Selasa, 03 November 2015

I Can't



[ Sequel One day memory
I Can’t

Author        :         BlossomJjong a.k.a Seffya
Title           :         I can’t
Main Cast    :         Im Yoona & Lee  Jonghyun
Desclaimer :          The cast are belong to God and Themselves. The story originally by me that imagination come from God.
                  
Genre          :        Romance, family
Author Note        :  Ada yang bilang endingnya One day memory gantung kayak jemuran. Jadilah FF lanjutan ini dibuat sebagai penyelamat plus untuk yang ngebet happy endingnya 2 cerita ini… hehehe…. Enjoy….

2 bulan kemudian....
Yoona POV
Hubunganku dengan Jonghyun berjalan cukup baik setelah acara makan malam keluarga malam itu. Kami bahkan sempat beberapa kali janjian bertemu saat break makan siang.
Dan pada suatu ketika saat makan siang bersama, kami kembali pada topik utama dari semua kejadian yang membuat hidup kami menjadi bertaut satu sama lain saat ini.


Flashback
Saat kami sedang menikmati menu spagetti makan siang kami kali ini, tiba-tiba saja jonghyun membawa topik itu kembali....
“ Yoona-ya... apakah orangtua mu pernah menanyakan sesuatu tentang kita ??” tanyanya menghentikan makan dan memandang kearahku yang duduk tepat dihadapannya.
“ hmmm... aniyaa... waeyoo ??” jawabku masih menekuri makananku.
“ Appa seminggu kemarin...tiba-tiba saja dia kembali menanyakan bagaimana perkembangan hubunganku denganmu “ katanya kemudian kembali menggulung-gulung mie dengan garpunya.
“....” kini giliran aku yang menatapnya.
Aku cukup terkejut karena topik ini tiba-tiba saja diungkit kembali ketika aku mulai berdamai dengan hidupku sebulan ini. Aku sudah hampir melupakan tentang perjodohan ini. Aku bahkan menganggap Jonghyun bukan sebagai calon suamiku lagi, lebih pada hubungan antar teman biasa.
“ Dia menanyakan, apakah kita sudah siap dan kapan kita akan menentukan tanggal pernikahan . mereka bilang sudah tak sabar untuk melihat kita menikah secepatnya”
Hffttt.... Aku menghela nafas dalam. Secepatnya.... mereka menginginkan pernikahan ini dilaksanakan secepatnya... uhh... ottokae ??? bahkan aku belum memikirkannya sama sekali.
“ Haruskah kita melakukannya ??” tanyaku kemudian.
“ Bagaimana menurutmu??  aku juga tak bisa memutuskannya sendiri”
Kami berdua telah meletakkan garpu masing-masing seolah nafsu makan kami telah sirna seketika seiring perbincangan ini yang semakin intens.
“ naen Molla...hfftt... semua ini sungguh sangat mendadak “ aku kembali menghembuskan nafas dalam.
“ Sepertinya kita tak bisa menghindar lagi “ jawabnya
“ begitukah ???”
“ apakah kau pernah berfikir sebelum ini bagaimana jika kau benar-benar akan menikah denganku???” tiba-tiba saja dia menanyakan hal itu sambil terus menatapku.
“uh-oh... tentu saja aku pernah memikirkannya” jawabku sedikit kaget dengan pertanyaanya yang tiba-tiba itu.
“ tapi selama sebulan ini bersamamu aku tak pernah lagi memikirkannya, aku lebih mengangap kau sebagai teman sekarang” kataku menambahkan
“ aku rasa kita memiliki pemikiran yang sama..... aku lebih nyaman dengan hubungan pertemanan kita sekarang ini”
“ tapi sepertinya kita tak bisa mengelak lagi, kita harus memutuskannya sekarang atau mereka yang akan memaksa kita dengan keputusan yang mereka buat sendiri untuk kita”  sepertinya dia sudah mengambil kesimpulan dari hal-hal yang akan terjadi seterusnya dari topik perjodohan ini. Aku menganguk tanda setuju.
“ ohh,,... bukankah kita pernah membahas  tentang ini sebelumnya, tentang alasan mengapa kita menerima perjodohan ini sebelumnya. Bagaimana menurutmu jika kita melakukan pernikahan ini dengan pemikiran yang sama ??”
Aku menatapnya dengan alis tertaut, mengambarkan kebingungan dalam pikiranku.
Tapi sedetik kemudian aku tersadar. Ahh.... tentang membahagiakan orang tua dan tak ingin membuat mereka kecewa.
“ Ahh... itu... jika itu memang cara terbaik untuk hal ini, aku akan mengusahakannya” jawabku kemudian.
“ benarkah ??.... keurae... kita sepakat untuk melakukannya dengan cara ini” simpulnya sambil mengulurkan tangannya meminta kesepakatan padaku.
Aku mengulurkan tanganku menjabat tangannya tanda setuju.
Yang ada dalam pikiranku saat itu hanyalah ini adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan saat ini. Menunggu apakah semua ini semua bisa menjadi lebih baik atau akan tetap sama. Menikah dengannya mungkin tak begitu buruk untuk dilakukan.
“ baiklah kalau begitu, aku yang akan mengatakan pada mereka, aku akan meneleponmu nanti saat semua sudah beres” katanya memecah lamunanku.
“ baiklah...” ucapku singkat.
“ Kurasa jam makan siang sudah selesai sekarang, kita harus kembali , aku akan mengantarmu  sampai kantormu “ katanya sambil beranjak dari kursinya. Aku ikut berdiri dari kursiku.
“ yahh! Lee Jonghyun-ssi.... apakah kau lupa, aku membawa mobilku sendiri saat datang kesini tadi ???” aku bertanya padanya tak percaya. Kenapa dia begitu pelupa, ohh ....Jinjaa!!
“ ohh... benarkah... kaeure... kita bisa turun bersama kalau begitu” jawabnya sambil nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang aku yakin tak gatal.
Aku tersenyum  melihatnya.
Lima menit kemudian kami telah sampai di basement tempat parkir dari gedung ini.
“ kalau begitu aku pergi dulu Yoong” dia memelukku sekilas kemudian mengacak rambutku.
“Aishh....” aku mendengus kesal yang hanya ditanggapi senyuman olehnya sambil berlalu.
Dia selalu melakukan itu setiap kali kita akan berpisah. Dan aku.... aku... hatiku... tanpa sadar selalu bergetar ketika melihatnya tersenyum manis saat melihatku terlihat kesal. Perasaan macam apa itu.
Flashback end

Sebulan setelah kami memutuskan untuk melakukan pernikahan ini, keluarga kami terlihat begitu bahagia ketika kami berkata ‘kami akan melakukannya’. Tak ada yang bisa menggambarkan kebahagiaanku ketika melihat mereka semua, keluargaku dan keluarga Jonghyun tersenyum lega dan bahagia. Aku hanya mampu tersenyum simpul saat aku bertemu pandang dengan Jonghyun saat makan malam dihari dimana kami menyampaikan tentang hal ini secara resmi, dan keluarga kami memutuskan untuk mengadakan pernikahan ini 3 bulan lagi.
Kami menyerahkan semuannya untuk diurus oleh orangtua kami, terutama eomma ku dan jonghyun serta Yuri Eonnie. Aku hanya bagian membuat rancangan gaunku sendiri.

3 bulan kemudian
Hari pernikahan
Jonghyun POV
Aku nervous sekali pagi ini, tak ku sangka waktu 3 bulan berjalan begitu cepat. Hari ini adalah hari pernikahanku dan Yoona. Meski kami sepakat bahwa pernikahan ini akan menjadi pernikahan sepasang sahabat, tetap saja aku tak bisa berhenti merasa gugup dan khawatir.
“ Jongie-ah... kau terlihat gugup sekali, kau terus saja mondar-mandir dari tadi”
Tiba-tiba Hoonie hyung masuk kedalam kamarku.
“ hmm...Hyung...aku gugup sekali” jawabku masih mondar-mandir.
“Yah!! Berhentilah mondar-mandir dan turun sekarang, kita harus berangkat ke gereja segera”
Hoonie hyung menarik tanganku keluar. Aku mengikutinya dengan pasrah. Aku terlalu gugup untuk melawan.
Beberapa menit setelah kami sekeluarga berkendara menggunakan mobil, akhirnya sampai juga di depan gereja tempat pemberkatan pernikahan ku. Kami bersiap-siap sambil menunggu pengantin wanita datang.
Aku duduk di sebelah orangtua dan Hyung serta Nunna ku, aku terus saja menggoyangkan kakiku tanda kegugupan ini masih melandaku.
“Yah! Jongie...Apakah kau begitu gugup, Berhentilah menggoyangkan kakimu, kau membuatku pusing ??” Appa mulai protes dengan tingkahku walaupun sebenarnya dia hanya ingin mengejekku. Aku tahu benar.
“ Aishh Appa.... Mollaa....” jawabku kesal sambil tetap meneruskan aksiku sambil mengedarkan pandanganku kearah sekeliling yang mulai dipadati oleh para tamu.
“Biarkan saja dia Yobeo.... dia pasti tak sabar menunggu pengantin wanitanya” kata Eomma mengusap lengan Appa.
“ Jongie-ah...aku sudah melihat gaun rancangan Yoona. Simple dan elegant. Aku tak sabar melihat bagaimana cantik dan anggunnya dia ketika nanti mengenakan gaun itu. Uoahh... calon adik iparku itu pasti akan telihat sangat menawan. Dan aku berani bertaruh pengantin pria kita ini pasti akan sangat terpesona olehnya” Yuri Nunna mulai ikut-ikutan mengejekku. Dia benar-benar membuatku semakin gugup. Ottokae ???
“ Yurii-ah keumanhae.... kau membuatnya semakin gugup sekarang. Jangan sampai kalian membuat pengantin pria ini pingsan di saat acara pemberkatan pernikahannya, ini akan sangat memalukan” kata eomma kemudian.
Mereka kemudian tertawa bersama menertawakan kegugupanku. Mereka benar-benar...Jinjaa!! tak ada seorangpun yang membelaku. Aku memanyunkan bibirku kesal.
Saat tawa keluargaku baru saja reda. Salah seorang petugas yang mengurusi jalannya pernikahan ini memintaku berdiri di altar karena pengantin wanita sudah datang dan bersiap untuk masuk.
Aku memantapkan hatiku dan berjalan ke altar dengan gagah. Aku bersiap menyambut pengantinku. Uh-oh.... pengantinku... aku baru saja menyebut sahabat yang akan aku nikahi itu sebagai pengatinku... ada apa denganmu Jong!!
Pintu dibuka dengan perlahan . Sedetik kemudian waktu berhenti berputar di duniaku, udara menghilang dari sekitarku, saat aku melihat seorang wanita dengan salah satu lengan ditautkan pada seorang pria paruh baya seumuran Appaku berjalan dengan anggun dan berkharisma dengan balutan gaun putih sederhana namun begitu mempesona. Ekor bajunya menyapu lantai dibelakangnya tak kalah indahnya.
Aku baru tersadar ketika pria tadi telah berada di hadapanku memelukku sekilas dan membisikan kata-kata untukku.
“Aku menyerahkan putriku seutuhnya padamu, jaga dia untuk kami, putraku”
Aku melihat matanya berkaca-kaca. Dan aku langsung menjawabnya dengan mantap.
“Pasti aboji, aku pasti akan menjaganya dengan baik”
Dia tersenyum lega dan mengangsurkan tangan wanita itu padaku. Aku menerimanya dan tersenyum lembut. Apakah benar wanita ini adalah pengantinku.... sahabat yang akan aku nikahi. Dia begitu anggun terlebih dalam jarak sedekat ini. Wajahnya terpancar cantik dengan sapuan make-up tipis. Simple , benar-benar cocok untuknya.
Tiba-tiba saja aku mengucap janji pada Tuhan disaat aku masih menatap matanya.
“Tuhan aku berjanji untuk menjaganya, aku berjanji tak akan membiarkan senyum menghilang dari bibirnya dan air mata jatuh dari mata indahnya. Aku berjanji!!”
Janji ini, janji yang hanya antara hatiku dan Tuhan saja yang tahu.
Pemberkatan berjalan lancar, kami mengucapkan ikrar pernikahan dengan mantap.
Kemudian saat kami berdua kembali menghadap kearah tamu. Mereka semua bersorak penuh semangat.
“kiss...kiss...kiss...”
Kami berdua hanya dapat tersipu malu. Saat aku menghadap lagi padanya dan menatap wajahnya, aku melihat pipinya bersemu merah...Ohh...Kyeopta!!...
“ Can I ??” tanya ku padanya kemudian.
Dia hanya tersenyum simpul. Ku anggap itu sebagai jawaban iya darinya.
Aku mendekatkan wajahku padanya secara berlahan tapi mata kami terus menatap satu sama lain tak teralih sedikitpun. Sorakan yang menjadi backsound semakin bergemuruh ketika bibir kami berdua saling menyatu, seketika kami berdua memejamkan mata perlahan, berbagi momen ini berdua. Ciuman ini manis dan panjang. Aku berharap ini tak akan berakhir. Baru saja aku mulai berharap, sebuah suara mengacaukan semuannya.
“Yah!! Jongie... apa kau berencana membuat pengantinmu kehabisan nafas, kenapa kau tak melepaskan ciumannya, kau tak melihat wajahnya sudah membiru sekarang” benar saja Appa adalah pengacau itu.
Semua orang tertawa mendengar seruan Appa tadi.
Aku langsung berpaling menutupi wajahku yang memerah. Argghhh....aku mengeram kesal. Benar-benar memalukan sekali.
Setelah beberapa saat aku kembali menatap wajah Yoona yang juga memerah. Dia semakin cantik saja. Aku tersenyum dan dia pun ikut tersenyum bersamaku. I just feel so right, now!!!

Yoona POV
Kenapa ciuman sepasang sahabat dapat membuat jantungku tak henti-hentinya berdetak hebat seperti ini, bahkan semakin parah dari saat sebelum pemberkatan tadi. Ciuman ini manis dan panjang, aku berharap ini tak akan berakhir.
Ohh...Ottokae??? kenapa aku terus saja merasa seperti ini. Senyumnnya, wajahnya, ciumannya semakin membuatku merasa gugup saat aku berada dekat dengannya. Entah apa yang akan terjadi padaku setelah ini ketika aku akan tinggal serumah bersamanya sebagai sepasang suami istri. Jantungku... siapa yang akan menjaga jantungku... aku bahkan tak sanggup menahannya setiap kali terjadi serangan mendadak seperti beberapa saat yang lalu. Bagaimana nanti seterusnya ... Oh Please, Help me.

Yoona POV
Kehidupan pernikahan kami berjalan dengan cukup baik. Kami tinggal di sebuah rumah yang sangat cantik yang di design khusus oleh Jonghyun sendiri. Setengah dari dinding rumah ini terbuat dari kaca yang membuatnya terlihat nampak lebih megah dan indah. Alasan lain adalah karena aku ingin melihat hujan dan salju turun tanpa harus merasakan dinginnya hawa diluar. Akan lebih indah dan nyaman jika aku dapat melihatnya dari dalam rumahku sendiri.
Aku kira semua ini hanya akan terus menjadi mimpiku yang tak akan pernah terwujud. Tapi suatu hari jonghyun  tiba-tiba saja menanyakan konsep rumah yang ku inginkan, kami bercerita panjang lebar tentang hal ini, tentang impianku, tentang impiannya.
Tak kusangka dia mewujudkan semuanya dengan sangat indah. Rumah ini dibangun bahkan sebelum hari pernikahan kami. Kami tinggal di kediaman Orangtua Jonghyun selama satu bulan seraya menunggu pembangunnya selesai dikerjakan.
Pertama kali ketika jonghyun mengajakku melihat rumah ini aku hanya mampu berdiri di gerbang depan. Aku menatap lurus bangunan ini, mengamatinya dari sisi kiri hingga ke kanan, atas bawah secara berulang-ulang. Bangunan ini bercat putih bersih dengan sebuah taman kecil yang indah dibagian depan. Rumah ini benar-benar indah lebih dari yang pernah aku impikan.
“ Apakah kau menyukainya ??” tanya jonghyun memecah lamunanku. Dia masih berdiri disisi ku tak beranjak, menungguku selesai mengagumi hasil karyanya.
“ uohh... ige mwoyaa ???” tanyaku tak percaya.
“ Apakah ini benar akan menjadi rumah kita ??” tanyaku melanjutkan kekagumanku.
“ tentu saja, kalau bukan, aku tak akan mungkin mengajakmu kemari hanya untuk melihat-lihat rumah milik orang lain ”  jawabnya santai
“Uahh.... Daebakk!!” kataku bersorak gembira. Tak kusangka mimpiku benar-benar menjadi kenyataan.
“ Berhentilah memandanginya seperti itu, suamimu ada disebelahmu sekarang, dia jauh lebih indah jika kau tahu” 
“ Aiggooo....” aku meliriknya dengan wajah sinis. Dia benar-benar percaya diri sekali.
Dia hanya memperlihatkan senyum smirk nya tanpa menoleh padaku. Sedetik kemudian dia telah menarik tanganku menuju arah bangunan rumah itu.
Kami menelusuri tiap sudut bangunan rumah ini , dan yang terlintas dalam fikiranku hanyalah kekaguman-kekaguman yang tak berujung. Semua benar-benar di design dengan luar biasa.
Sesampainya di area belakang dari rumah ini, disana terdapat sebuah halaman yang cukup luas. Kolam renang serta meja dan kursi santai terletak di bagian sisi kiri taman, sementara di bagian kanan terdapat sebuah pohon sakura (cherry Blossom) yang dibawahnya terdapat kursi ayun kecil yang cantik.
Seingatku ini adalah salah satu dari konsep yang diinginkan oleh jonghyun. Ternyata dia tipe orang yang cukup melankolis juga menurutku,dan aku menyukainya. hehe.
Semua benar-benar indah dipandang dari berbagai sudut.


Hari hari dijalani keduannya dengan rutinitas kerja yang lumayan sibuk. Mereka hanya beberapa kali menyempatkan makan siang berdua, bahkan makan malam pun jarang mereka lakukan bersama karena jonghyun yang begitu sibuk dengan berbagai proyek-proyeknya. Yoona yang lebih sering berada di rumah sendirian karena pekerjaanya yang cukup fleksibel dan tidak sepadat suaminya.
Tapi siang ini sepertinya meraka sudah mempunyai rencana untuk makan siang bersama. Mereka memilih sebuah restaurant favorit mereka kali ini.

Yoona POV
Kami berdua memesan steak untuk menu makan siang ini. Aku sudah cukup lama tak menikmati hidangan steak dari restaurant ini yang sangat lezat.
Dalam waktu yang tak berapa lama aku telah menghabiskan hidangan makan siangku. Aku makan dengan lahap sekali. Ini benar-benar enak. Kulihat Jonghyun juga telah meletakkan garpu dan pisaunya mengakhiri sesi makan siangnya.
Aku mengedarkan pandanganku dan kemudian tiba-tiba aku menemukan sebuah konter yang terletak diujung ruangan, konter dessert. Saat aku melihat cupcake yang terpajang disana, tiba-tiba saja aku  teringat one day memory ku bersama jonghyun, saat pertama kali kita bertemu. Senyum mengembang di bibirku, kemudian aku mengalihkan pandanganku padanya yang sedang menyesap ice coffee americano nya dengan santai.
“ Jongie, balas aku sekarang ??” kataku dengan senyuman.
“ Museun sueriya ??” tanyanya sambil menatapku bingung.
“ hmm...kau lihat disana ada counter dessert, belikan aku cupcake itu “ jawabku menunjuk konter dessert di diujung sana. Pandangannya mengikuti arah telunjukku.
“ apakah kau belum kenyang hanya dengan memakan steak saja hingga menginginkan cupcake juga ??” tanyanya beralih menatapku kembali.
“ Hmm... aku ingin makan cupcake, kau harus membelikanku karena aku sudah membelikanmu cupcake juga waktu itu “ jawabku masih dengan senyum sumringah.
Dia masih menatapku dengan pandangan yang tak bisa ditebak, dia sedang mengingat-ingat sesuatu sepertinya.
“ apa maksudmu dengan membalas, kau tahu selama ini aku yang selalu membayar semua makanan kita, terlepas aku akan membelikanmu cupcake itu atau tidak, aku yang tetap akan membayar semua makanan yang telah kau habiskan ini, apa tak cukup untuk membalas yang waktu itu ???” dia menjawab dengan kesal. Dia sepertinya tak menyukai istilah balas-membalas itu.
Dia itu benar-benar.... Aku mulai kesal juga sekarang. Aku hanya meminta cupcake tapi dia malah menceramahiku panjang lebar.
“ tentu saja kau yang harus membayar, kau seorang suami kau ingat, seorang suami harus membayar makanan istrinya” jawabku dengan nada kesal.
“ kenapa selalu saja suami yang harus membayar...” gerutunya memalingkan pandangannya dariku, dan kembali menyesap minumannya.
“ lalu... apa kau ingin menjadi istri, agar kau tak perlu membayar makanannya ???” tanyaku sambil memiringkan kepalaku mengamati wajahnya. Kami kembali berargumen sekarang. Childish argument.
“ Ohh tidak..... harga diriku sebagai pria tak mengizinkannya “ dia kembali mengangkat kepalanya. Dia benar-benar tak mau kalah jika sedang menyangkut harga dirinya sebagai seorang pria.
“ ciihhh.... orang ini benar-benar.....” kini giliran aku yang memalingkan wajah.
“ rasa cupcake apa yang kau inginkan ??” tanyanya tiba-tiba dengan suara yang terdengar santai.
Aku langsung memalingkan wajahku kembali menghadapnya dengan senyum sumringah. Apa Dia benar-benar akan membelikan cupcake itu untukku ??? uahhh.
“ Cokelat.... belikan aku yang rasa cokelat “
“ keura..... changkaman gidaryo “ lalu dia beranjak menuju counter dessert itu.
“nee....” aku membalasnya dengan riang.
Beberapa saat kemudian dia telah kembali membawa bungkusan karton yang berisi cupcake. 2 buah bungkus karton. Ternyata dia menginginkan cupcake juga, lalu kenapa sebelumnya dia harus bersikap seperti tadi. Mengajakku berdebat segala. Benar-benar menyebalkan.
Kami melahap cupcake ini sambil mengobrol ringan dan sesekali berargumen, childish argument I think. Again...
Dan tiba-tiba.....
“Uohh Oppa ??? “ seorang gadis cantik datang menghampiri meja kami dan menyapa jonghyun.
Kami memalingkan pandangan pada gadis itu. Wajah jonghyun terlihat sangat kaget ketika melihat gadis itu. Dia bahkan tak mampu membalas kata-kata gadis itu.
“ Oppa... Oromaniya...sudah lama sekali kita tak berjumpa, apa oppa sedang makan siang disini juga bersama rekan kerja oppa ??” gadis itu bertanya masih dengan senyum yang sumrigah.
Jonghyun sepertinya benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Ada apa dengannya ?? aku tak pernah melihat dia seperti ini sebelumnya.
“ Jongie.....” panggilku sambil menyenggol lengannya.
“N..Nee....” dia memalingkan pandangannya mendengar panggilanku.
“ Nona ini berbicara padamu, apa kau mendengarnya ??” aku bertanya dengan nada cemas, wajah Jonghyun mulai memucat sekarang, apa dia sakit.
“ Ohh...n..ne...” jawabnya terbata
“ Nee... aku sedang makan siang disini” jawabnya pada gadis itu.
“ Uahh kebetulan sekali, apakah aku bisa bergabung dengan kalian, aku datang kesini sendiri tadi, akan lebih baik jika aku bergabung dengan kalian, apa tidak apa-apa ??” tanyanya bersemangat.
“ Mwoo ??” jonghyun terlihat kaget sekali dengan permintaan gadis itu, ada apa dengannya sebenarnya ??
“ Ohh... tentu saja nonna, kau bisa bergabung dengan kami” jawabku ramah.
Sedetik kemudian dia telah mendudukan diri di kursi sebelah kiriku.
Dan disaat yang bersamaan ponselku berdering, kontak asistenku muncul dilayar ponselku, aku langsung mengangkatnya.
Beberapa saat kemudian aku mengakhiri panggilanku, keadaan masih sunyi tanpa ada yang bersuara.
“ Jongie... sepertinya aku harus pergi sekarang” kataku pada jonghyun.
Dia menatapku bingung.
“ asistenku menelepon, aku harus menemui klienku sekarang juga” lanjutku.
“ dengan apa kau akan kembali ke kantor, bukankah kau datang kemari bersamaku tadi ??”  tanyanya padaku
“ gwaencana.... aku akan menggunakan taxi saja, lagi pula aku harus menemui klienku dulu sebelum kembali ke kantor.”
“ aku akan mengantarmu “ katanya mulai beranjak dari kursinya.
“ Bwoaneun goya ??? temanmu ada disini sekarang, apa kalian tak ingin mengobrol berdua. Aku akan baik-baik saja, jangan mengkhawatirkan ku”
Aku beranjak dari kursiku dan mulai merapikan barang-barangku.
Aku kemudian berpamitan dengan mereka berdua.
“tenang saja, aku akan meneleponmu nanti ketika aku sampai dikantor, khanda “ kataku lagi ketika aku masih melihat matanya mengikuti gerak-gerikku tanpa henti.
Lalu aku langsung beranjak pergi menuju pintu keluar. Aku sempat menengok kearah mereka sekilas, dan masih dalam keadaan yang sama ketika aku meninggalkan meja itu tadi, tak ada satupun yang terlihat memulai perbincangan diantara mereka.
Mereka sepertinya saling mengenal, lalu kenapa jonghyun sepertinya sangat terkejut ketika pertama kali bertemu dengan gadis tadi. Dia bahkan tak  mampu berkata apapun. Dia tak pernah bersikap seperti itu pada siapapun sebelumnya , dia adalah termasuk orang yang cukup memiliki self-confidence tinggi ketika berhadapan dengan orang lain. Apakah mereka pernah bertengkar sebelumnya, atau.....,.....

Jonghyun POV
Sejak kepergian Yoona dari meja ini tadi tak ada satupun dari kami yang berani membuka suara.
Aku masih dalam keadaan yang shock berat setelah untuk pertama kalinya aku melihat dia, gadis itu. Gadis yang selama kurang lebih 7 tahun ini meninggalkanku tanpa alasan bahkan aku juga tak pernah tahu bagaimana keadaanya selama ini.
Aku yang mulai bisa melupakan seseorang yang selama kurang lebih 7 tahun ini selalu menghuni pikiranku, gadis yang aku cintai dan sekaligus yang melukaiku. Dia pergi tanpa sebab tepat seminggu setelah kelulusan kami dari bangku SMA. Impian ku musnah untuk bersama-sama melanjutkan kuliah di tempat yang sama dengannya. Maka dari itu aku memutuskan untuk menerima permintaan Appa untuk melanjutkan kuliahku di USA.
“ Oppa.... bagaimana kabar Oppa?? “ tanyanya memulai percakapan dengan hati-hati.
“.....” aku tak menjawab, masih mengaduk-aduk ice coffee americano ku dengan gusar.
“ Aku telah kembali oppa, aku senang bertemu denganmu lagi “ lanjutnya setelah tak mendengar jawaban dariku.
“ kenapa kau kembali So jin “ hanya kata itu yang mampu aku ucapkan.
Kenapa.....kenapa dia harus kembali lagi. Aku benar-benar ingin melupakannya. Melihatnya kini membuat luka lamaku seakan terkuak kembali.
“ aku kembali untukmu oppa, maafkan aku, karena....“ jawabnya lirih tak mampu meneruskan kalimatnya.
Kini aku mulai berani menatapnya.
“ kenapa kau kembali, bukankah dari awal kau yang meninggalkanku, jika kau benar-benar ingin mengakhiri semuannya, seharusnya kau tak perlu kembali, simpan maafmu, aku tak membutuhkannya “ kataku dengan hati yang mulai terbakar amarah, amarah atas luka yang diberikannya selama bertahun-tahun ini padaku.
Aku langsung beranjak pergi dengan marah tanpa menoleh lagi padanya yang terlihat menundukkan kepala. Air mata meleleh dipipi gadis itu.
Aku belum bisa menerima kehadirannya meskipun ku akui kalau masih ada tempat untuknya dihatiku. Tentu saja karena aku pernah begitu mencintainya dulu.

19.00 in Our House – dining table
Yoona POV
Malam ini kami telah berada di meja makan di rumah kami. Aku sudah membuat bulgogi sebagai menu makan malam kami setelah aku pulang dari kantor tadi.
Jonghyun yang baru pulang saat aku sedang menyiapkan makanan langsung menuju kamarnya. Benar sekali.... meskipun kami adalah suami istri dan tinggal dalam satu rumah kami tidur di tempat tidur yang berbeda. Ingat bukan bahwa ini adalah pernikahan persahabatan, kami masih belum bisa, atau belum pernah mencoba untuk bisa menerima status kami yang sebagai suami istri yang sebenarnya.
Dia telah berganti pakaian santai, sepertinya juga baru selesai mandi dilihat dari rambutnya yang masih basah. Dia langsung mendudukan dirinya di meja makan dikursi yang berhadapan denganku.
“ makanlah yang banyak, kau pasti lelah dan kelaparan...” kataku sambil mengangsurkan lauk kedalam mangkuk nasinya.
“hmmm” dia hanya bergumam.
Kami menikmati makanan kami dalam diam. Tak tahu apakah sedang menikmati lezatnya makanan ini, tentu saja karena aku lumayan baik dalam hal masak-memasak, atau sedang menikmati pikiran masing-masing.
Sepertinya malam ini aku melihat raut wajahnya sedikit muram. Apakah dia sedang banyak pikiran, atau dia sedang sakit karena terlalu lelah bekerja ?
Tak ingin terlalu lama mengira-ngira maka aku menanyakan hal ini padanya.
“ Jongie .... ada apa denganmu ?? apa kau sakit, kau terlihat muram ??
Dia menatapku sekilas tapi langsung kembali menekuri makanannya.
“ aniyaa...” jawabnya singkat sambil menggelengkan kepalanya.
Mendengarnya jawabannya yang enggan sepertinya dia sedang tidak ingin membahas apapun sekarang. Beberapa kali aku sempat melihat dia hanya mengaduk-aduk makanannya tak bersemangat. Ada apa sebenarnya ??
Selepas makan malam kami pergi menonton tv diruang tengah. Masih dalam diam yang sama seperti di ruang makan tadi hingga tiba-tiba aku ingat tentang pertemuan jonghyun dengan temannya tadi siang.
“ bagaimana pertemuan dengan teman mu tadi siang, sepertinya kalian telah lama sekali tak pernah bertemu, kau sampai terlihat terkejut sekali ketika pertama kali melihatnya ??” tanyaku memalingkan pandanganku padanya dengan senyum mengembang dibibirku. Aku hanya berpikir tentu akan sangat menyenangkan bila bisa bertemu dengan teman lama.
“ ...........” dia masih tak menjawab dan pandangnnya masih kosong menatap kearah tv yang sedang menanyangkan sebuah variaty show itu.
“ bukankah harusnya kau senang bertemu dengan teman lamamu, tapi kenapa wajahmu muram begitu, ada apa dengan kalian sebenarnya, dia terlihat sangat akrab sekali denganmu sepertinya..?? kataku melanjutkan. Kuletakkan telunjukku di daguku seperti sedang berpikir sambil kembali mengalihkan pandanganku kearah tv.
“ itu bukan urusanmu” ucapnya dingin.
Aku langsung memalingkan wajahku kembali kepadanya dengan wajah kaget.
Ada apa dengannya ?? aku kan hanya bertany. jika memang dia tak mau bercerita padaku bukankah dia bisa mengatakannya dengan baik-baik, kenapa harus ketus begitu. Baiklah kalau itu maumu, urusi masalahmu sendiri mulai sekarang, aku tak akan bertanya padamu lagi, aku berjanji.
“ oh.. keure....” kataku kemudian tak kalah ketusnya.
Aku beranjak dari sofa tempat ku duduk tadi ingin melangkah pergi, aku ingin pergi saja kekamarku, membuat beberapa sketsa atau hanya mendengarkan musik sambil tiduran, terlalu lama disini mungkin akan menyulut kekesalan ku menjadi semakin membara.
Tapi belum sempat aku melangkahkan kakiku, jonghyun meraih pergelangan tanganku dan menariknya, mendudukkanku kembali di sofa, setelah aku terduduk kembali, dia langsung merebahkan kepalanya di pangkuanku. Aku terkejut dan berteriak padanya.
“ Yah!! Bwoaneun Goya ???”
Dia tak beranjak dan malah menutup matanya.
“ tetaplah seperti ini sebantar saja “ jawabnya lirih
Melihatnya seperti benar-benar tak ingin beranjak maka aku membiarkannya. Aku masih memandangi wajahnya yang terpejam. Nafasnya teratur seperti sedang tertidur. Dia mungkin terlalu lelah bekerja.
“ dia adalah orang yang pernah ku cintai “ katanya tiba-tiba masih dengan mata terpejam. Aku pikir dia tertidur tadi.
Gadis itu ternyata adalah orang yang dicintai jonghyun.  Tepat seperti dugaanku, mereka pasti memiliki sebuah hubungan spesial sebelumnya. Ohh... kenapa mendengarnya membuatku merasa sesuatu telah menusuk jantungku beberapa saat lalu.
“ benarkah ?? bukankah kau seharusnya senang bisa bertemu lagi dengannya, tapi kenapa kau malah terlihat muram.” Tanyaku penasaran.
Apa katamu tadi Yoona.... Benarkah ??. tentu saja benar. Jonghyun sendiri yang mengatakannya tadi, apa kau mau berlagak lupa, Yoong ???.
“ apakah kau akan merasa senang bila kau bertemu lagi dengan orang yang pernah menyakitimu   
Aku tahu dia tak sedang mengajukan pertanyaan yang harus kujawab, ini lebih seperti memberikan sebuah perumpamaan tentang bagaimana keadaannya saat ini.
“ohh ??” aku terkejut tentang kenyataan yang baru saja terungkap ini.
Setahuku aku pernah mendenagar bahwa jonghyun pernah mejadi seorang Playboy dulu, tapi aku tak pernah dengar dia juga pernah mengalami hal yang seperti ini juga. Eommoni maupun JongHoon Oppa juga tak pernah bercerita apa-apa soal yang satu ini.
Benar, mereka senang sekali menceritakan tentang bagaimana kehidupan jonghyun dulu kepadaku, mulai dari saat dia kecil hingga sekarang, terlebih pada bagian-bagian yang kata jonghyun sangat memalukan untuk diceritakan. Mereka sebenarnya hanya ingin menggoda jonghyun, aku tahu itu. Tapi hal ini, hal yang satu ini aku tak pernah mendengarnya.
Setelahnya dia hanya diam dan masih memejamkan matanya. Aku tak tahu dia sedang berpikir atau sedang tidur sekarang, yang kulihat wajahnya tetap saja muram. Sedetik kemudian tanganku mulai terangkat, aku ingin membelai rambut dan wajahnya, menenangkan hatinya. Tapi kemudian aku mengurungkannya, menarik kembali tanganku yang masih terhenti di udara. Aku membiarkan kepalanya tetap dipangkuanku. Aku tahu dia sedang gundah sekarang.

Jonghyun POV
Sunday, 08.00 pagi di kamar jonghyun
Aku membuka mata karena sorot sinar matahari yang menembus melewati tirai di jendela kamarku, menimpa tepat di wajahku. Aku mengusap mataku lalu mengedarkan pandangan kesekitar, kemudian beranjak keluar dan langsung menuju dapur.
Di perjalanan menuju dapur aku berteriak memanggil Yoona, tapi tak ada jawaban apapun darinya. Aku membuka pintu kamarnya, siapa tahu dia masih tertidur, tapi tak ada siapapun disana.
Kemana dia pergi. Pikirku
Aku sampai di dapur dan langsung menuju kulkas untuk mencari air putih untuk mengisi tenggorokanku yang kering. Di pintu kulkas aku menemukan sebuah note kecil. Disana tertulis...
  Jongie... aku akan pergi jogging di taman,
 jika kau bangun nanti kau bisa sarapan
dengan omelet yang sudah aku siapkan
di microwave .
                                                Yoona J

“ kenapa dia tiba-tiba ingin jogging ditaman, dia tak biasanya olahraga seperti itu, berlagak sekali “ gerutuku
“ Dia kan tahu kalau aku tak akan bisa makan sendiri, kenapa dia harus meninggalkan note itu”
“ kapan dia akan kembali ??” aku masih menggerutu sambil menggoyang-goyangkan gelas ditanganku.
Aku meletakkan gelas itu di meja dan pergi untuk mengambil ponselku.
Tuuuttttttt
I got a Boy matchin, I got a Boy Chakan....
“ Yah!!! Dia bahkan tak membawa handphonenya “ gerutuku kesal saat aku mencoba meneleponnya tapi ternyata dia malah meninggalkannya dirumah.
Aku yang kesal langsung menyambar kunci mabilku. Aku menyetirnya menuju taman tempat Yoona berada.
Ku edarkan pandanganku ke setiap sudut taman, lumayan ramai juga. Beberapa gadis muda melihatku dan mulai berbisik-bisik. Aku berpakaian cukup kasual saat itu, aku memakai track pants dan hoodie yang kutarik lengannya sampai ke siku. Aku tak lagi mempedulikan keadaan sekitar, aku hanya mencoba mencari keberadaan Yoona saat ini.
Lalu Aku melihat sosoknya agak disudut taman sedang berbincang dengan seorang pria. Disana dia rupannya, sedang apa dia dengan lelaki itu,huhh.
Dengan langkah kesal aku menghampiri Yoona dan langsung memeluknya dari belakang. Aku ingin menunjukkan pada lelaki itu kalau perempuan yang sedang digodanya itu adalah milikku.
“ Oh....” Yoona terkejut dengan apa yang kulakukan.
“ Yeobo, kenapa kau meninggalkanku sendiri dirumah....”
Aku membenamkan wajahku di antara pundak dan lehernya. Aku merasakan tubuh Yoona masih menegang karena terkejut.
“ apa kau tak ingin membuatkanku sarapan” kataku melanjutkan.
“ Bukankah.....” kata-katanya terpotong.
“ Yah!! Bocah ini. Kau datang kesini dan memeluk istrimu erat sekali begitu hanya untuk memintanya membuatkanmu sarapan” kata seseorang yang tadi memotong ucapan yoona.
Aku mengalihkan pandanganku terkejut, aku seperti mengenal suaranya.
“ Hyung apa yang kau lakukan disini...” tanyaku dengan mata membulat.
“ Yahh!! Aku sudah disini sejak tadi, apa kau tak melihatku” tanyanya kesal.
“ kau yang tadi bicara dengan Yoona ?? “ tanyaku dengan bodohnya.
“ tentu saja... kau pikir siapa lagi ???” jawabnya dengan wajah menggoda. Seperti dia mencium gelagat salah tebakku.
“ apa kau pikir Yoona sedang berselingkuh darimu ???” tanyanya melanjutkan masih dengan nada menggoda.
“ anniyaa.... lalu kenapa kau disini dan berbicara dengan istri orang, apa istrimu tahu soal ini ?? “ tanyaku ganti menuduhnya.
“ Waee.....apa aku tak boleh berbicara dengan adik iparku ???” tanyanya balik dengan kesal.
“ Ohh....Jongie... aku pikir aku tadi salah lihat, ternyata benar kau, apa kau sedang mencari Yoona, Ohh.... kenapa kau memeluknya erat sekali “ tiba-tiba Yuri Nunna datang dari arah belakangku dengan terkejut.
“ Ohh... Nunna, kau sedang disini juga ??” tanyaku kaget.
“ keuromyon.... aku datang bersama Hoon oppa dan karena Taman ini lumayan dekat dengan rumah kalian maka aku mengajak Yoona sekalian untuk jogging bersama kami, aku sebenarnya memintanya mengajakmu juga, tapi kau masih tidur katanya “ jawab yuri nunna menjelaskan.
“ dia sepertinya cemburu padaku karena aku mengobrol dengan Yoona tadi, jadi dia datang dan langsung memeluknya seperti itu “ kata Hoonie hyung
Menjawab pertanyaan istrinya yang tak ku jawab tadi.
“ Aishh... siapa yang cemburu, aku tidak cemburu” ucapku mengelak.
“ Lihat wajahnya, merah sekali, pasti dia sedang malu sekali karena salah menduga istrinya selingkuh....hahahhah” Hoonie hyung kembali mengejekku.
“ Aigoo Jongie, apa kau begitu mencintainya sampai tak membiarkan istrimu berbicara dengan orang lain selain kau “ ucap Yuri nunna ikut mengodaku.
“ Aniya.... aku sudah bilang tidakk “ elakku
“ tidak apanya, kelihatan sekali begitu “
“ hahahhahahh” mereka terus saja menggodaku
Aku kembali membenamkan kepalaku di antara leher dan pundak Yoona menyembunyikan wajahku yang malu. Yoona ikut tertawa dan mengacak rambutku dengan lembut.
Mereka tak juga berhenti tertawa, maka aku langsung menarik tangan Yoona mengajakknya pergi.
“ Yoongie Kaja.... melihat mereka mebuatku semakin kesal saja “
“ Oh.... Oppa eonnie kami pergi dulu, annyeong “ ucap Yoona mengucapkan salam perpisahan pada mereka.
“ Yah!! Jongie kau tak sopan sekali dengan kakak mu, pergi begitu saja” suara Hoonie hyung lirih terdengar. Aku terus saja berjalan menarik tangan Yoona tanpa mempedulikannya. Aku sudah malu sekali.
“ Aku benci padamu Hyung.....” seruku tanpa menoleh sedikitpun
“ hahahhahahhahah “ mereka malah tertawa semakin keras mendengar jawabanku. Aishhh....mereka senang sekali menggodaku seperti itu, apa mereka tak punya hiburan lain selain mengganguku hah.


Yoona POV
Seminggu ini hubunganku dan Jonghyun sedikit canggung karena kejadian tak terduga minggu pagi di taman itu. Tapi kami mencoba untuk melupakan atau mungkin berpura-pura melupakan kejadian itu.
Tapi ada sesuatu rasa bahagia yang kurasakan bila teringat dengan hal itu lagi, Jonghyun, apakah dia benar-benar cemburu melihatku berbicara dengan pria lain ??, apakah sekarang dia telah menganggap ku sebagai istrinya ?? apakah harapanku akan terwujud  bahwa dia akan mencintaiku seperti aku yang telah mencintainya kini.
Aku tak ingin lagi berbohong pada diriku sendiri dengan berpura-pura bahwa aku seolah tak peduli padanya, bahwa aku masih saja menganggap pernikahan ini bukanlah pernikahan yang sebenarnya. Setiap hari bertemu dengannya, setiap waktu melihat wajahnya, setiap kali itu pula aku selalu bertanya apakah aku benar-benar telah jatuh cinta padanya ??. Dan ketika minggu lalu dia memperlakukanku dengan manis dan memelukku dengan begitu mesra, saat itu aku benar-benar menyadari, aku telah benar-benar jatuh cinta kepadanya, kepada suamiku, Lee Jonghyun.
Hari jum’at sore ini aku pulang lebih awal untuk menyiapkan makan malam untukku dan jonghyun. Aku ingin menyiapkan sesuatu yang spesial untukknya. Hanya memikirkan bahwa jonghyun akan memakan makanan spesial buatanku dengan lahap saja sudah membuatku begitu bahagia.
Aku sudah membeli semua bahan makanan yang aku butuhkan tadi sepulang dari kantor. Aku akan memasak makanan kesukaan Jonghyun, Pork soup.
Sepanjang acara memasak ini aku tak hentinya tersenyum, aku tak tahu kalau memasak untuk orang yang kau cintai bisa membuatmu sebegini bahagianya. Aku seperti membumbui masakanku dengan senyuman yang menyalurkan setiap cinta dari hatiku untukknya. Berharap jika cintaku akan sampai pada hatinya . Menyampaikan pesan yang tak mampu disampaikan oleh bibirku. Please help me, katakan padanya bahwa aku sangat mencintainya. J
Sejam kemudian semua makanan telah tersaji di meja makan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, biasanya jonghyun akan pulang pada jam segini. Aku pergi kekamarku, mandi dan menyiapkan diriku sebaik mungkin untuk menyambutnya. Setengah jam kemudian aku sudah rapi dan kembali kemeja makan. Tapi jonghyun tampaknya belum terlihat pulang juga. Aku masih menunggunya dengan senyum yang tak henti-hentinya terkembang.
Sejam kemudian Jonghyun masih tak tampak juga. Aku melihat porksoup ini mulai mendingin maka aku memasukkanya ke Microwave agar saat jonghyun pulang nanti makanan ini masih hangat. Aku mencoba menenangkan pikiranku yang mulai resah. Tapi aku tetap mencoba berpikiran positif kalau-kalau dia sedang menghadiri meeting yang tak bisa ditinggalkan. Tapi hingga pukul setengah 10 malam masih tak ada tanda-tanda Jonghyun pulang kerumah. Ada dimana dia sekarang ??, keresahanku mulai memuncak. Aku mencoba menghubunginya beberapa kali tapi sepertinya Handphone nya mati. Ada apa ini ?? dimana kau Jonghyun ?? kenapa kau belum pulang juga. Pikiran-pikiran itu berputar tak hentinya di otakku.
Tapi Tiba-tiba saja panggilan masuk di handphoneku beberapa saat kemudian, Jongie, namanya terpampang dilayar touchscreen ku. Tanpa berpkir panjang aku langsung mengangkatnya.
“ Jongie Odiga ??” tanyaku khawatir.
“ Yoongie, kau makanlah sendiri, aku tak pulang malam ini “ katanya diseberang telepon.
“ oh.... waeyoo??? Apa kau masih ada meeting ??” tanyaku masih khawatir.
“ aniyaa, aku akan bertemu dengan So jin malam ini, mungkin aku akan bermalam disana “ jawabnya santai.
“ So Jin ??? ohh.. So jin,... Keurae Arraseo “ kataku langsung mengakhiri panggilan ini.
Aku merasa tiba-tiba saja beberapa saat lalu ada seseorang yang menusukku dengan pedang tepat di jantungku. Air mataku langsung mengalir setengah detik setelah ku akhiri percapakan kami tadi. So jin, gadis di restaurant itu, mereka telah kembali bersama rupanya. Hahh.... lalu apa gunanya tadi kau memasak dengan senyum-senyum begitu Yoona. Kau sedang berharap terlalu tinggi sepertinya. Jonghyun bukan milikmu dan tak akan pernah menjadi milikmu, apalagi semenjak gadis itu kembali, seharusnya kau telah memikirkannya.
Aku ingin menertawai diriku sendiri tapi yang terjadi air mata ini malah semakin deras mengalir. Dengan langkah pelan aku menuju rak di dapur dan menggambil dua botol soju lalu kembali melangkahkan kakiku, kini menuju taman belakang, ke sebuah ayunan di bawah pohon sakura.
Sebelumnya aku berencana menghabiskan malam ku bersama jonghyun disini setelah makan malam. Tapi yang terjadi aku benar disini malam ini, tapi hanya seorang diri.
“ kenapa kau berguguran dengan sangat indah wahai kelopak bunga, apa kau sedang bahagia, aku sedang sedih sekarang, sangat sedih” kataku melantur setelah aku berhasil mengosongkan botol soju ku yang pertama.
Aku mencoba membuka botol yang kedua dan merebahkan tubuhku di ayunan. Udara di luar sini cukup dingin tapi tubuhku seakan kebal, aku tak berencana untuk kembali kedalam dan malah tertidur disana sepanjang malam.
Pagi saat aku bangun badanku terasa pegal semua dan kepalaku pusing, tapi aku langsung bergegas kedalam untuk melihat apakah jonghyun sudah pulang atau belum , tapi ketika aku melihat ke dalam kamarnya, semua masih tetap sama seperti semalam, tak berpenghuni. Aku lalu menuju kekamarku, membersihkan diri dan menuju dapur membuat sarapanku.
Ditengah acara sarapan pagiku, terdengar seseorang membuka pintu dan kudapati jonghyun datang dengan membawa tas kerjanya tapi bukan menggunkan kemeja kerjannya, dia telah berganti dengan pakaian kasual.
 Dia menghampiriku yang berada di ruang makan dan langsung duduk di kursi yang menghadapku, tempatnya biasa.
“ kau sudah pulang “ tanyaku datar
“Hmmm...” gumamnya
Aku melihat dia mengambil pancake di depannya meletakkanya dipiringnya yang sengaja kusiapkan tadi,tak tahu kenapa tapi aku merasa dia akan pulang saat makan pagi ini.
Wajahnya terlihat sangat ceria tak seperti biasanya. Apakah kau sangat bahagia bersama dengan So jin sekarang, Jonghyun ???
“ maaf aku tak bisa pulang semalam, aku pergi dengan So jin sejak siang dan dia memintaku untuk menginap, aku tak bisa menolaknya “ katanya tiba-tiba sambil menatapku sekilas, aku mungkin akan menyemburkan kopi yang baru saja aku sesap kalau saja beberapa saat lalu aku tak menelannya.
Aku cukup kaget mereka kembali berbaikan secepat ini. Bahkan mereka pergi sejak siang hari, katanya tadi. Seolah Pedang yang semalam tertancap tiba-tiba saja ditarik dengan paksa. Sakitnya benar-benar menjadi dua kali lipat.
“ Ohh... benarkah, apa kalian sudah baikan ?? “ tanyaku mencoba bersikap santai. Padahal sebenarnya air mataku sudah tak tahan lagi untuk mengalir.
“ Hmmm.... kami sudah berbaikan sekarang , setelah dipikir lagi sepertinya kami memang masih saling mencintai” jawabnya dengan sumringah sambil menggigit pancakenya yang terakhir.
Dia mengambil air putih didekatnya dan meneguknya sebelum melanjutkan.
“ Bahkan kami kemarin pergi ke amusement park bersama. Kami sering pergi kesana dulu ketika masih pacaran. Benar-benar menyenangkan.” Dia benar-benar sangat senang, terpancar dari wajahnya yang menyunggingkan senyum tak henti-hentinya.
“ Benarkah ??.... apakah benar-benar menyenangkan saat pergi ke amusement park, aku tak pernah melakukannya ???” tanyaku iri. Aku benar-benar tak pernah merasakan bagaimana bermain di amusement park. Orangtua ku terlalu sibuk ketika aku masih kecil, dan saat sudah besarpun aku memilih menjadi seorang siswa yang taat yang lebih memilih pergi ke toko buku sendirian ketimbang pergi bermain dengan teman-teman.
“ menyenangkan sekali, kau harus mencobanya lain kali “ sarannya bersemangat.
“Aku kekamar dulu, aku akan beristirahat dulu, kami bergadang semalaman tadi malam “ katanya lalu beranjak dari kursinya.
Sebelum jonghyun benar-benar berjalan menjauh aku memanggilnya.
“ Jonghyun,.....”
“Hmmm...” dia menoleh padaku.
“ Aniyaa... hanya saja.... hmm.... katakan padaku jika nanti kalian berdua akan benar-benar kembali bersama.” Kataku setelah menghela nafas dalam. Aku mengantisipasi  kumungkinan terburuk. Aku akan mencoba menerimanya.
“Ohhh.... waeyo??? “ tanyanya bingung.
“ aniyaa.... beristirahatlah kau pasti lelah “ jawabku sambil tersenyum. Terpaksa tersenyum sebenarnya.
“ Oh...keurae...” jawabnya lalu berlalu.
Air mataku langsung mengalir dalam diam. Ini benar-benar akan berakhir sepertinya, Ottokae ???.


 Jonghyun POV

Minggu siang saat aku bangun tidur dan menuju dapur, aku tak mandapati siapapun disana, aku tak menemukan Yoona yang seharusnya menyiapkan makan siang untuk kami karena jam sudah menunjukkan pukul 2 siang sekarang . Tapi aku malah menemukan sebuah note tertempel di kulkas yang mengatakan bahwa makan siang sudah disiapakan di microwave olehnya.
Setelah makan siang, aku menuju ruang tengah untuk menonton Tv sambil bertukar pesan dengan So jin.
Hari mulai sore tapi Yoona tak tampak akan pulang juga, Kemana dia sebenarnya ??.
Saat jam menunjukkan pukul 6 sore, aku mendengar deru sebuah mobil dari arah pagar. Tapi sepertinya bukan mobil Yoona, tapi aku masih penasaran dan mengintip melalui jendela. Yoona keluar dari mobil membawa beberapa kantung belanjaan diikuti seorang pria yang keluar dari pintu mobil disebelah kemudi. Siapa dia yang bersama Yoona itu ??? aku merasa kesal saat melihatnya. Apa yang mereka lakukan, apa dia tak tahu Yoona sudah punya seorang suami ???.
Beberapa saat kemudian Yoona masuk kerumah dan aku telah berdiri di tengah ruangan dekat pintu dengan tangan di saku celanaku.
“ Dari mana saja kau Yoona “ tanyaku marah. Aku tak tahu kenapa aku seperti ini, mungkin karena dia meninggalkanku sendiri di rumah sejak siang tadi.
“ aku keluar untuk membeli bahan makanan untuk.....” jawabnya tapi langsung kupotong.
“ hanya membeli bahan makanan saja tak mungkin selama ini , kau sudah pergi sejak siang dan baru kembali sekarang “ aku menumpahkan amarahku padanya
“ dan lagi kau pergi dengan pria itu “ tambahku.
“ aku bertemu dengannya tadi, dan kami mengobrol sebentar, lagi pula aku ada urusan yang ingin aku tanyakan kepadanya “ jelasnya.
“ urusan apa, apakah kalian ada urusan di amusement park, kau bilang kemarin kalau kau tak pernah pergi ke amusemnet park kan, Jadi hari ini kau memintannya menemanimu begitu kan???” tuduhku padanya.
“ apa maksudmu ???” tanyanya bingung.
“ Kau pasti iri karena aku mengajak So jin ke amusement park kemarin,  maka dari itu kau ingin pergi juga “ kataku masih dengan nada tinggi.
“ Apa yang kau  coba katakan sebenarnya aku tak tahu maksudmu???” jawabnya bertambah bingung. Ah dia benar-benar pintar berakting. Lihat saja bajunya kasual begitu dia tentunya baru saja pulang bermain dari sana.
“ Mengaku sajalah, Yoona “ kataku terus memojokkanya
Keurae.... Benar aku sangat iri sekali dengan kalian, aku sama sekali tak pernah tahu bagaimana rasanya saat pergi ke amusement park. Jika kau ingin tahu....aku.... tak pernah sekalipun merasakannya, tidak dengan orangtuaku, tidak dengan teman-temanku, tidak dengan pria itu, bahkan tidak juga dengan suamiku.....” jawabnya meledak dengan nada tinggi sambil berlinang air mata dan langsung menuju kamarnya membuka pintunya dan membantingnya dengan kekuatan tinggi.
Aku diam di tempatku dengan wajah bingung dan kaget. Kenapa dia marah begitu, padahal kan aku hanya bertanya. Aku tak pernah melihat dia yang seperti itu sebelumnya, ada apa dengannya??? .
Saat aku tersadar dari kekagetanku, aku berjalan menuju kearah pintunya mengetuknya dan berteriak padanya.
“Yahh !! Yoongie kenapa kau marah begitu, aku kan hanya bertanya. Buka pintunya, apa kau tak akan membuatkanku makan malam ???”
“ Ayolah buka pintunya, aku sudah lapar sekali, cepat buatkan aku makanan” aku masih berteriak-teriak sambil mengetuk pintunya.
Apakah dia benar sedang marah sekarang ???. Apa dia tak akan membuatkanku makan malam ?? Ottokae ?? aku sudah lapar sekali.
Setengah jam sampai satu jam kemudian dia tak juga keluar kamar, Ottokae???. Aku kembali menuju ke arah pintunya.
“ Yoona....Yoongie apa kau benar-benar marah, maafkan aku, jeball.... masakan sesuatu untukku sekarang, aku sudah lapar sekali.” Kataku memelas. Aku benar-benar sedang kelaparan sekarang. Aku sudah menghabiskan persediaan snack di kulkas dan yang baru di beli Yoona tadi. Aku tak bisa makan diluar karena tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras. Aku juga tak terbiasa jika harus memesan makanan, aku bahkan tak tahu harus menghubungi siapa untuk memesan makanan. Aku tak mau merepotkan asistenku juga hanya untuk hal-hal sepele seperti ini.
“ Yoongie Jeball...”
Aku sudah kehabisan akal tapi yoona tak kunjung keluar kamar juga.
Maka aku menyerah dan menuju kedapur mencoba membuat ramyun. Tapi setelah jadi ternyata mie ini masih setengah matang, aku tak punya pilihan lain dan tetap memakannya, aku benar-benar menderita malam ini. Yoongie apa kau benar-benar marah padaku sampai-sampai ingin membuatku menderita seperti ini... Aishh.....
Pagi hari ketika aku bangun tidur, aku sudah tak mendapati keberadaan Yoona dirumah, lagi-lagi hanya ada sebuah note di kulkas yang manyampaikan pesan bahwa dia telah menyiapkan sarapan untukku.
“ dia benar-benar marah padaku, bahkan dia sampai menghindariku seperti ini, Aishh...” gerutuku.
Aku memakan sarapanku dan bersiap-siap. Aku tak akan kekantorku hari ini. Aku akan datang ke kantor Yoona. Siapa suruh dia berani menghindariku, jika aku datang kesana pasti dia tak akan bisa pergi kemana-mana lagi.
Seperempat jam mengendarai mobilku aku sampai di kantor Yoona dan langsung menuju ruangannya. Di depan ruangan, asistennya menyapaku dan hanya ku balas dengan anggukan.
Saat aku memasuki ruangannya, aku berpapasan dengan pria yang semalam mengantarkan Yoona pulang.
“ Pria itu lagi “ gerutuku dalam hati
Aku melihatnya tersenyum dan menunduk sekilas kemudian berlalu. Aku hanya memasang wajah masam.
Saat aku memasuki ruangannya, Yoona sedang menuju meja kerjanya. Dia menoleh padaku setelah mendapati ada seseorang yang memasuki ruangannya.
“ Jongie.... waeyoo.... kenapa kau datang kemari ??” tanyanya bingung sekaligus kaget dengan kedatanganku yang tiba-tiba.
“ aniyaa... aku hanya ingin datang saja....” jawabku malas lalu langsung mendudukkan diriku di kursi panjang.
“ apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku ??” tanyanya lalu menghampiriku dan mendudukan dirinya di kursi sebelah sofa panjang itu.
“ aniyaa....” jawabku kesal. Padahal Aku sudah katakan aku hanya ingin datang, kenapa dia masih saja terus bertanya padaku, menyebalkan.
“ kau tak pergi kerja hari ini, apa Aboji tahu ?? “ tanyanya lagi.
“ Tidakk....” ucapku singkat. ku merebahkan tubuhku di sofa panjang itu dan mulai bermain dengan ponselku.
“ apa kau sakit...??” tanyanya khawatir sambil meletakkan telapak tangannya di keningku. Aku hanya menggeleng.
Dan saat itu tiba-tiba asistennya datang membawakan minuman untukku.
“ Ohh.... jaesonghamnida Nona Im “ dia meminta maaf dan langsung menundukkan kepalanya, khawatir jika dia telah menggangu kebersamaan kami.
Yoona hanya tersenyum dan memintannya meletakkan minumanku di meja, kemudian dia beranjak pergi.
“ lalu kenapa kau bersikap seperti ini ??? apa kau sedang bertengkar dengan pacarmu ??” tanyanya lagi setelah kembali menyandarkan dirinya dikursi.
Jika memang kalian sedang bertengkar, telepon saja dia atau temui dia, kenapa harus bersikap kekanakan seperti ini. “ katanya kesal karena jawabanku yang tak juga memuaskannya.
“ aku tak bertengkar dengannya..... aku kan sudah bilang aku hanya ingin datang kesini, itu saja “ jawabku semakin kesal karena terus saja diserangnya dengan pertanyaan-pertanyaan olehnya.
“ apa tidak boleh...??” tanyaku masih tetap terfokus pada permainanku yang sedang berlangsung di ponselku tanpa menoleh padanya.
“ Hmmm...terserah kau sajalah “ ucapnya lalu beranjak kearah mejannya dan kembali memulai pekerjaannya yang tadi tertunda.
Melihatnya sedang sibuk dan karena suasana ruangan menjadi begitu sunyi aku menghentikan aktivitasku dan menggeser kepalaku untuk menghadap padanya.
“ Kenapa kau menghindarku, apa kau marah padaku “ tanyaku padanya.
Dia memandangku sekilas dengan wajah bingung dan kembali memfokuskan padangannya kembali pada pekerjaanya.
“ Tidak... aku tidak marah padamu....” jawabnya singkat.
“ Lalu kenapa kau mengunci dirimu dikamar semalam, dan membiarkan aku kelaparan, pagi ini juga kau berangkat kerja pagi-pagi sekali ??” tanyaku lagi.
“ semalam aku hanya lelah, dan pagi ini aku punya sedikit urusan dengan Kyuhyun Oppa” jawabnya cepat.
“ Apakah dia pria yang tadi keluar dari ruanganmu dan juga yang semalam mengantarmu pulang ??” tanyaku menganalisis.
“ hmm... dia orangnya..” ucapnya sambil mengangguk-angguk.
“ kenapa kau memanggilnya Oppa, apakah kalian begitu dekat, apa pekerjaanya dan ada urusan apa kalian berdua ??? “ tanyaku penuh selidik.
“ Dia sunbae ku di kampus dulu,kami cukup dekat, aku pikir tak ada salahnya  dengan panggilan oppa itu. Dia seorang pengacara, dan ada sesuatu hal yang ingin aku konsultasikan dengannya.” Jawabnya menjelaskan sambil masih asyik dengan pekerjaanya.
“ dan urusan apa itu ??” tanyaku lagi tak sabar
Dia mengalihkan pandanganya dengan pertanyaanku, menatapku dengan bingung.
“ dan kenapa kau begitu aneh hari ini, kau tak pernah menanyakan apapun padaku selama ini, lalu kenapa hari ini tiba-tiba saja kau bertanya pertanyaan semacam itu ???” tanyanya curiga.
“ aishh Molla...” jawabku manyun dan langsung membalikkan badan dan kembali bermain dengan ponselku.
“Aigooo....aneh sekali dia itu” ucapnya melihat tingkahku.
Beberapa saat kemudian kudengar ponselnya berbunyi nyaring menandakan ada panggilan masuk.
Dia tengah berbincang dengan seseorang diseberang sana, aku sebenarnya cukup penasaran siapa itu sebenarnya, apakah pria itu lagi.
Belum selesai aku dengan pikiran-pikiran liarku, dia telah mengakhiri teleponnya dan berkata sesuatu padaku.
“ Jongie, aku harus menemui Yuri Eonnie sekarang, ada urusan yang harus kami bicarakan, kau mau tinggal atau kau mau pergi ??” katanya sambil mengemasi barangnya.
“ kenapa kau punya banyak sekali urusan sepertinya ?? aku akan menunggumu saja disini jangan pergi terlalu lama, aku mudah sekali bosan kau tahu. “ kataku kesal karena dia akan meninggalkanku. Lebih baik bersama Yoona dalam diam daripada harus sendirian begini. Setidaknya aku selalu nyaman ketika melihatnya ada disekitarku. Berbeda dengan rasa yang diberikan So jin ketika aku bersamanya, saat bersama Yoona aku merasa seperti seseorang sedang menjaga ku setiap waktu.
“ keurae... aku pergi dulu kalau begitu, kau bisa memanggil asistenku bila kau memerlukan apapun “ katanya lalu beranjak pergi.
“hmmm...” aku hanya menjawab dalam gumaman.

Sejam berlalu Yoona tak kunjung kembali juga, padahal aku sudah bosan sekali. Aku mengambil ponselku dan meneleponnya.
“ Yoongie cepatlah kembali, aku sudah bosan....” kataku padanya setelah dia mengangkat teleponnya.
“ waeyoo.... kau bisa pulang atau ke kantor jika kau bosan disana “ jawabnya.
“ shiroo.... cepatlah kembali sekarang, jangan membuatku kesal.” Jawabku beraegyo bercampur kesal.
“ tapi urusanku dengan eonnie belum selesai Jongie..” katanya menjelaskan
“ berikan ponselmu pada nunna sekarang” perintahku, dan beberapa saat kemudian suara Yuri nunna terdengar.
“ Waeyo Jongie ??” tanyanya.
“ Nunna biarkan istriku kembali ke kantornya, jangan menahanya terlalu lama, kau membuatku bosan setengah mati” gerutuku padanya.
“ aku memang berencana menculiknya darimu....hahaa” jawabnya menggodaku sambil tertawa.
“ Nunna...” seruku padanya.
“ arraseo....arraseo aku akan melepaskannya” jawabnya
Dia mengembalikan ponsel itu kembali pada Yoona.
“ kau harus membelikanku Ice Cream karena kau membuatku bosan menunggumu disini” pintaku padanya, tiba-tiba saja aku memang ingin makan ice cream.
“ araseo... aku akan segera kembali setelah semua selesai sebentar lagi” jawabnya mengiyakan.
“ hmmm” gumamku lalu mengakhiri telepon.
Sembari menunggu Yoona kembali, aku kembali bermain dengan permainan di ponselku. Setengah jam kemudian sebuah panggilan masuk dan nama So jin tertera disana, aku langsung mengangkatnya.
“Oppaa...” katanya sambil terisak...
“ Ohh waeyoo So jin-ah kenapa kau menangis” tanyaku khawatir.
“ oppa kakiku sakit sekali...” ucapnya tetap saja terisak.
“ Gidaryoo , aku akan segera kesana, tunggu aku dan jangan bergerak dari sana” aku langsung mengemas barangku dan beranjak pergi, aku sangat khawatir dengan keadannya sekarang hanya mendengar suaranya saja membuatku takut sesuatu telah terjadi padanya.
 Di lorong menuju lift aku bertemu Yoona yang telah kembali. Dia membawa sesuatu di tangannya mungkin itu ice cream pesananku tadi.
“ Jongie odiga,...”  tanyanya saat melihatku setengah berlari.
“ aku harus pergi sekarang. So jin meneleponku, sepertinya dia sedang terluka sekarang” jawabku sekenanya.
“Oh.... lalu bagaimana dengan ice cream mu “ tanyanya sambil mengangkat bungkusan di tangan kirinya.
“ Kau bisa memakannya, aku sedang buru-buru sekarang, aku pergi Yoongie, aku akan meneleponmu nanti “ kataku lalu langsung berlari menuju lift meninggalkan Yoona yang masih berdiri di tempatnya.

Yoona POV

Aku langsung saja kembali setelah mendapat telepon dari Jonghyun. Dia sepertinya sudah bosan sekali karena dia sudah menggerutu kesal saat meneleponku tadi. Aku mampir ke sebuah kedai ice cream sebelum kembali ke kantorku memenuhi pesanannya tadi. Ice cream vanilla favoritnya, membayangkan wajahnya yang akan langsung ceria ketika memakan ice creamnya membuatku tersenyum senang. Sama sepertiku ice cream selalu bisa membuatnya senang.
Sebenarnya Aku senang sekali dia datang kekantorku pagi ini, dan meminta maaf atas perkataanya kemarin. Aku tak marah padanya sebenarnya, aku hanya sedikit kesal saja.
Aku buru-buru naik setelah memarkir mobilku, tak ingin membuat jonghyun lebih lama lagi menungguku.
Tapi ketika aku telah memasuki lorong yang akan menuju ruanganku, aku bertemu dengan jonghyun yang setengah berlari menuju lift.
“ Jongie odiga,...”  tanyaku saat dia sudah mendekat padaku
“ aku harus pergi sekarang. So jin meneleponku, sepertinya dia sedang terluka sekarang” jawabnya khawatir.
“Oh.... lalu bagaimana dengan ice cream mu “ tanyaku sambil mengangkat bungkusan di tangan kiriku.
“ Kau bisa memakannya, aku buru-buru sekarang, aku pergi Yoongie, aku akan meneleponmu nanti “ jawabnya lalu beranjak pergi.
Aku hanya mampu memandangi punggungnya yang menjauh, tak terasa air mata mulai merembes dari kedua mataku. Hatiku hanya mampu berkata...Ahh,, So jin lagi rupanya...
Aku berjalan menuju ruanganku sambil mengusap air mataku.
Aku memakan semua ice cream yang kubawa tadi. Membiarkan ice cream ini mendinginkan hati dan pikiranku yang kembali terluka.
Sore hari sampai aku pulang kantor pun Jonghyun tak ada meneleponku seperti katanya tadi. Aku bergegas masuk kedalam rumah, tapi dirumah ini terlihat masih sepi, berarti jonghyun juga belum pulang.
Aku kadang berpikir, percuma kami merancang rumah seindah dan sebesar ini dulu. Aku jarang merasakan bahagia di tengah keindahan ini, aku lebih banyak merasa kesepian saat berada disana.
Setelah aku mandi dan makan malam aku menuju ruang tengah untuk menonton tv, mencari hiburan untuk melupakan rasa kesepianku ini.
Ponselku tiba-tiba berdering beberapa saat kemudian. Tapi nama yang tertera disana bukan nama orang yang kutunggu-tunggu kabar beritanya.
“ Yoboseo,,, Hoonie Oppa “ kataku setelah mengangkat telepon. Benar dia adalah Hoonie oppa, kakak iparku.
“ Ohh Yoongie, bisakah kau berkemas sekarang, pesawatmu akan dimajukan menjadi penerbangan esok pagi jam 5 “ katanya langsung pada intinya.
“ Ohh... waeyoo oppa ??” tanyaku binggung.
“ aniyaa... keunyang.... kau bisa bersiap-siap sekarang, aku akan menjemputmu pukul 4 “ jawabnya singkat.
“ apakah aku harus memberitahu Jongie dulu soal ini Oppa ??” tanyaku meminta persetujuannya.
“ tidak usah... aku yang akan mengurus semuanya”.
“ arraseoo Oppa... aku akan bersiap-siap sekarang “
“ne Yoong... annyeong “ katanya mengakhiri percakapan kami.
Aku langsung bergegas menuju kamarku dan berkemas. Malam ini Jonghyun sepertinya tak pulang lagi. Sepanjang malam aku terus berpikir, haruskah aku mengambil keputusan ini tanpa memberitahunya, Apa yang akan terjadi padanya jika aku pergi?? Apakah dia akan baik-baik saja??. Tentu saja Yoong, dia sudah bersama So jin sekarang tentu saja dia akan baik-baik saja.
Tak terasa aku sudah terlelap karena terlalu lelah berpikir.

Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 pagi, setengah jam sebelum keberangkatanku. Hoonie Oppa menjemputku tepat waktu seperti rencana. Disini kami sekarang, di ruang tunggu keberangkatan, menunggu pesawatku. Aku masih saja gelisah dengan pikiranku sendiri, memikirkan tentang jonghyun. Sejak siang kemarin aku belum berbicara lagi dengannya, bahkan aku belum memberitahunya tentang kepergianku ini.
“ Apa kau mengkhawatirkannya ??”  tanya Hoonie Oppa yang melihat kegelisahanku.
“ Ohh... ne Oppa, aku tak sempat berpamitan padanya “ jawabku jujur. Aku memang tak bisa menghilangkannya dari pikiranku.
“ aku sudah tahu semuannya Yoona.....Maafkan aku, tentang apa yang dia lakukan padamu, dia telah menyakiti dan mengabaikanmu tapi kau masih saja tetap memikirkannya” katanya meminta maaf padaku dengan lembut. Aku sempat kaget dia telah mengetahui tentang keadaan kami yang sebenarnya.
“ aniyaa oppa... kenapa kau meminta maaf begitu padaku, aku masih istrinya kau ingat, tentu saja aku harus memikirkan suamiku” kataku sambil tersenyum.
“ aku melihat dia begitu bahagia bersama So jin , Oppa, aku pikir ini adalah hal terbaik yang harus terjadi kepada kami, aku senang dia bahagia sekarang” jawabku tulus.
“ Dia hanya belum menyadari sesuatu Yoong, kau tenang saja, aku yang akan mengurus semuanya ketika kau pergi. termasuk urusanmu dengan kyuhyun-ssi”
“ Gomawo oppa, karena sudah sangat peduli kepadaku” kataku mengucapkan terimaksihku padanya bertepatan dengan pengumuman pesawatku yang akan berangkat sebentar lagi dan meminta semua penumpang untuk bersiap-siap. Aku memberikannya sebuah pelukan hangat. Aku menitipkan pesan padanya.
“ jaga Jongie ketika aku pergi Oppa “ kataku sambil tersenyum tipis.
“ Hmm...” gumamnya sepertinya enggan melakukannya.
“ aku pergi oppa “ pamitku.
“ Jaga dirimu Yoongie” katanya mengingatkanku.
Aku lalu mendorong koperku menuju gerbang keberangkatan meninggalkan Hoonie Oppa yang masih melambaikan tangannya padaku.
Selamat tinggal Jongie.


Jonghoon POV

“Aku akan membuatmu menyesal telah meniruku Jonghyun, kau tak belajar rupanya, padahal dulu kau yang paling ingin membunuhku ketika aku melakukannya “


Jonghyun POV

Aku pulang kerumah pagi ini setelah semalam menemani So Jin diapartementnya. Sebenarnya aku ingin pulang tapi So jin meminta ku dengan sangat untuk menemaninya disana dengan alasan kakinya yang masih sakit. Padahal kakinya yang keseleo itu tak seberapa parah, kenapa dia jadi sebegitu berlebihan sekarang.

Flashback
“Bisakah Oppa menemaniku disini malam ini, kakiku masih sakit sekali Oppa” Pintanya dengan wajah memelas.
“ Bukankan itu hanya luka ringan So jin, aku yakin itu tak seberapa sakitnya, lagipula aku harus pulang, Yoona menungguku dirumah “ Kataku berusaha menolak permintaannya
“ Jadi oppa ingin meninggalkanku dengan keadaan seperti ini, dan lebih memilih bersama istri yang bahkan tak kau cintai itu “ ucapnya cemberut sambil memalingkan wajah membelakangiku.
“ aniyaa So jin-ah.... aku hanya “ belum sempat aku menyelesaikan kalimatku dia telah memotongnya.
“ jadi kau akan tetap disini menemaniku kan Oppa??” tanyanya dengan mata berbinar.
“ Hmm... ne “ jawabku sedikit enggan.
“ Gomawo Oppa “ katanya sambil memelukku sambil menyungging senyum yang aneh menurutku.
Semalaman aku tak hentinya memikirkan tentang Yoona, aku sedikit memiliki firasat yang aneh tentangnya. So jin terus saja berusaha menjauhkanku dari ponselku ketika aku mencoba menghubungi Yoona. Maka kemudian aku menyerah dan membirkannya.
Flashback end

Tapi saat aku mencari di seluruh penjuru ruangan dalam rumah ini aku tak menemukan keberadaanya dimanapun. Aku mulai khawatir dan mencoba menghubungi ponselnya tapi sepertinya tidak aktif. Kemana dia pergi se pagi ini ??

Aku bergegas menuju kamarku untuk membersihkan diri lalu kembali turun dan mencari apapun untuk menu sarapanku pagi ini. Aku menemukan note di pintu kulkas saat aku berjalan melewatinya, pesan dari Yoona disana tertulis :
Aku pergi Jongie
Jaga dirimu baik-baik.
                   Yoona

Membacanya membuatku gelisah, apa maksud dari pesannya ini. Pergi kemana dia sebenarnya ?? kenapa dia tak mengatakan apapun padaku sebelumnya ??

Aku mendudukkan diriku di meja makan setelah aku mengambil roti dan jus jeruk yang ku ambil dari kulkas tadi. Kulkas telah terisi penuh kebutuhan sehari-hari, Yoona benar-benar menyiapkan semuanya.
Aku mencoba menghubungi asisten Yoona di kantor tapi katanya Yoona berkata kalau dia tak akan pergi ke kantor untuk beberapa waktu, tapi saat ku tanya kemana Yoona dia hanya menjawab.....
“ Nona Im hanya berkata kalau dia akan pergi dan tak akan datang ke kantor untuk beberapa waktu, dan dia tak mengatakan apapun tentang tujuan kepergiannya, Tuan “
“ Kenapa bisa kau tak tahu kemana dia pergi, apa saja tugasmu sebagai asisten Yoona sebenarnya ?? “ tanya ku dengan nada marah.
“ maafkan saya tuan, tapi nona Im tak menjawab ketika saya menanyakan hal itu padanya” jawabnya dengan takut.
Aku langsung menutup teleponku dan mendengus kesal. Kemana kau pergi Yoona. Hffttt
Sesaat aku berfikir siapa lagi yang bisa kutanyai tentang keberadaan Yoona. Teman Yoona, aku tak mengenal satupun teman Yoona, aku pernah akan dikenalkan Yoona pada mereka, tapi karena ada meeting penting dengan Klien waktu itu, maka aku memutuskannya secara sepihak di saat-saat terakhir.
Aku baru menyadari kemudian bahwa aku tak pernah benar-benar mengenal istriku itu. Bagaimana hidupnya, bagaimana pekerjaanya, bagaimana masa kecilnya, bahkan aku baru tahu kalau dia tak pernah pergi ke amusement park beberapa hari yang lalu. Apa yang sebenarnya aku lakukan selama ini, aku benar-benar tak pernah memperhatikannya. Berbeda denganku dia begitu mengenalku, sifatku, keluargaku yang begitu akrab dengannya, dia juga mengenal beberapa teman dan kolegaku ketika beberapa kali aku megajakknya menghadiri acara perusahaan. Dia benar-benar dapat menempatkan dirinya dengan baik dan mudah bergaul.
Dan beberapa saat yang lalu melihat pesan singkat darinya di note itu membuatku menyadari aku telah begitu lama mengabaikannya, dan saat kini dia pergi meninggalkanku tanpa berkata apapun, aku seperti kehilangan perlindunganku.
Malaikatku telah melepas pelukannya dariku.
Aku kacau tak tahu harus berbuat apa. Beberapa kali aku hanya memainkan jemari tanganku dan menghela nafas dalam. Aku bingung sekali.

Beberapa saat kemudian ketika aku berencana menghubungi Orangtua Yoona yang kini tinggal di Busan untuk mengurus proyek hotel mereka, siapa tahu mereka tahu keberadaan Yoona sekarang, Orangtua yoona malah menghubungi ku terlebih dahulu.
“ Yoboseo Jongie.... apakah Yoongie baik-baik saja??” tanya Aboji tiba-tiba dengan nada cemas. Ohh kenapa aboji terlihat cemas begitu apakah dia juga tahu kalau Yoona pergi.
“ ne..?? “ tanyaku bingung bercampur cemas.
“ Aku sudah mencoba menghubungi Yoongie beberapa kali tapi ponselnya tidak aktif, dia baik-baik saja kan Jongie ??” tanyanya dengan nada berharap.
Ottokae??? Apa yang harus aku katakan pada Aboji, aku juga sama dengannya tak bisa menghubungi Yoona. Bahkan aku tak tahu dimana dia sekarang. Suami macam apa yang tak tahu dimana istrinya berada. Maka kemudian aku memutuskan untuk berbohong untuk menenangkan kecemasan orangtua Yoona.
“ Ne aboji Yoona baik-baik saja, Ponselnya kemarin terjatuh maka dari itu aboji tak bisa menghubunginya, maaf kalau aboji tidak bisa berbicara dengannya sekarang, karena dia sedang di kamar mandi sekarang “ kataku mencoba menutupi keadaan yang sebenarnya.
“ hmm.... daengida.... dia memang anak yang sedikit ceroboh dengan barang-barang miliknya. aku yakin Yoona pasti baik-baik saja bersamamu Jongie, dia juga selalu mengatakan dia bahagia sekali menjadi istrimu. Aku menitipkan dia padamu Jongie. Jaga dia baik-baik untuk kami” kata aboji dengan nada yang sudah terlihat tenang.
“ ne abojii.... tentu saja “ jawabku dengan rasa bersalah.
Kemudian kami mengakhiri percakapan ini setelah saling mengucapkan salam.
Maafkan aku aboji , aku tak menjadi menantumu yang baik, bahkan jika kau tahu bahwa aku selalu menyakiti dan mengabaikan anakmu aku tak tahu apa yang akan kau lakukan padaku. Tapi aku berhak mendapatkan semuanya, aku akan menerimanya.
Tapi sekarang..... siapapun yang telah membawa Yoona pergi atau siapapun yang bisa membawanya kembali, Tolong...Jeball.... kembalikan Yoona-ku kembali padaku sekarang. Aku kehilangan arah tanpanya.

Aku mendudukan diriku membelakangi kursi panjang di ruang tengah. Aku terduduk dilantai menyandarkan kepalaku pada  sisi belakang sofa, disebelahku terdapat berkaleng-kaleng beer. Rambutku acak-acakan tak beraturan. Seharian ini aku hanya terduduk disana menghabiskan berkaleng-kaleng beer sambil terus memikirkan Yoona tanpa henti. Aku bahkan tak perduli lagi dengan perutku yang belum terisi sejak tadi pagi hingga malam hari. Aku kehilangan selera makanku yang biasanya tak terhingga dalam keadaan normal.

Dalam kekalutan yang semakin menjadi aku teringat Hoonie hyung, dia pasti tahu dimana yoona berada. Dia orang yang selalu tahu tentang apapun, aku yakin dia pasti tahu. Maka beberapa saat kemudian aku sudah tersambung dengannya.
“ Hyung, kau tahu dimana Yoona...” tanyaku to the point, aku tak punya tenaga lagi untuk basa-basi sekarang.
“ Apa maksudmu ??” tanyanya bingung.
“ kau pasti tahu dimana Yoona sekarang hyung, beritahu aku.” Pintaku tak sabar.
“ kenapa kau menanyakan hal itu kepadaku, bukankah seharusnya kau menanyakan itu kepada suaminya. Ohh... dan kenapa kau mencarinya sekarang aku dengar beberapa hari lalu beberapa kali kau tak pulang kerumah dan memilih bersama kekasihmu itu. Kenapa kau tak berada bersamanya sekarang. Bukankah lebih baik jika tak ada Yoona, benar-benar tak ada penghalang sama sekali.” Jawabnya ketus.
“Hyung... Jebal....” pintaku  memohon padanya.
Tapi tak kudapati lagi suara dari seberang sana, hoonie hyung telah memutuskan sambungan teleponnya.
Aishh... aku langsung membanting ponselku kesembarang tempat.


 Hari hari berjalan masih dengan keadaan yang sama, Yoona tak kunjung pulang juga.
Di hari kedua Yoona tak pulang juga. Tiba-tiba terdengar bel berbunyi di pintu depan, aku langsung berlari berharap Yoona akan pulang. Ternyata yang datang adalah So jin, kenapa dia kemari, pikirku.
“ Oppa, kemana saja kau, aku menghubungimu berkali-kali tapi tak pernah kau angkat “ tanyanya ketika aku menampakkan diri dengan wajah kusut di depan pintu.
“ kau kenapa oppa, apa kau sakit ??” tanyanya lagi dengan wajah khawatir sambil mencoba untuk meletakkan telapak tangannya di keningku, tapi aku menepisnya.
“ kenapa kau ada disini ?? “ tanyaku dingin.
“ Oppa... kenapa oppa dingin sekali padaku, ada apa denganmu oppa, apa istrimu itu yang memintamu bersikap dingin padaku dan menjauhiku ??” katanya menuduh Yoona dengan wajah marah.
“ jangan pernah berkata hal seperti itu tentangnya, kau tak berhak sama sekali” kataku tak kalah marahnya.
“ oppaa...kenapa kau membelanya, kau sudah tak mencintaiku lagi hah.” Tanyanya mulai berlinang air mata.
“ So jin pergilah, aku tak ingin bicara lagi denganmu, kita sudah berakhir sekarang, aku sudah tak mencintaimu lagi, aku mencintai istriku”
Kataku mengakhiri lalu menutup pintu depan rumahku dengan sedikit kasar. Aku kembali mendudukkan diriku di tempatku semula sebelum kutunggalkan tadi.
Hari berganti hari, Dan keadaanku semakin parah setiap harinya, aku benar-benar seperti mayat hidup, hanya mampu terduduk dilantai sepanjang waktu dengan pandangan kosong. Dengan penampilan yang luar biasa berantakan.
Setiap pagi , siang dan sore hari Hoonie Hyung dan Yuri Nuna akan datang membawakan makanan untukku. Hoonie hyung akan mendudukkanku di bawah shower membiarkan tubuhku basah kemudian membantuku memakai pakaianku. Yuri nuna akan menyuapiku makanan karena ketika mereka membiarkanku memegang sumpitku sendiri maka aku hanya akan mengaduk-aduk makananku sampai tak berbentuk.

Di hari keempat sejak kepergian Yoona,... Appa, eomma, Hoonie hyung dan Yuri nuna datang kerumahku siang ini. Setelah membersihkan diriku mereka semua menemaniku duduk di ruang makan, eomma menyuapiku dengan berlinang air mata. Semua yang ada diruangan ini diam tak ada yang berani bersuara.
Dan beberapa saat dalam diam suara Hoonie hyung terdengar memecah keheningan.
“ kau benar-benar adikku Jongie “ katanya
Saat itu aku telah mengakhiri acara makan siangku dalam suapan eomma.
Aku menatapnya sekilas, bingung dengan apa yang sebenarnya dia omongkan.
“ kau bahkan melakukan apa yang aku lakukan dulu“
Sekarang aku tahu apa maksudnya. Semua orang di ruangan ini tahu betul apa maksud perkataannya barusan. Kira-kira keadaan Hoonie hyung dulu persis sama dengan apa yang terjadi padaku sekarang.
“ Kau tak belajar rupanya, padahal kau yang paling marah ketika aku melakukannya dulu, kau bahkan juga ingin membunuhku saat itu” katanya melanjutkan dengan senyum miring tersungging dibibirnya.
“ aku juga ingin melakukannya kali ini Jong, membunuhmu” katanya mengakhiri dengan tajam.
Eomma langsung bereaksi karena kata-katanya.
“ Hoonie .... Jeball.... keumanhae...” eomma berseru dengan air mata mengalir semakin deras dari kedua matanya.
“ Aniyaa Eomma.... biarkan dia merasakannya “ ucapnya bergeming dengan ucapan Eomma.
“ Hoonie-ah Hajima... kau tak melihat sudah seperti apa keadaannya sekarang “
“ Yeobo katakan sesuatu “ kata eomma beralih kepada Appa.
Appa hanya mampu mendekap istrinya tanpa berkata apapun.
Hoonie hyung langsung beranjak seketika dari kursinya diikuti oleh Yuri nunna yang baru selesai membereskan peralatan makanku tadi. Appa juga beranjak pergi bersama eomma dalam pelukannya.
“ kami pulang dulu Jongie “ kata Appa sambil membelai rambutku ringan, aku hanya mengangguk sekilas. Eomma tak mampu berkata apa-apa lagi.
Di ruang tamu sebelum mencapai pintu aku mendengar eomma memohon pada Yuri nuna,...
“ Yuri-ah katakan pada suamimu untuk membawa Yoona kembali, Ohh...Jebal” pintanya masih dengan berlinang air mata.
“ ne eomma “  kata Yuri nuna lembut dan merangkul Eomma untuk menenangkannya. Hoonie hyung hanya menghela nafas dalam.
Lalu kemudian mereka semua pergi meninggalkan aku sendiri lagi.

Ini sudah hari kelima Yoona pergi tapi tak ada tanda-tanda kalau dia akan kembali. Aku masih tak beranjak dari tempatku kemarin. Aku masih bersandar pada sisi belakang sofa panjang ruang tengah kami. Masih dalam keadaan yang kacau.
Siang itu Hoonie hyung datang dan langsung membuka pintu depan rumah kami, keluar masuk dari sana merupakan hal yang biasa dia lakukan kini tanpa meminta persetujuaanku, karena akupun tak peduli lagi.
Aku menengok kearahnya sekilas, dia datang bersama seseorang dibelakangnya, itu pasti Yuri nunna yang membawakan makan siangku.
“ Kenapa kau datang lagi Hyung, bukankah kemarin kau berkata ingin membunuhku, jadi tak usah kemari lagi membawakan makanan untukku, biarkan aku kelaparan lalu mati, itu kan yang kau inginkan “ kataku dengan nada frustasi masih menundukan kepalaku.
Hoonie hyung masih berdiri di tengah ruang tamu kami bersama seseorang itu yang juga masih terdiam.
“ Apa kau benar-benar sudah siap mati sekarang“ tanyanya dengan nada tenang.
“ Oppa... ada apa dengan kalian, apa kalian sedang bertengkar, kenapa seperti ini ??” tanya seseorang itu pada Hyung ku dengan nada bingung dan cemas.
“ Aku tahu kau yang melakukan semua ini hyung, seperti yang pernah Appa lakukan dulu padamu. Kau benar-benar ingin aku menderita, kau membawa dia pergi dariku tanpa berkata apapun. Bahkan kau tak memberitahuku dimana dia berada. Bunuh aku sekarang hyung, jika itu yang kau inginkan Jeball... aku tak sanggup lagi” kataku semakin frustasi.
Hyung tak menjawab apapun dan masih berdiri mematung.
Seseorang yang datang bersama Hyung tadi terlihat semakin cemas.
“ Yahh!! Waegurae.... kenapa kalian seperti ini ada apa sebenarnya Oppa ??” tanya wanita itu mengguncang tangan Hyungku. Tapi dia bergeming.
Dia beralih mendekatiku yang masih menarik-narik rambutku karena frustasi.
“ Jongie-ah Waegurae.... ada apa denganmu, kau terlihat kacau sekali, apa kau sedang ada masalah dengan So jin ?? tanyanya sambil memegang lenganku, menghentikanku yang masih terus menarik-narik rambutku.
Aku seperti familiar dengan suara ini, dan lagi dia seperti tak tahu apa yang sebenarnya terjadi selama beberapa hari ini. Tak mungkin itu Eomma atau Yuri nunna.
Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya tajam. Aku masih terus mengamati wajahnya tanpa berkata apapun, wajah itu sangat familiar. Terlalu familiar.
“ Oh... Mianhae, Jongie....Mianhae.... aku tak bermaksud menganggumu “ katanya takut karena melihat pandanganku dan menarik dirinya menjauh dariku.
Aku tetap menatapnya yang kini sedang ketakutan bercampur cemas.
“ Jongie... kau tak lupa kan siapa dia ???” tanya Hyung tiba-tiba.
“Hmm...” gumamku bertanya sambil menoleh pada hyung sekilas diikuti oleh wanita itu, tapi kemudian aku kembali menatapnya, dia juga kembali menatapku dengan wajah bingung.
“ kau tak mengenalku ??” tanyanya dengan dahi berkerut.
Aku masih terus menatapnya, aku mengenalnya, tapi aku tak mampu berkata apapun untuk menjawabnya.
Dia mulai beranjak pergi dari hadapanku tapi kemudian sebelum dia benar-benar mengangkat tubuhnya dari lantai aku telah menarik tangannya dan memeluknya erat. Air mataku mengalir deras, air mata yang lima hari ini bahkan tak pernah menunjukkan dirinya, hari ini semuanya tumpah membasuhi kekosongan dalam fikiran dan hatiku beberapa hari ini.
Aku hanya mampu berkata dalam hati, Jangan lagi, Jangan pernah lakukan hal itu lagi Jeball....
“ Jongie.... waegeurae... ? tanyanya masih kaget dengan apa yang aku lakukan, tapi akhirnya berhenti melawan karena aku sepertinya tak ingin menjawab ataupun melepaskannya.
“Hfftttt.... akhirnya dia sadar juga “ ucap Hoonie hyung lalu beranjak pergi meninggalkan kami berdua yang masih duduk berpelukan dilantai dalam diam.

 Yoona POV
Beberapa waktu setelah memelukku dengan erat dan berlinang air mata, dia terlihat mulai tenang. Aku melepaskan pelukannya dan memandang wajahnya. Dia terlihat kacau sekali.
“ kau baik-baik saja “ tanyaku khawatir
“....” dia tak menjawab hanya menggelengkan kepalanya.
“ kau terlihat kacau sekali, apa kau sudah makan ?? “ tanyaku lagi sambil membelai rambut dan wajahnya. Dia terlihat lebih kurus sekarang.
“....” lagi-lagi dia menggelengkan kepalanya dan masih terus memandangiku lekat.
Aku beranjak menarik tangannya memintanya untuk berdiri.
“ Mandilah dulu dan ganti pakaianmu, aku akan memasakkan makanan untukmu “ perintaku sambil menggandeng tangannya menuju kamarnya. Lalu aku menutup pintunya setelah dia masuk kedalamnya.
Aku bergegas menuju dapur dan memasak beberapa makanan yang simple dan dapat kukerjakan dengan cepat. Ku mendorong koperku yang tadi masih kuletakkan di ruang tamu menuju kamar dan membongkar semua barang-barangku. Aku bergegas mandi dan berganti pakaian.
Saat aku baru saja keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambutku yang basah, seseorang memanggilku dengan panik.
“ Yoongie-ah..... Odigaa.... Yahh!! Yoona Odii..... kenapa kau pergi lagi ??” teriaknya frustasi dari ruang tengah.
Saat aku keluar dia terlihat sedang berjalan kesana kemari mencari sesuatu.
“ Jongie... waeyoo ??... apa yang kau cari ??” tanyaku bingung.
Dia langsung berpaling padaku dan memelukku erat. Membuatku semakin bingung.
“ Yahh!! Kemana saja kau, kenapa kau selalu menghilang seperti ini, kau membuatku takut” ujarnya kesal masih memelukku erat.
“ aku tak pergi kemana-mana, aku hanya membereskan barangku dan mandi itu saja “ jawabku sedikit kesal karena dia berseru padaku tanpa sebab.
Aku mengendurkan pelukannya dan menariknya menuju ruang makan.
“ Makanlah yang banyak, badanmu terlihat kurus sekarang, apa kau tak makan dengan baik beberapa hari ini ??” tanyaku sambil mengangsurkan makanan padanya.
“ Tentu saja , kau tak memasakkan makanan untukku, kau bahkan meninggalkanku sendiri tanpa kabar “ gerutunya sambil menikmati makananannya.
“ Mianhae... aku tak bermaksud begitu “ kataku meminta maaf.
“ apa hubunganmu dengan So jin baik-baik saja “ tanyaku kemudian dengan nada santai.
Dia mengangkat wajahnya menatapku tak suka.
“ kenapa kau membahas soal hubunganku dengannya “ jawabnya kesal
“ aku hanya... jika hubungan kalian semakin baik sekarang, kau bisa mengatakannya padaku, aku akan...” penjelasanku yang sedikit terbata ini di potong olehnya.
“ Berhentilah membahas hubunganku dengannya, ini rumah kita, tidak bisakah kita hanya membahas hubungan kita saja “ potongnya bertambah kesal.
Aku hanya memandangnya bingung tanpa mampu berkata apapun.
Makan malam ini berlangsung dalam diam, dia makan banyak sekali. Sepertinya dia benar-benar tak makan dengan baik ketika aku pergi.
Setelah makan malam ini selesai, kami menuju ruang tengah untuk menonton Tv. Aku sudah menyiapkan snack dan minuman untuk kami berdua. Sesaat setelah aku merebahkan diri di sofa, dia langsung melingkarkan tangannya di pinggangku dan merebahkan kepalanya di pundakku dengan manja. Aku sempat kaget namun kemudian membiarkannya.
Tapi aku cukup penasaran juga dengan sifatnya yang sedikit manja dan mudah kesal setelah aku kembali. Apa mungkin dia sedang sakit, dia selalu begitu jika sedang sakit. Maka aku meletakkan telapak tanganku di dahinya, merasakan temperaturnya, dan semua tampak normal. Jonghyun tak terganggu sedikitpun dan masih terus memberikan perhatiannya penuh ke arah Tv.
Sesaat kemudian seseorang membuka pintu depan, dan masuklah Hoonie Oppa, Yurii Eonnie, Appa dan Eomma. Aku ingin berdiri menyambut mereka tapi Jonghyun menahanku dan malah mengeratkan pelukannya. Aku hanya mampu tersenyum malu ketika mereka mendekat dan mendudukan diri di sofa di sebelah sofa yang sedang ku duduki sekarang.
“ maafkan aku Eomma, Appa, Oppa dan Eonnie, aku tak menyambut kalian” kataku meminta maaf.
“ Gwaenchana Yoongie-ah “ kata eomma sambil menyungging senyum.
“ Aigoo .... Lihat betapa manjanya dia sekarang “ cibir Eomma saat melihat apa yang jonghyun lakukan.
Semua orang hanya tersenyum melihatnya.
“ kemana kau pergi sebenarnya Yoongie, kau tahu bocah itu hampir gila ketika kau pergi” tanya Appa sambil mencibir Jonghyun.
“ Aishh Appa...” gerutunya
“ aku juga ingin menanyakan hal itu sebenarnya, kemana kau pergi selama ini, kau bahkan tak mengatakan apapun sebelum pergi” tanyanya sambil memasang wajah cemberut.
“ Apakah Yuri eonnie dan Hoonie oppa tak mengatakan pada kalian semua, aku ada pekerjaan di Paris mengurus soal design pakaian yang akan terbit di majalah eonnie untuk bulan depan. Eonnie bilang aku sendiri yang harus mengurus semuanya. Karena aku lebih ahli dalam hal ini” jawabku menjelaskan dengan tampang tanpa dosa.
“ Benarkah ??” Appa, eomma, dan Jonghyun memandang kearah eonnie dan oppa kaget.
“ Kenapa kau tak mengatakan apapun kepada kami Hoonie ?? “tanya Eommaa bingung.
“ hahhaha.... menyenangkan sekali bisa melakukan apa yang Appa pernah lakukan padaku dulu” katanya penuh kemenangan.

Flash back
 Di hari jonghyun datang ke kantorku, saat yuri eonnie memintaku menemuinya.
“ Yoongie, soal design pakaian yang akan dipakai untuk terbitan bulan depan itu, kau harus menge-check-nya sendiri ke Paris” kata Yuri eonnie tiba-tiba saat baru saja pesanan kopi kami datang.
“ waeyoo eonnie, apakah ada masalah ??” tanyaku bingung, semua ini benar-benar mendadak.
“ Aniyaa... hanya saja aku ingin memastikannya sendiri, tapi karena aku tak bisa datang sendiri, lebih baik kau yang kesana, karena kau pasti lebih ahli tentang hal ini” jawabnya memberi penjelasan.

Flashback
Yuri – Jonghoon
“ Yurii-ah....jongie... dia memang benar-benar adikku “ kata jonghoon sambil menghela nafas dalam lalu mendudukan diri di sebelah istrinya.
“ Oh,,,, apa maksud perkataanmu Oppa, tentu saja dia adikmu ??” tanya yuri bingung.
“ dia.... melakukan apa yang pernah aku lakukan dulu kepadamu” jawabnya sambil menatap istrinya, rasa bersalah kembali terpancar darinya.
“ dia kembali bersama dengan wanita itu, yang telah meninggalkannya lebih dari 7 tahun lalu, dan kemarin dia tak pulang kerumahnya dan memilih tinggal di apartemen wanita itu” lanjutnya lalu menunduk lesu.
“ oppa...” Yuri mengerti betul bagaimana perasaan suaminya sekarang, dia hanya mampu mengusap lengannya menenangkan.
“ apakah aku harus melakukan apa yang Appa dulu lakukan padaku, Yurii-ah ??” tanyanya pada istrinya meminta persetujuan.
“ Jangan lakukan itu Oppa.... Jongie akan sangat menderita jika kau melakukannya, kau tahu betul bagaimana rasanya, begitu juga dengan Yoongie, aku pernah merasakannya, dan aku tak ingin orang lain apalagi orang-orang yang aku cintai juga mengalaminya, rasanya begitu menyiksa” jawab yuri lirih teringat kejadian lalu yang pernah mereka rasakan, hampir sama dengan apa yang tengah terjadi pada kedua adiknya saat ini.
“ tapi aku tak ingin adikku menyesal Yurii, Jongie akan lebih menderita jika Yoona pergi dengan kemauannya sendiri dan tak pernah kembali lagi” kata Jonghoon kemudian.
“ bukankah kau sedang bekerjasama dengan Yoongie sekarang, bisakah kau merencanakan perjalanan untuknya ke luar negeri untuk beberapa waktu, kita akan lihat nanti bagaimana keadaan jongie ketika Yoongie pergi, tak perlu memberitahu Yoongie juga soal ini, juga Appa dan Eomma” pinta jonghoon pada yuri.
“ Haruskah kita melakukannya Oppa ??” tanya Yuri masih ragu.
“ Jeball... aku sangat menyayangi adikku Yurii-ah “ dia semakin memohon sambil menggenggam tangan Yuri.
“ arraseo oppa, aku akan mengusahakannya” jawab yuri kemudian.
Jonghoon langsung memeluk istrinya lembut.
“ Gomawoyo... Yeobo”
Dan yuri hanya mampu membalasnya dengan anggukan.
Flash back Yuri- JongHoon End

“ hmmm... baiklah eonnie jika itu yang terbaik “ kataku mengiyakan permintaan yuri eonnie walaupun aku sempat ragu, aku tak pernah meninggalkan Jonghyun sebegini jauh sebelumnya, bagaimana dengannya nanti.
“ Gomawo yoongie “ ucap yuri eonnie berteimakasih sambil menyungging senyum lega.
Flash back end

“ aku sudah menduga Hoonie hyung yang merencanakan ini semua” gerutu Jonghyun kesal sambil memutar bola matanya.
“ sekarang kau merasakan bukan apa yang aku rasakan dulu, dan bagaimana rasanya mengetahui saudaramu sendiri ingin membunuhmu ?” tanya hoonie oppa mencibir Jonghyun.
“ rasanya tidak menyenangkan “ jawab Jonghyun singkat masih cemberut.
Semua tertawa melihat tingkahnya.
“ dan Yoona urusanmu dengan Kyuhyun-ssi...” belum habis  Hoonie oppa menyelesaikan kalimatnya Jonghyun sudah memotongnya tak sabar.
“ Kyuhyun-ssi, ??? dia teman pengacaramu itu bukan , ada urusan apa lagi kau dengannya ?? apa kau benar-benar sudah berniat untuk bercerai denganku ???” tanyanya marah dan merajuk.
Mata tajamnya bekilat-kilat saat menatapku
“ aniyaa... aku hanya ingin dia mengurus tentang beberapa perjanjian yang bermasalah dengan klienku, itu saja “ jelasku dengan wajah tanpa rasa bersalah lebih bisa dibilang bingung, karena tiba-tiba saja jonghyun menuduhnya soal perceraian.
“ kau tadi bilang jika hubunganku dengan So jin telah kembali kau akan melakukan sesuatu. Kau pasti akan menceraikanku bukan ???” tuduhnya lagi.
“ dan kau Hyung, kenapa kau bisa mengenal kyuhyun itu, apa kau juga akan membantu Yoongie untuk bercerai denganku ??” tuduhnya berganti pada Hoonie Oppa.
Eomma dan Appa hanya bingung menatap jonghyun yang bersikap aneh.
“ aniyaa... aku hanya mengenal kyuhyun-ssi, aku pernah beberapa kali bekerja sama dengannya “ jawabnya menjelaskan.

Flashback
Perjalanan menuju bandara saat Yoona akan terbang ke Paris
Di dalam mobil.
“ Yoona, aku bertemu dengan Kyuhyun-ssi beberapa waktu lalu, katanya kau juga sedang ada kerjasama dengannya ??” tanya Hoonie oppa masih terus memandang kearah jalan.
“ Ohh... ne Oppa, apa kau juga mengenalnya ??” tanyaku sedikit kaget.
“ Ne...aku beberapa kali bekerjasama dengannya, dia berkata istri adikku juga sedang memiliki kerjasama dengannya saat ini, dimana kau mengenalnya “ jawabnya menjelaskan.
“ ne oppa, ada beberapa masalah dengan perjanjian dengan klienku, aku ingin memintanya menyelesaikannya, karena ada beberapa yang harus diselesaikan dengan jalur hukum, aku mengenalnya karena dia adalah sunbae ku dikampus dulu, kami cukup dekat “ jelasku pada Hoonie oppa
“ begitukah...??? selama kau menggantikan Yuri di Paris, aku bisa meng-handle semuanya, jadi jika kau kembali kesini, semua sudah beres” katanya menawarkan diri.
“ Benarkah Oppa ?? apa tidak akan merepotkan?? “ tanyaku meyakinkan.
“ Gwaenchana... kau adikku juga, tak perlu sungkan jika meminta bantuanku seperti kau kepada yuri, karena kalian sudah lama dekat, kau harus begitu juga padaku “ jawabnya menyakinkan dengan senyum tersungging manis.
“ Gomawo Oppa “ kataku berterimakasih.
Aku seperti baru saja memiliki seorang kakak lelaki yang menjagaku karena selama ini aku hanya anak tunggal, yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang saudara. Maka dari itu aku benar-benar bahagia sekarang.
Flashback end

“ dan benar kata Yoona kalau itu hanya masalah perjanjian yang bermasalah, aku sudah mengurus semuannya” kata Hoonie Oppa menjelaskan.
“ sekali lagi terimakasih Oppa “ kataku berterimakasih.

“ Hoonie....Jongie..”
Tiba-tiba suara Appa hadir di tengah argumen kakak beradik yang sedang berlangsung ini. Suasana menjadi serius seiring dengan nada suara Appa yang tak seperti biasanya, sangat serius. Semua orang terdiam bersiap mendengarkan apa yang akan disampaikan Appa kali ini.
“ aku harap ini adalah yang terakhir kalinya aku mendengar kalian melakukan ini pada istri-istri kalian, jika aku mendapati hal ini terjadi sekali lagi aku sendiri yang akan membunuh kalian “ katanya serius namun tetap tenang.
“ ne Appa...” jawab keduannya sambil menundukkan kepala. Jonghyun semakin membenamkan kepalanya dipundakku.
“ Yeobo...” kata eomma membelai lengan Appa mencoba menenangkannya meski dengan wajah sedikit khawatir.
Aku melihat Appa menganggukan kepalanya menenangkan istrinya, seperti berkata semua baik-baik saja. Seketika wajah eomma terlihat kembali cerah dan menyunggingkan senyum.
Sepanjang malam ini kami berbincang santai sambil disertai argumen gaya anak kecil oleh dua bersaudara lelaki ini. Sementara jonghyun tak beranjak juga dari posisinya. Masih memeluk pinggangku.
Kami seperti sebuah keluarga besar yang sangat bahagia malam itu.

Saat jam menunjukkan pukul 10 malam, mereka semua pamit pulang.
Sepeninggal mereka semua hanya tinggal aku dan Jonghyun yang masih berada di ruang tengah.
“ aku mengantuk “ ucapnya manja.
“ pergi kekamarmu dan istirahatlah Jongie, kata mereka kau tak tidur dengan baik beberapa hari ini” kataku sambil mengusap lengannya yang masih melingkar di pinggangku.
Dia lalu meraih remote tv dan mematikannya. Lalu dengan tiba-tiba dia menarik tanganku menuju kamarnya.
Aku yang kaget dan bingung lalu berseru padanya.
“ Waegurae ??” tanyaku bingung tapi membiarkannya masih menarik tanganku.
Dia tak menjawab pertanyaanku dan terus berjalan, dia membuka pintu kamarnya dan mendudukkan aku di kasurnya.
Aku masih mengamatinya yang kini melepaskan jaket yang dikenakannya tadi dan kini menyisakan kaus putih berlengan pendek.
Dia naik keatas kasurnya di sisi lain dari tempatku duduk dan menarik tanganku untuk berbaring disampingnya. Dia kembali memelukku.
“ tidurlah disini malam ini, aku tak ingin kau menghilang lagi ketika aku bangun pagi nanti “ katanya mulai memejamkan matanya. Aku hanya mampu menatap wajahnya yang tepat berada di depan mataku. Dia terlihat lebih tampan dalam radius sedekat ini, batinku.
“ Jangan pernah lakukan itu lagi Yoong, jangan pernah lagi meninggalkanku sendiri” ucapnya masih memejamkan mata, aku pikir dia sudah mulai tertidur tadi.
“ I can’t..... I can’t live without you”
Tanpa sadar aku tersenyum mendengar perkataannya. Apakah dia benar-benar tak hanya membutuhkanku untuk menyiapkannya makanan untukknya saja ?? benarkah dia tak bisa hidup tanpa aku disampingnya ??? Oh God, I feel so happy tonight just to heard that.
“ I love you Yoona..... saranghae My Love” katanya dengan lembut dan mengeratkan pelukannya padaku.
Seketika itu pula air mataku meleleh. Aku terharu, benarkah apa yang aku dengar barusan ?? benarkah suamiku baru saja mengatakan bahwa  dia mencintaiku ???
Oh God .... Thank you... I just Feel so right, Now. Everyting to good to be true, I think.
Tanpa sadar aku telah bergeser, menyandarkan kepalaku di dadanya dan membalas pelukannya.
“ Nado saranghae, Jonghyun” balasku dengan lembut.
Kami tertidur saling berpelukan satu sama lain malam ini.
This night is a greatest night I ever felt in my life. Thank you My love.

Jonghyun POV

Aku begitu bahagia ketika Yoona berkata bahwa dia juga mencintaiku, dan membalas pelukanku. Yang aku pikirkan saat itu hanyalah.....

Malaikatku telah kembali memelukku.

Aku berjanji pada diriku sendiri dan kepada Tuhan, aku tak akan pernah membiarkan diriku melukainya lagi. Pernah kehilanganya sekali saja mampu membuatku kehilangan arah, aku tak akan membiarkan itu terjadi untuk kedua kalinya.
Aku akan benar-benar melakukan janjiku saat dihari penikahan kami dulu. Aku akan membuatnya bahagia dan menjaganya mulai sekarang.

I CAN’T.... I CAN’T LIVE WITHOUT YOU
 Aku benar-benar tak bisa hidup bila tanpa dia.
Saat berada di sampingnya seperti ini merupakan hal yang paling baik yang pernah terjadi dalam hidupku.
I Feel so Right when I’m with you, My Love..........

~~~~~~~~~~~~~~~END~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar