hatiku yang
benar-benar ingin tahu tentang kebenaran apapun yang diucapkannya semalam.
“
Aku sudah mengucapkannya berulang kali sejak semalam, apa tak cukup meyakinkan
juga untukmu ?” dia beralih menatapku tajam setelah acara beres-beresnya
selesai.
Seorang
suster tiba-tiba datang dan menginterupsi perdebatan singkat kami, dia membawa
kursi roda yang di dorongnya ke dalam ruanganku.
“
Dia tak membutuhkan itu, kau bisa membawanya kembali “ Jonghyun berkata sebelum
sang suster mengatakan apapun. Dia sempat kaget sesaat, Tapi akhirnya dia hanya
menunduk singkat dan langsung berbalik pergi.
“
apa yang kau lakukan, kau ingin aku jalan dengan kaki seperti ini sampai keluar
RS?” tanyaku tak percaya dengan sikap Jonghyun tadi.
Dia
tak menjawab dan malah berjalan mendekat padaku. Dia meraih tangan kiriku dan
melingkarkan di lehernya. Dia mengangkat tubuhku dengan kedua lengan kokohnya
setelah itu. aku cukup kaget dengan apa yang dilakukannya. Aku tak mampu
mengatakan apapun, aku tak percaya Jonghyun melakukan ini untukku.
“
Jonghyun...” aku memanggilnya sebelum dia membuka pintu ruangan itu.
“
Apa kau benar-benar mencintaiku ..? “ tanyaku lagi sambil menatap matanya
lembut.
“
Nee... saranghae “ dia mengatakannya dengan dingin. Sepertinya kekesalannya
sejak semalam belum juga reda.
Ku
angkat tubuhku sedikit dan ku kecup bibir Jonghyun singkat.
“
Nado Saranghae “ kataku sambil menyunggingkan senyum manis.
Jonghyun
kaget sesaat tapi kemudian langsung menyunggingkan senyum senang. Kekesalannya
seakan langsung hilang seketika.
“
Jinjaa... kau akan menikah denganku ?” tanyanya bersemangat.
“
Aniya ? aku hanya bilang aku mencintaimu, bukan ingin menikah denganmu “ elakku
sambil membuang muka.
“
Oke... kau mencintaiku itu berarti kau adalah milikku selamanya, aku tak akan
pernah melepaskanmu lagi, jadi pastikan kau tak menyesal dengan kata-katamu
tadi Nona Im ...” ucapnya dengan senyum smirk terukir diwajahnya.
Aku
hanya menggeleng-geleng sambil terus tersenyum senang.
Aku
bahagia sekali. Aku merasa menjadi wanita paling cantik di dunia ini. Jonghyun
membawaku dalam pelukannya melewati setiap lorong rumah sakit ini. Semua mata
memandang penasaran dengan penuh kekaguman. Apa aku berlebihan. Tapi terlepas
dari itu semua, kebahagiaan yang sebenarnya kurasakan adalah Lee Jonghyun, pria
yang membuatku galau lebih dari 2 hari itu ternyata juga mencintaiku sama
seperti apa yang kurasakan padanya. Apakah kau pikir ada yang lebih baik dari
pada itu ??
Dirumah
keluarga Lee diadakan acara penyambutan atas kepulanganku dari rumah sakit,
sekaligus untuk merayakan ulang tahunku yang tertunda kemarin. Tak kusangka
banyak juga yang datang. Selain keluarga, ada juga beberapa teman Jonghyun dan
Yonghwa yang datang bersama kekasih mereka. Suasana menjadi sangat meriah.
Jonghyun, pria itu selalu membawaku kemana-mana menggunkan kedua lengan
kokohnya, aku tak diijinkannya menggunkan kursi roda. Aku hanya boleh
memakainya ketika dia tak ada di rumah atau sedang bekerja. Semua temannya
menggoda kami tanpa henti, membuatku malu setengah mati, wajahku merah padam
karenanya. Tapi Jonghyun seperti tak terusik sedikitpun dan terus tersenyum
senang. Sepertinya Suasana hatinya sedang baik sekali hari ini.
Semua
teman yang datang sudah pulang ketika menginjak petang. Jonghyun berniat
membawaku kembali ke kamar ketika seseorang tiba-tiba datang.
“
Yoona.... kenapa kau ada disini...bukankah seharusnya ....” dia tak percaya
melihat keberadaanku disini, Kim Hyera membekap mulutnya sendiri saking
terkejutnya.
“
Kau sendiri kenapa kau datang kemari....” tanya Jonghyun dingin sambil
menatapnya tajam.
“
aku datang untuk mengunjungimu “ katanya, dia sudah bisa menemukan kembali
suaranya yang hilang karena kekagetannya tadi. Dia menyunggingkan senyum
manisnya pada Jonghyun. Baru kali ini aku benar-benar merasa mendidih ketika
melihat seorang tersenyum semacam itu pada Jonghyun. Upss... apakah aku sedang cemburu.
“ aku sedang tak ingin menerima
kunjungan sekarang, pulanglah.... mungkin sebentar lagi akan ada yang
berkunjung kerumahmu “ jawab Jonghyun santai.
“ kerumahku.... siapa ??”
nada suara hyera sedikit bergetar ketika mengatakannya. Wajahnya cemas.
“ pulanglah... dan
bersiap-siaplah “ katanya lagi masih tak berubah.
Hyera yang tiba-tiba
merasa gelisah langsung membalikkan tubuhnya pergi tanpa pamit.
Jonghyun meletakkan aku di
ranjangnya. Aku akan tidur di kamar ini selama aku tinggal disini. Sementara
Jonghyun akan tidur di kamar Tamu. Dia ingin aku merasa nyaman selama tinggal
disini nanti, jadi dia rela mengalah hanya untukku.
“ Apa maksudmu berkata
begitu pada hyera tadi.... pulanglah dan bersiap-siaplah” tanyaku sambil
menirukan kata-katanya tadi dengan nada yang dibuat-buat.
“ ahahha... apa kau
cemburu sayang...” tanyanya jahil sambil mencubit puncak hidungku. Aku hanya
memutar bola mataku kesal.
“ aku tak bermaksud
apa-apa, Yoona “ katanya kemudian, menenangkanku.
“ Kau Bahkan tahu kalau
akan ada yang berkunjung ke rumahnya, memangnya siapa ?” tanyaku penasaran.
“ Kau akan tahu nanti,
sekarang cepat pergi tidur, aku tahu kau sangat lelah seharian ini “ Katanya
tak menjawab pertanyaanku.
“ kau yang lebih lelah
Jonghyun “ kataku lirih merasa bersalah.
“ aku baik-baik saja sayang,
aku tak lelah sedikitpun “ katanya dengan senyum menawannya yang langsung
berhasil menenangkan hatiku.
“ Yoona, Saengil Chukaeyo...
maaf jika ini terlambat “ dia menyunggingkan senyum malu-malu ketika
mengatakannya.
“ mana hadiah ku “ tanyaku
menggodanya dengan manja.
“ apa aku yang mencintaimu
ini belum cukup menjadi hadiah ulang tahunmu “ tanyanya kesal.
Aku hanya tersenyum lebar
karenanya.
Kau bahkan lebih dari cukup Jonghyun. Jika kau tahu kau adalah
hadiah terindah dan tak ternilai yang pernah ku dapatkan selama hidupku. You’re
My Priceless Gift forever.
“ tapi aku ingin yang lain
juga “ kataku berpura-pura cemberut.
“ Hmmm... bagaimana kalau
kita ke amusement park, kata eomma mu kau selalu pergi ke sana ketika hari
ulang tahunmu tiba “ Katanya sedikit berpikir.
Aku senang luar biasa
mendengar hal itu.
“ Jinjaa....kita akan
pergi kesana “ tanyaku tak percaya.
“ Hmm... jadi cepatlah
sembuh agar bisa cepat pergi ke sana.... bagaimana kalau Disneyland dan aku
akan membelikanmu banyak boneka kuning Rillakuma kesukaanmu itu, sebanyak yang
kau minta ?” tawarnya padaku.
Kemanapun dan apapun tak jadi masalah asalkan aku selalu
bersamamu
Aku hanya mengangguk
antusias tanpa sanggup berkata apa-apa lagi. Aku sangat bahagia dengan hanya mendengarnya saja.
“ sekarang berbaringlah
dan cepat istirahat.... Good Night, baby, saranghae” Jonghyun mengecup kening
dan bibirku sekilas. Membelai rambutku sampai tertidur baru beranjak pergi
Nado saranghae Jongie-ah....
***
Kami
berdua duduk di sofa menonton tv pagi ini setelah sarapan. Jonghyun asyik
memainkan I pad nya sementara aku terus terfokus pada televisi.
“
sayang lihat ini ....” pintanya sambil melingkarkan lengannya di bahuku.
Dia
mengulurkan I pad nya padaku, disana sedang terpampang halaman suatu koran
elektronik.
“
ige Mwoya ??” tanyaku tak mengerti.
“
bacalah... ini akan menjawab rasa penasaranmu semalam..” katanya berteka-teki.
Aku
menuruti kata-katanya. Di headline atas tertulis dengan jelas.
PUTRI PENGUASAHA KAYA
RENCANAKAN PEMBUNUHAN
Putri penguasaha kaya Kim Jinwoo, Kim Hyera, ditetapkan
sebagai tersangka atas tindakan percobaan pembunuhan yang dialamatkan kepada
seorang gadis bernama Im Yoona, yang diketahui sebagai calon menantu Pemilik
perusahaan berskala internasional J-tech dan juga calon istri CEO muda J-tech,
Lee Jonghyun. Spekulasi dari Motif percobaan pembunuhan ini dilatari oleh rasa
cemburu.
MWO ????
END
#
Happy Goddess Yoong Day!!! I hope you like for the result!! Love You all.
Gomawoyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar