[ Sequel One
day memory]
I Can’t
Author : BlossomJjong a.k.a Seffya
Title : I can’t
Main Cast : Im Yoona & Lee
Jonghyun
Desclaimer : The cast are belong to God and Themselves.
The story originally by me that imagination come from God.
Genre : Romance, family
Author Note : Ada yang
bilang endingnya One day memory gantung kayak jemuran. Jadilah FF lanjutan ini
dibuat sebagai penyelamat plus untuk yang ngebet happy endingnya 2 cerita ini…
hehehe…. Enjoy….
2 bulan kemudian....
Yoona POV
Hubunganku dengan Jonghyun berjalan cukup baik
setelah acara makan malam keluarga malam itu. Kami bahkan sempat beberapa kali
janjian bertemu saat break makan siang.
Dan pada suatu ketika saat makan siang bersama,
kami kembali pada topik utama dari semua kejadian yang membuat hidup kami
menjadi bertaut satu sama lain saat ini.
Flashback
Saat kami
sedang menikmati menu spagetti makan siang kami kali ini, tiba-tiba saja jonghyun membawa
topik itu kembali....
“
Yoona-ya... apakah orangtua mu pernah menanyakan sesuatu tentang kita ??”
tanyanya menghentikan makan dan memandang kearahku yang duduk tepat
dihadapannya.
“ hmmm...
aniyaa... waeyoo ??” jawabku masih menekuri makananku.
“ Appa
seminggu kemarin...tiba-tiba saja dia kembali menanyakan bagaimana perkembangan
hubunganku denganmu “ katanya kemudian kembali menggulung-gulung mie dengan
garpunya.
“....”
kini giliran aku yang menatapnya.
Aku cukup
terkejut karena topik ini tiba-tiba saja diungkit kembali ketika aku mulai
berdamai dengan hidupku sebulan ini. Aku sudah hampir melupakan tentang
perjodohan ini. Aku bahkan menganggap Jonghyun bukan sebagai calon suamiku
lagi, lebih pada hubungan antar teman biasa.
“ Dia
menanyakan, apakah kita sudah siap dan kapan kita akan menentukan tanggal
pernikahan . mereka bilang sudah tak sabar untuk melihat kita menikah
secepatnya”
Hffttt....
Aku menghela nafas dalam. Secepatnya.... mereka menginginkan pernikahan ini dilaksanakan
secepatnya... uhh... ottokae ??? bahkan aku belum memikirkannya sama sekali.
“
Haruskah kita melakukannya ??” tanyaku kemudian.
“
Bagaimana menurutmu?? aku juga tak bisa
memutuskannya sendiri”
Kami
berdua telah meletakkan garpu masing-masing seolah nafsu makan kami telah sirna
seketika seiring perbincangan ini yang semakin intens.
“ naen
Molla...hfftt... semua ini sungguh sangat mendadak “ aku kembali menghembuskan
nafas dalam.
“
Sepertinya kita tak bisa menghindar lagi “ jawabnya
“
begitukah ???”
“ apakah
kau pernah berfikir sebelum ini bagaimana jika kau benar-benar akan menikah
denganku???” tiba-tiba saja dia menanyakan hal itu sambil terus menatapku.
“uh-oh...
tentu saja aku pernah memikirkannya” jawabku sedikit kaget dengan pertanyaanya
yang tiba-tiba itu.
“ tapi
selama sebulan ini bersamamu aku tak pernah lagi memikirkannya, aku lebih mengangap
kau sebagai teman sekarang” kataku
menambahkan
“ aku
rasa kita memiliki pemikiran yang sama..... aku lebih nyaman dengan hubungan
pertemanan kita sekarang ini”
“ tapi
sepertinya kita tak bisa mengelak lagi, kita harus memutuskannya sekarang atau
mereka yang akan memaksa kita dengan keputusan yang mereka buat sendiri untuk
kita” sepertinya dia sudah mengambil
kesimpulan dari hal-hal yang akan terjadi seterusnya dari topik perjodohan ini.
Aku menganguk tanda setuju.
“ ohh,,...
bukankah kita pernah membahas tentang
ini sebelumnya, tentang alasan mengapa kita menerima perjodohan ini sebelumnya.
Bagaimana menurutmu jika kita melakukan pernikahan ini dengan pemikiran yang
sama ??”
Aku
menatapnya dengan alis tertaut, mengambarkan kebingungan dalam pikiranku.
Tapi
sedetik kemudian aku tersadar. Ahh.... tentang membahagiakan orang tua dan tak
ingin membuat mereka kecewa.
“ Ahh...
itu... jika itu memang cara terbaik untuk hal ini, aku akan mengusahakannya”
jawabku kemudian.
“
benarkah ??.... keurae... kita sepakat untuk melakukannya dengan cara ini”
simpulnya sambil mengulurkan tangannya meminta kesepakatan padaku.
Aku
mengulurkan tanganku menjabat tangannya tanda setuju.
Yang ada
dalam pikiranku saat itu hanyalah ini adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan
saat ini. Menunggu apakah semua ini semua bisa menjadi lebih baik atau akan
tetap sama. Menikah dengannya mungkin tak begitu buruk untuk dilakukan.
“ baiklah kalau begitu, aku yang
akan mengatakan pada mereka, aku akan meneleponmu nanti saat semua sudah beres”
katanya memecah lamunanku.
“ baiklah...” ucapku singkat.
“ Kurasa jam makan siang sudah
selesai sekarang, kita harus kembali , aku akan mengantarmu sampai kantormu “ katanya sambil beranjak dari
kursinya. Aku ikut berdiri dari kursiku.
“ yahh! Lee Jonghyun-ssi....
apakah kau lupa, aku membawa mobilku sendiri saat datang kesini tadi ???” aku
bertanya padanya tak percaya. Kenapa dia begitu pelupa, ohh ....Jinjaa!!
“ ohh... benarkah... kaeure...
kita bisa turun bersama kalau begitu” jawabnya sambil nyengir sambil menggaruk
tengkuknya yang aku yakin tak gatal.
Aku tersenyum melihatnya.
Lima menit kemudian kami telah
sampai di basement tempat parkir dari gedung ini.
“ kalau begitu aku pergi dulu
Yoong” dia memelukku sekilas kemudian mengacak rambutku.
“Aishh....” aku mendengus kesal
yang hanya ditanggapi senyuman olehnya sambil berlalu.
Dia selalu melakukan itu setiap
kali kita akan berpisah. Dan aku.... aku... hatiku... tanpa sadar selalu
bergetar ketika melihatnya tersenyum manis saat melihatku terlihat kesal.
Perasaan macam apa itu.
Flashback end
Sebulan
setelah kami memutuskan untuk melakukan pernikahan ini, keluarga kami terlihat
begitu bahagia ketika kami berkata ‘kami akan melakukannya’. Tak ada yang bisa
menggambarkan kebahagiaanku ketika melihat mereka semua, keluargaku dan
keluarga Jonghyun tersenyum lega dan bahagia. Aku hanya mampu tersenyum simpul
saat aku bertemu pandang dengan Jonghyun saat makan malam dihari dimana kami
menyampaikan tentang hal ini secara resmi, dan keluarga kami memutuskan untuk
mengadakan pernikahan ini 3 bulan lagi.
Kami
menyerahkan semuannya untuk diurus oleh orangtua kami, terutama eomma ku dan
jonghyun serta Yuri Eonnie. Aku hanya bagian membuat rancangan gaunku sendiri.
3
bulan kemudian
Hari
pernikahan
Jonghyun
POV
Aku
nervous sekali pagi ini, tak ku sangka waktu 3 bulan berjalan begitu cepat.
Hari ini adalah hari pernikahanku dan Yoona. Meski kami sepakat bahwa
pernikahan ini akan menjadi pernikahan sepasang sahabat, tetap saja aku tak
bisa berhenti merasa gugup dan khawatir.
“
Jongie-ah... kau terlihat gugup sekali, kau terus saja mondar-mandir dari tadi”
Tiba-tiba
Hoonie hyung masuk kedalam kamarku.
“
hmm...Hyung...aku gugup sekali” jawabku masih mondar-mandir.
“Yah!!
Berhentilah mondar-mandir dan turun sekarang, kita harus berangkat ke gereja
segera”
Hoonie
hyung menarik tanganku keluar. Aku mengikutinya dengan pasrah. Aku terlalu
gugup untuk melawan.
Beberapa
menit setelah kami sekeluarga berkendara menggunakan mobil, akhirnya sampai
juga di depan gereja tempat pemberkatan pernikahan ku. Kami bersiap-siap sambil
menunggu pengantin wanita datang.
Aku
duduk di sebelah orangtua dan Hyung serta Nunna ku, aku terus saja
menggoyangkan kakiku tanda kegugupan ini masih melandaku.
“Yah!
Jongie...Apakah kau begitu gugup, Berhentilah menggoyangkan kakimu, kau
membuatku pusing ??” Appa mulai protes dengan tingkahku walaupun sebenarnya dia
hanya ingin mengejekku. Aku tahu benar.
“
Aishh Appa.... Mollaa....” jawabku kesal sambil tetap meneruskan aksiku sambil
mengedarkan pandanganku kearah sekeliling yang mulai dipadati oleh para tamu.
“Biarkan
saja dia Yobeo.... dia pasti tak sabar menunggu pengantin wanitanya” kata Eomma
mengusap lengan Appa.
“
Jongie-ah...aku sudah melihat gaun rancangan Yoona. Simple dan elegant. Aku tak
sabar melihat bagaimana cantik dan anggunnya dia ketika nanti mengenakan gaun
itu. Uoahh... calon adik iparku itu pasti akan telihat sangat menawan. Dan aku
berani bertaruh pengantin pria kita ini pasti akan sangat terpesona olehnya”
Yuri Nunna mulai ikut-ikutan mengejekku. Dia benar-benar membuatku semakin
gugup. Ottokae ???
“
Yurii-ah keumanhae.... kau membuatnya semakin gugup sekarang. Jangan sampai
kalian membuat pengantin pria ini pingsan di saat acara pemberkatan pernikahannya,
ini akan sangat memalukan” kata eomma kemudian.
Mereka
kemudian tertawa bersama menertawakan kegugupanku. Mereka benar-benar...Jinjaa!!
tak ada seorangpun yang membelaku. Aku memanyunkan bibirku kesal.
Saat
tawa keluargaku baru saja reda. Salah seorang petugas yang mengurusi jalannya
pernikahan ini memintaku berdiri di altar karena pengantin wanita sudah datang
dan bersiap untuk masuk.
Aku
memantapkan hatiku dan berjalan ke altar dengan gagah. Aku bersiap menyambut
pengantinku. Uh-oh.... pengantinku... aku baru saja menyebut sahabat yang akan
aku nikahi itu sebagai pengatinku... ada apa denganmu Jong!!
Pintu
dibuka dengan perlahan . Sedetik kemudian waktu berhenti berputar di duniaku,
udara menghilang dari sekitarku, saat aku melihat seorang wanita dengan salah
satu lengan ditautkan pada seorang pria paruh baya seumuran Appaku berjalan
dengan anggun dan berkharisma dengan balutan gaun putih sederhana namun begitu
mempesona. Ekor bajunya menyapu lantai dibelakangnya tak kalah indahnya.
Aku
baru tersadar ketika pria tadi telah berada di hadapanku memelukku sekilas dan
membisikan kata-kata untukku.
“Aku
menyerahkan putriku seutuhnya padamu, jaga dia untuk kami, putraku”
Aku
melihat matanya berkaca-kaca. Dan aku langsung menjawabnya dengan mantap.
“Pasti
aboji, aku pasti akan menjaganya dengan baik”
Dia
tersenyum lega dan mengangsurkan tangan wanita itu padaku. Aku menerimanya dan
tersenyum lembut. Apakah benar wanita ini adalah pengantinku.... sahabat yang
akan aku nikahi. Dia begitu anggun terlebih dalam jarak sedekat ini. Wajahnya
terpancar cantik dengan sapuan make-up tipis. Simple , benar-benar cocok
untuknya.
Tiba-tiba
saja aku mengucap janji pada Tuhan disaat aku masih menatap matanya.
“Tuhan
aku berjanji untuk menjaganya, aku berjanji tak akan membiarkan senyum menghilang
dari bibirnya dan air mata jatuh dari mata indahnya. Aku berjanji!!”
Janji
ini, janji yang hanya antara hatiku dan Tuhan saja yang tahu.
Pemberkatan
berjalan lancar, kami mengucapkan ikrar pernikahan dengan mantap.
Kemudian
saat kami berdua kembali menghadap kearah tamu. Mereka semua bersorak penuh
semangat.
“kiss...kiss...kiss...”
Kami
berdua hanya dapat tersipu malu. Saat aku menghadap lagi padanya dan menatap
wajahnya, aku melihat pipinya bersemu merah...Ohh...Kyeopta!!...
“
Can I ??” tanya ku padanya kemudian.
Dia
hanya tersenyum simpul. Ku anggap itu sebagai jawaban iya darinya.
Aku
mendekatkan wajahku padanya secara berlahan tapi mata kami terus menatap satu
sama lain tak teralih sedikitpun. Sorakan yang menjadi backsound semakin
bergemuruh ketika bibir kami berdua saling menyatu, seketika kami berdua
memejamkan mata perlahan, berbagi momen ini berdua. Ciuman ini manis dan
panjang. Aku berharap ini tak akan berakhir. Baru saja aku mulai berharap,
sebuah suara mengacaukan semuannya.
“Yah!!
Jongie... apa kau berencana membuat pengantinmu kehabisan nafas, kenapa kau tak
melepaskan ciumannya, kau tak melihat wajahnya sudah membiru sekarang” benar
saja Appa adalah pengacau itu.
Semua
orang tertawa mendengar seruan Appa tadi.
Aku
langsung berpaling menutupi wajahku yang memerah. Argghhh....aku mengeram
kesal. Benar-benar memalukan sekali.
Setelah
beberapa saat aku kembali menatap wajah Yoona yang juga memerah. Dia semakin
cantik saja. Aku tersenyum dan dia pun ikut tersenyum bersamaku. I just feel so
right, now!!!
Yoona
POV
Kenapa
ciuman sepasang sahabat dapat membuat jantungku tak henti-hentinya berdetak
hebat seperti ini, bahkan semakin parah dari saat sebelum pemberkatan tadi.
Ciuman ini manis dan panjang, aku berharap ini tak akan berakhir.
Ohh...Ottokae??? kenapa aku terus
saja merasa seperti ini. Senyumnnya, wajahnya, ciumannya semakin membuatku
merasa gugup saat aku berada dekat dengannya. Entah apa yang akan terjadi
padaku setelah ini ketika aku akan tinggal serumah bersamanya sebagai sepasang
suami istri. Jantungku... siapa yang akan menjaga jantungku... aku bahkan tak
sanggup menahannya setiap kali terjadi serangan mendadak seperti beberapa saat
yang lalu. Bagaimana nanti seterusnya ... Oh Please, Help me.
Yoona
POV
Kehidupan
pernikahan kami berjalan dengan cukup baik. Kami tinggal di sebuah rumah yang
sangat cantik yang di design khusus oleh Jonghyun sendiri. Setengah dari
dinding rumah ini terbuat dari kaca yang membuatnya terlihat nampak lebih megah
dan indah. Alasan lain adalah karena aku ingin melihat hujan dan salju turun
tanpa harus merasakan dinginnya hawa diluar. Akan lebih indah dan nyaman jika
aku dapat melihatnya dari dalam rumahku sendiri.
Aku
kira semua ini hanya akan terus menjadi mimpiku yang tak akan pernah terwujud.
Tapi suatu hari jonghyun tiba-tiba saja
menanyakan konsep rumah yang ku inginkan, kami bercerita panjang lebar tentang
hal ini, tentang impianku, tentang impiannya.
Tak
kusangka dia mewujudkan semuanya dengan sangat indah. Rumah ini dibangun bahkan
sebelum hari pernikahan kami. Kami tinggal di kediaman Orangtua Jonghyun selama
satu bulan seraya menunggu pembangunnya selesai dikerjakan.
Pertama
kali ketika jonghyun mengajakku melihat rumah ini aku hanya mampu berdiri di
gerbang depan. Aku menatap lurus bangunan ini, mengamatinya dari sisi kiri
hingga ke kanan, atas bawah secara berulang-ulang. Bangunan ini bercat putih
bersih dengan sebuah taman kecil yang indah dibagian depan. Rumah ini
benar-benar indah lebih dari yang pernah aku impikan.
“ Apakah kau menyukainya ??”
tanya jonghyun memecah lamunanku. Dia masih berdiri disisi ku tak beranjak,
menungguku selesai mengagumi hasil karyanya.
“ uohh... ige mwoyaa ???” tanyaku
tak percaya.
“ Apakah ini benar akan menjadi rumah
kita ??” tanyaku melanjutkan kekagumanku.
“ tentu saja, kalau bukan, aku
tak akan mungkin mengajakmu kemari hanya untuk melihat-lihat rumah milik orang
lain ” jawabnya santai
“Uahh.... Daebakk!!” kataku
bersorak gembira. Tak kusangka mimpiku benar-benar menjadi kenyataan.
“ Berhentilah memandanginya
seperti itu, suamimu ada disebelahmu sekarang, dia jauh lebih indah jika kau
tahu”
“ Aiggooo....” aku meliriknya
dengan wajah sinis. Dia benar-benar percaya diri sekali.
Dia hanya memperlihatkan senyum
smirk nya tanpa menoleh padaku. Sedetik kemudian dia telah menarik tanganku
menuju arah bangunan rumah itu.
Kami
menelusuri tiap sudut bangunan rumah ini , dan yang terlintas dalam fikiranku
hanyalah kekaguman-kekaguman yang tak berujung. Semua benar-benar di design
dengan luar biasa.
Sesampainya
di area belakang dari rumah ini, disana terdapat sebuah halaman yang cukup
luas. Kolam renang serta meja dan kursi santai terletak di bagian sisi kiri
taman, sementara di bagian kanan terdapat sebuah pohon sakura (cherry Blossom)
yang dibawahnya terdapat kursi ayun kecil yang cantik.
Seingatku
ini adalah salah satu dari konsep yang diinginkan oleh jonghyun. Ternyata dia
tipe orang yang cukup melankolis juga menurutku,dan aku menyukainya. hehe.
Semua benar-benar indah dipandang
dari berbagai sudut.
Hari
hari dijalani keduannya dengan rutinitas kerja yang lumayan sibuk. Mereka hanya
beberapa kali menyempatkan makan siang berdua, bahkan makan malam pun jarang
mereka lakukan bersama karena jonghyun yang begitu sibuk dengan berbagai proyek-proyeknya.
Yoona yang lebih sering berada di rumah sendirian karena pekerjaanya yang cukup
fleksibel dan tidak sepadat suaminya.
Tapi
siang ini sepertinya meraka sudah mempunyai rencana untuk makan siang bersama.
Mereka memilih sebuah restaurant favorit mereka kali ini.
Yoona
POV
Kami
berdua memesan steak untuk menu makan siang ini. Aku sudah cukup lama tak
menikmati hidangan steak dari restaurant ini yang sangat lezat.
Dalam
waktu yang tak berapa lama aku telah menghabiskan hidangan makan siangku. Aku
makan dengan lahap sekali. Ini benar-benar enak. Kulihat Jonghyun juga telah
meletakkan garpu dan pisaunya mengakhiri sesi makan siangnya.
Aku
mengedarkan pandanganku dan kemudian tiba-tiba aku menemukan sebuah konter yang
terletak diujung ruangan, konter dessert. Saat aku melihat cupcake yang
terpajang disana, tiba-tiba saja aku
teringat one day memory ku
bersama jonghyun, saat pertama kali kita bertemu. Senyum mengembang di bibirku,
kemudian aku mengalihkan pandanganku padanya yang sedang menyesap ice coffee
americano nya dengan santai.
“
Jongie, balas aku sekarang ??” kataku dengan senyuman.
“
Museun sueriya ??” tanyanya sambil menatapku bingung.
“
hmm...kau lihat disana ada counter dessert, belikan aku cupcake itu “ jawabku
menunjuk konter dessert di diujung sana. Pandangannya mengikuti arah
telunjukku.
“
apakah kau belum kenyang hanya dengan memakan steak saja hingga menginginkan
cupcake juga ??” tanyanya beralih menatapku kembali.
“
Hmm... aku ingin makan cupcake, kau harus membelikanku karena aku sudah
membelikanmu cupcake juga waktu itu “ jawabku masih dengan senyum sumringah.
Dia
masih menatapku dengan pandangan yang tak bisa ditebak, dia sedang mengingat-ingat
sesuatu sepertinya.
“
apa maksudmu dengan membalas, kau tahu selama ini aku yang selalu membayar
semua makanan kita, terlepas aku akan membelikanmu cupcake itu atau tidak, aku
yang tetap akan membayar semua makanan yang telah kau habiskan ini, apa tak
cukup untuk membalas yang waktu itu ???” dia menjawab dengan kesal. Dia
sepertinya tak menyukai istilah balas-membalas itu.
Dia
itu benar-benar.... Aku mulai kesal juga sekarang. Aku hanya meminta cupcake
tapi dia malah menceramahiku panjang lebar.
“
tentu saja kau yang harus membayar, kau seorang suami kau ingat, seorang suami
harus membayar makanan istrinya” jawabku dengan nada kesal.
“
kenapa selalu saja suami yang harus membayar...” gerutunya memalingkan
pandangannya dariku, dan kembali menyesap minumannya.
“
lalu... apa kau ingin menjadi istri, agar kau tak perlu membayar makanannya ???”
tanyaku sambil memiringkan kepalaku mengamati wajahnya. Kami kembali berargumen
sekarang. Childish argument.
“
Ohh tidak..... harga diriku sebagai pria tak mengizinkannya “ dia kembali
mengangkat kepalanya. Dia benar-benar tak mau kalah jika sedang menyangkut
harga dirinya sebagai seorang pria.
“
ciihhh.... orang ini benar-benar.....” kini giliran aku yang memalingkan wajah.
“
rasa cupcake apa yang kau inginkan ??” tanyanya tiba-tiba dengan suara yang
terdengar santai.
Aku
langsung memalingkan wajahku kembali menghadapnya dengan senyum sumringah. Apa Dia
benar-benar akan membelikan cupcake itu untukku ??? uahhh.
“
Cokelat.... belikan aku yang rasa cokelat “
“
keura..... changkaman gidaryo “ lalu dia beranjak menuju counter dessert itu.
“nee....”
aku membalasnya dengan riang.
Beberapa
saat kemudian dia telah kembali membawa bungkusan karton yang berisi cupcake. 2
buah bungkus karton. Ternyata dia menginginkan cupcake juga, lalu kenapa
sebelumnya dia harus bersikap seperti tadi. Mengajakku berdebat segala.
Benar-benar menyebalkan.
Kami
melahap cupcake ini sambil mengobrol ringan dan sesekali berargumen, childish
argument I think. Again...
Dan
tiba-tiba.....
“Uohh
Oppa ??? “ seorang gadis cantik datang menghampiri meja kami dan menyapa
jonghyun.
Kami
memalingkan pandangan pada gadis itu. Wajah jonghyun terlihat sangat kaget
ketika melihat gadis itu. Dia bahkan tak mampu membalas kata-kata gadis itu.
“
Oppa... Oromaniya...sudah lama sekali kita tak berjumpa, apa oppa sedang makan
siang disini juga bersama rekan kerja oppa ??” gadis itu bertanya masih dengan
senyum yang sumrigah.
Jonghyun
sepertinya benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Ada apa dengannya ?? aku tak
pernah melihat dia seperti ini sebelumnya.
“
Jongie.....” panggilku sambil menyenggol lengannya.
“N..Nee....”
dia memalingkan pandangannya mendengar panggilanku.
“
Nona ini berbicara padamu, apa kau mendengarnya ??” aku bertanya dengan nada
cemas, wajah Jonghyun mulai memucat sekarang, apa dia sakit.
“
Ohh...n..ne...” jawabnya terbata
“
Nee... aku sedang makan siang disini” jawabnya pada gadis itu.
“
Uahh kebetulan sekali, apakah aku bisa bergabung dengan kalian, aku datang
kesini sendiri tadi, akan lebih baik jika aku bergabung dengan kalian, apa
tidak apa-apa ??” tanyanya bersemangat.
“
Mwoo ??” jonghyun terlihat kaget sekali dengan permintaan gadis itu, ada apa
dengannya sebenarnya ??
“
Ohh... tentu saja nonna, kau bisa bergabung dengan kami” jawabku ramah.
Sedetik
kemudian dia telah mendudukan diri di kursi sebelah kiriku.
Dan
disaat yang bersamaan ponselku berdering, kontak asistenku muncul dilayar
ponselku, aku langsung mengangkatnya.
Beberapa
saat kemudian aku mengakhiri panggilanku, keadaan masih sunyi tanpa ada yang
bersuara.
“
Jongie... sepertinya aku harus pergi sekarang” kataku pada jonghyun.
Dia
menatapku bingung.
“
asistenku menelepon, aku harus menemui klienku sekarang juga” lanjutku.
“
dengan apa kau akan kembali ke kantor, bukankah kau datang kemari bersamaku
tadi ??” tanyanya padaku
“
gwaencana.... aku akan menggunakan
taxi saja, lagi pula aku harus menemui
klienku dulu sebelum kembali ke kantor.”
“
aku akan mengantarmu “ katanya mulai beranjak dari kursinya.
“
Bwoaneun goya ??? temanmu ada disini sekarang, apa kalian tak ingin mengobrol
berdua. Aku akan baik-baik saja, jangan mengkhawatirkan ku”
Aku
beranjak dari kursiku dan mulai merapikan barang-barangku.
Aku
kemudian berpamitan dengan mereka berdua.
“tenang
saja, aku akan meneleponmu nanti ketika aku sampai dikantor, khanda “ kataku
lagi ketika aku masih melihat matanya mengikuti gerak-gerikku tanpa henti.
Lalu
aku langsung beranjak pergi menuju pintu keluar. Aku sempat menengok kearah
mereka sekilas, dan masih dalam keadaan yang sama ketika aku meninggalkan meja
itu tadi, tak ada satupun yang terlihat memulai perbincangan diantara mereka.
Mereka sepertinya saling
mengenal, lalu kenapa jonghyun sepertinya sangat terkejut ketika pertama kali bertemu
dengan gadis tadi. Dia bahkan tak mampu
berkata apapun. Dia tak pernah bersikap seperti itu pada siapapun sebelumnya ,
dia adalah termasuk orang yang cukup memiliki self-confidence tinggi ketika
berhadapan dengan orang lain. Apakah mereka pernah bertengkar sebelumnya,
atau.....,.....
Jonghyun
POV
Sejak
kepergian Yoona dari meja ini tadi tak ada satupun dari kami yang berani
membuka suara.
Aku
masih dalam keadaan yang shock berat setelah untuk pertama kalinya aku melihat
dia, gadis itu. Gadis yang selama kurang lebih 7 tahun ini meninggalkanku tanpa
alasan bahkan aku juga tak pernah tahu bagaimana keadaanya selama ini.
Aku
yang mulai bisa melupakan seseorang yang selama kurang lebih 7 tahun ini selalu
menghuni pikiranku, gadis yang aku cintai dan sekaligus yang melukaiku. Dia
pergi tanpa sebab tepat seminggu setelah kelulusan kami dari bangku SMA. Impian
ku musnah untuk bersama-sama melanjutkan kuliah di tempat yang sama dengannya.
Maka dari itu aku memutuskan untuk menerima permintaan Appa untuk melanjutkan
kuliahku di USA.
“
Oppa.... bagaimana kabar Oppa?? “ tanyanya memulai percakapan dengan hati-hati.
“.....”
aku tak menjawab, masih mengaduk-aduk ice coffee americano ku dengan gusar.
“
Aku telah kembali oppa, aku senang bertemu denganmu lagi “ lanjutnya setelah
tak mendengar jawaban dariku.
“
kenapa kau kembali So jin “ hanya kata itu yang mampu aku ucapkan.
Kenapa.....kenapa
dia harus kembali lagi. Aku benar-benar ingin melupakannya. Melihatnya kini
membuat luka lamaku seakan terkuak kembali.
“
aku kembali untukmu oppa, maafkan aku, karena....“ jawabnya lirih tak mampu
meneruskan kalimatnya.
Kini
aku mulai berani menatapnya.
“
kenapa kau kembali, bukankah dari awal kau yang meninggalkanku, jika kau
benar-benar ingin mengakhiri semuannya, seharusnya kau tak perlu kembali,
simpan maafmu, aku tak membutuhkannya “ kataku dengan hati yang mulai terbakar
amarah, amarah atas luka yang diberikannya selama bertahun-tahun ini padaku.
Aku
langsung beranjak pergi dengan marah tanpa menoleh lagi padanya yang terlihat
menundukkan kepala. Air mata meleleh dipipi gadis itu.
Aku belum bisa menerima kehadirannya
meskipun ku akui kalau masih ada tempat untuknya dihatiku. Tentu saja karena
aku pernah begitu mencintainya dulu.
19.00
in Our House – dining table
Yoona
POV
Malam
ini kami telah berada di meja makan di rumah kami. Aku sudah membuat bulgogi sebagai
menu makan malam kami setelah aku pulang dari kantor tadi.
Jonghyun
yang baru pulang saat aku sedang menyiapkan makanan langsung menuju kamarnya.
Benar sekali.... meskipun kami adalah suami istri dan tinggal dalam satu rumah
kami tidur di tempat tidur yang berbeda. Ingat bukan bahwa ini adalah
pernikahan persahabatan, kami masih belum bisa, atau belum pernah mencoba untuk
bisa menerima status kami yang sebagai suami istri yang sebenarnya.
Dia
telah berganti pakaian santai, sepertinya juga baru selesai mandi dilihat dari
rambutnya yang masih basah. Dia langsung mendudukan dirinya di meja makan
dikursi yang berhadapan denganku.
“
makanlah yang banyak, kau pasti lelah dan kelaparan...” kataku sambil
mengangsurkan lauk kedalam mangkuk nasinya.
“hmmm”
dia hanya bergumam.
Kami
menikmati makanan kami dalam diam. Tak tahu apakah sedang menikmati lezatnya
makanan ini, tentu saja karena aku lumayan baik dalam hal masak-memasak, atau
sedang menikmati pikiran masing-masing.
Sepertinya
malam ini aku melihat raut wajahnya sedikit muram. Apakah dia sedang banyak
pikiran, atau dia sedang sakit karena terlalu lelah bekerja ?
Tak
ingin terlalu lama mengira-ngira maka aku menanyakan hal ini padanya.
“
Jongie .... ada apa denganmu ?? apa kau sakit, kau terlihat muram ??
Dia
menatapku sekilas tapi langsung kembali menekuri makanannya.
“
aniyaa...” jawabnya singkat sambil menggelengkan kepalanya.
Mendengarnya
jawabannya yang enggan sepertinya dia sedang tidak ingin membahas apapun
sekarang. Beberapa kali aku sempat melihat dia hanya mengaduk-aduk makanannya
tak bersemangat. Ada apa sebenarnya ??
Selepas
makan malam kami pergi menonton tv diruang tengah. Masih dalam diam yang sama
seperti di ruang makan tadi hingga tiba-tiba aku ingat tentang pertemuan
jonghyun dengan temannya tadi siang.
“
bagaimana pertemuan dengan teman mu tadi siang, sepertinya kalian telah lama
sekali tak pernah bertemu, kau sampai terlihat terkejut sekali ketika pertama
kali melihatnya ??” tanyaku memalingkan pandanganku padanya dengan senyum
mengembang dibibirku. Aku hanya berpikir tentu akan sangat menyenangkan bila
bisa bertemu dengan teman lama.
“
...........” dia masih tak menjawab dan pandangnnya masih kosong menatap kearah
tv yang sedang menanyangkan sebuah variaty show itu.
“
bukankah harusnya kau senang bertemu dengan teman lamamu, tapi kenapa wajahmu
muram begitu, ada apa dengan kalian sebenarnya, dia terlihat sangat akrab
sekali denganmu sepertinya..??”
kataku melanjutkan. Kuletakkan telunjukku di daguku seperti sedang berpikir
sambil kembali mengalihkan pandanganku kearah tv.
“
itu bukan urusanmu” ucapnya dingin.
Aku
langsung memalingkan wajahku kembali kepadanya dengan wajah kaget.
Ada apa dengannya ?? aku kan hanya bertany. jika memang dia tak mau
bercerita padaku bukankah dia bisa mengatakannya dengan baik-baik, kenapa harus ketus
begitu. Baiklah kalau itu maumu, urusi masalahmu sendiri mulai sekarang, aku
tak akan bertanya padamu lagi, aku berjanji.
“
oh.. keure....” kataku kemudian tak kalah ketusnya.
Aku
beranjak dari sofa tempat ku duduk tadi ingin melangkah pergi, aku ingin pergi
saja kekamarku, membuat beberapa sketsa atau hanya mendengarkan musik sambil
tiduran, terlalu lama disini mungkin akan menyulut kekesalan ku menjadi semakin
membara.
Tapi
belum sempat aku melangkahkan kakiku, jonghyun meraih pergelangan tanganku dan
menariknya, mendudukkanku kembali di sofa, setelah aku terduduk kembali, dia
langsung merebahkan kepalanya di pangkuanku. Aku terkejut dan berteriak
padanya.
“
Yah!! Bwoaneun Goya ???”
Dia
tak beranjak dan malah menutup matanya.
“
tetaplah seperti ini sebantar saja “ jawabnya lirih
Melihatnya
seperti benar-benar tak ingin beranjak maka aku membiarkannya. Aku masih
memandangi wajahnya yang terpejam. Nafasnya teratur seperti sedang tertidur.
Dia mungkin terlalu lelah bekerja.
“
dia adalah orang yang pernah ku cintai “ katanya tiba-tiba masih dengan mata
terpejam. Aku pikir dia tertidur tadi.
Gadis
itu ternyata adalah orang yang dicintai jonghyun. Tepat seperti dugaanku, mereka pasti memiliki
sebuah hubungan spesial sebelumnya. Ohh... kenapa mendengarnya membuatku merasa
sesuatu telah menusuk jantungku beberapa saat lalu.
“
benarkah ?? bukankah kau seharusnya senang bisa bertemu lagi dengannya, tapi
kenapa kau malah terlihat muram.” Tanyaku penasaran.
Apa katamu tadi Yoona....
Benarkah ??. tentu saja benar. Jonghyun sendiri yang mengatakannya tadi, apa
kau mau berlagak lupa,
Yoong ???.
“
apakah kau akan merasa senang bila kau bertemu lagi dengan orang yang pernah
menyakitimu “
Aku
tahu dia tak sedang mengajukan pertanyaan yang harus kujawab, ini lebih seperti
memberikan sebuah perumpamaan tentang bagaimana keadaannya saat ini.
“ohh
??” aku terkejut tentang kenyataan yang baru saja terungkap ini.
Setahuku
aku pernah mendenagar bahwa jonghyun pernah mejadi seorang Playboy dulu, tapi
aku tak pernah dengar dia juga pernah mengalami hal yang seperti ini juga.
Eommoni maupun JongHoon Oppa juga tak pernah bercerita apa-apa soal yang satu
ini.
Benar,
mereka senang sekali menceritakan tentang bagaimana kehidupan jonghyun dulu kepadaku,
mulai dari saat dia kecil hingga sekarang, terlebih pada bagian-bagian yang
kata jonghyun sangat memalukan untuk diceritakan. Mereka sebenarnya hanya ingin
menggoda jonghyun, aku tahu itu. Tapi hal ini, hal yang satu ini aku tak pernah
mendengarnya.
Setelahnya
dia hanya diam dan masih memejamkan matanya. Aku tak tahu dia sedang berpikir
atau sedang tidur sekarang, yang kulihat wajahnya tetap saja muram. Sedetik
kemudian tanganku mulai terangkat, aku ingin membelai rambut dan wajahnya,
menenangkan hatinya. Tapi kemudian aku mengurungkannya, menarik kembali
tanganku yang masih terhenti di udara. Aku membiarkan kepalanya tetap
dipangkuanku. Aku tahu dia sedang gundah sekarang.
Jonghyun
POV
Sunday,
08.00 pagi di kamar jonghyun
Aku
membuka mata karena sorot sinar matahari yang menembus melewati tirai di
jendela kamarku, menimpa tepat di wajahku. Aku mengusap mataku lalu mengedarkan
pandangan kesekitar, kemudian beranjak keluar dan langsung menuju dapur.
Di
perjalanan menuju dapur aku berteriak memanggil Yoona, tapi tak ada jawaban
apapun darinya. Aku membuka pintu kamarnya, siapa tahu dia masih tertidur, tapi
tak ada siapapun disana.
Kemana dia pergi.
Pikirku
Aku
sampai di dapur dan langsung menuju kulkas untuk mencari air putih untuk
mengisi tenggorokanku yang kering. Di pintu kulkas aku menemukan sebuah note
kecil. Disana tertulis...
Jongie... aku akan pergi jogging di taman,
jika kau bangun nanti kau bisa sarapan
dengan
omelet yang sudah aku siapkan
di
microwave .
Yoona
J
“ kenapa dia tiba-tiba ingin
jogging ditaman, dia tak biasanya olahraga seperti itu, berlagak sekali “
gerutuku
“ Dia kan tahu kalau aku tak akan
bisa makan sendiri, kenapa dia harus meninggalkan note itu”
“ kapan dia akan kembali ??” aku
masih menggerutu sambil menggoyang-goyangkan gelas ditanganku.
Aku meletakkan gelas itu di meja
dan pergi untuk mengambil ponselku.
Tuuuttttttt
I
got a Boy matchin, I got a Boy Chakan....
“ Yah!!! Dia bahkan tak membawa
handphonenya “ gerutuku kesal saat aku mencoba meneleponnya tapi ternyata dia
malah meninggalkannya dirumah.
Aku yang kesal langsung menyambar
kunci mabilku. Aku menyetirnya menuju taman tempat Yoona berada.
Ku edarkan pandanganku ke setiap
sudut taman, lumayan ramai juga. Beberapa gadis muda melihatku dan mulai
berbisik-bisik. Aku berpakaian cukup kasual saat itu, aku memakai track pants
dan hoodie yang kutarik lengannya sampai ke siku. Aku tak lagi mempedulikan
keadaan sekitar, aku hanya mencoba mencari keberadaan Yoona saat ini.
Lalu Aku
melihat sosoknya agak disudut taman sedang berbincang dengan seorang pria. Disana dia rupannya, sedang apa dia dengan
lelaki itu,huhh.
Dengan langkah kesal aku
menghampiri Yoona dan langsung memeluknya dari belakang. Aku ingin menunjukkan
pada lelaki itu kalau perempuan yang sedang digodanya itu adalah milikku.
“ Oh....” Yoona terkejut dengan apa yang
kulakukan.
“ Yeobo, kenapa kau
meninggalkanku sendiri dirumah....”
Aku membenamkan wajahku di antara
pundak dan lehernya. Aku merasakan tubuh Yoona masih menegang karena terkejut.
“ apa kau tak ingin membuatkanku
sarapan” kataku melanjutkan.
“ Bukankah.....” kata-katanya
terpotong.
“ Yah!! Bocah ini. Kau datang
kesini dan memeluk istrimu erat sekali begitu hanya untuk memintanya
membuatkanmu sarapan” kata seseorang yang tadi memotong ucapan yoona.
Aku mengalihkan pandanganku
terkejut, aku seperti mengenal suaranya.
“ Hyung apa yang kau lakukan
disini...” tanyaku dengan mata membulat.
“ Yahh!! Aku sudah disini sejak
tadi, apa kau tak melihatku” tanyanya kesal.
“ kau yang tadi bicara dengan
Yoona ?? “ tanyaku dengan bodohnya.
“ tentu saja... kau pikir siapa
lagi ???” jawabnya dengan wajah menggoda. Seperti dia mencium gelagat salah
tebakku.
“ apa kau pikir Yoona sedang
berselingkuh darimu ???” tanyanya melanjutkan masih dengan nada menggoda.
“ anniyaa.... lalu kenapa kau
disini dan berbicara dengan istri orang, apa istrimu tahu soal ini ?? “ tanyaku
ganti menuduhnya.
“ Waee.....apa aku tak boleh
berbicara dengan adik iparku ???” tanyanya balik dengan kesal.
“ Ohh....Jongie... aku pikir aku
tadi salah lihat, ternyata benar kau, apa kau sedang mencari Yoona, Ohh.... kenapa
kau memeluknya erat sekali “ tiba-tiba Yuri Nunna datang dari arah belakangku
dengan terkejut.
“ Ohh... Nunna, kau sedang disini
juga ??” tanyaku kaget.
“ keuromyon.... aku datang
bersama Hoon oppa dan karena Taman ini lumayan dekat dengan rumah kalian maka
aku mengajak Yoona sekalian untuk jogging bersama kami, aku sebenarnya
memintanya mengajakmu juga, tapi kau masih tidur katanya “ jawab yuri nunna
menjelaskan.
“ dia sepertinya cemburu padaku
karena aku mengobrol dengan Yoona tadi, jadi dia datang dan langsung memeluknya
seperti itu “ kata Hoonie hyung
Menjawab pertanyaan istrinya yang
tak ku jawab tadi.
“ Aishh... siapa yang cemburu,
aku tidak cemburu” ucapku mengelak.
“ Lihat wajahnya, merah sekali,
pasti dia sedang malu sekali karena salah menduga istrinya selingkuh....hahahhah”
Hoonie hyung kembali mengejekku.
“ Aigoo Jongie, apa kau begitu
mencintainya sampai tak membiarkan istrimu berbicara dengan orang lain selain
kau “ ucap Yuri nunna ikut mengodaku.
“ Aniya.... aku sudah bilang
tidakk “ elakku
“ tidak apanya, kelihatan sekali
begitu “
“ hahahhahahh” mereka terus saja
menggodaku
Aku kembali membenamkan kepalaku
di antara leher dan pundak Yoona menyembunyikan wajahku yang malu. Yoona ikut
tertawa dan mengacak rambutku dengan lembut.
Mereka tak juga berhenti tertawa,
maka aku langsung menarik tangan Yoona mengajakknya pergi.
“ Yoongie Kaja.... melihat mereka
mebuatku semakin kesal saja “
“ Oh.... Oppa eonnie kami pergi
dulu, annyeong “ ucap Yoona mengucapkan salam perpisahan pada mereka.
“ Yah!! Jongie kau tak sopan
sekali dengan kakak mu, pergi begitu saja” suara Hoonie hyung lirih terdengar.
Aku terus saja berjalan menarik tangan Yoona tanpa mempedulikannya. Aku sudah
malu sekali.
“ Aku benci padamu Hyung.....”
seruku tanpa menoleh sedikitpun
“ hahahhahahhahah “ mereka
malah tertawa semakin keras mendengar jawabanku. Aishhh....mereka senang sekali
menggodaku seperti itu, apa mereka tak punya hiburan lain selain mengganguku
hah.
Yoona POV
Seminggu ini hubunganku dan Jonghyun sedikit
canggung karena kejadian tak terduga minggu pagi di taman itu. Tapi kami
mencoba untuk melupakan atau mungkin berpura-pura melupakan kejadian itu.
Tapi ada sesuatu rasa bahagia yang kurasakan bila
teringat dengan hal itu lagi, Jonghyun, apakah dia benar-benar cemburu
melihatku berbicara dengan pria lain ??, apakah sekarang dia telah menganggap
ku sebagai istrinya ?? apakah harapanku akan terwujud bahwa dia akan mencintaiku seperti aku yang
telah mencintainya kini.
Aku tak ingin lagi berbohong pada diriku sendiri
dengan berpura-pura bahwa aku seolah tak peduli padanya, bahwa aku masih saja
menganggap pernikahan ini bukanlah pernikahan yang sebenarnya. Setiap hari
bertemu dengannya, setiap waktu melihat wajahnya, setiap kali itu pula aku
selalu bertanya apakah aku benar-benar telah jatuh cinta padanya ??. Dan ketika
minggu lalu dia memperlakukanku dengan manis dan memelukku dengan begitu mesra,
saat itu aku benar-benar menyadari, aku telah benar-benar jatuh cinta
kepadanya, kepada suamiku, Lee Jonghyun.
Hari jum’at sore ini aku pulang lebih awal untuk
menyiapkan makan malam untukku dan jonghyun. Aku ingin menyiapkan sesuatu yang
spesial untukknya. Hanya memikirkan bahwa jonghyun akan memakan makanan spesial
buatanku dengan lahap saja sudah membuatku begitu bahagia.
Aku sudah membeli semua bahan makanan yang aku
butuhkan tadi sepulang dari kantor. Aku akan memasak makanan kesukaan Jonghyun,
Pork soup.
Sepanjang acara memasak ini aku tak hentinya
tersenyum, aku tak tahu kalau memasak untuk orang yang kau cintai bisa membuatmu
sebegini bahagianya. Aku
seperti membumbui masakanku dengan senyuman yang menyalurkan setiap cinta dari
hatiku untukknya. Berharap jika cintaku akan sampai pada hatinya . Menyampaikan
pesan yang tak mampu disampaikan oleh bibirku. Please help me, katakan padanya
bahwa aku sangat mencintainya. J
Sejam kemudian semua makanan telah tersaji di meja
makan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, biasanya jonghyun akan
pulang pada jam segini. Aku pergi kekamarku, mandi dan menyiapkan diriku sebaik
mungkin untuk menyambutnya. Setengah jam kemudian aku sudah rapi dan kembali
kemeja makan. Tapi jonghyun tampaknya belum terlihat pulang juga. Aku masih
menunggunya dengan senyum yang tak henti-hentinya terkembang.
Sejam kemudian Jonghyun masih tak tampak juga. Aku
melihat porksoup ini mulai mendingin maka aku memasukkanya ke Microwave agar
saat jonghyun pulang nanti makanan ini masih hangat. Aku mencoba menenangkan
pikiranku yang mulai resah. Tapi aku tetap mencoba berpikiran positif
kalau-kalau dia sedang menghadiri meeting yang tak bisa ditinggalkan. Tapi
hingga pukul setengah 10 malam masih tak ada tanda-tanda Jonghyun pulang
kerumah. Ada dimana dia sekarang ??, keresahanku mulai memuncak. Aku mencoba
menghubunginya beberapa kali tapi sepertinya Handphone nya mati. Ada apa ini ?? dimana kau Jonghyun ?? kenapa kau belum pulang juga. Pikiran-pikiran
itu berputar tak hentinya di otakku.
Tapi Tiba-tiba saja panggilan masuk di handphoneku beberapa saat kemudian, Jongie,
namanya terpampang dilayar touchscreen ku. Tanpa berpkir panjang aku langsung
mengangkatnya.
“ Jongie Odiga ??” tanyaku khawatir.
“ Yoongie, kau makanlah sendiri, aku tak pulang
malam ini “ katanya diseberang telepon.
“ oh.... waeyoo??? Apa kau masih ada meeting ??”
tanyaku masih khawatir.
“ aniyaa, aku akan bertemu dengan So jin malam
ini, mungkin aku akan bermalam disana “ jawabnya santai.
“ So Jin ??? ohh.. So jin,... Keurae Arraseo “
kataku langsung mengakhiri panggilan ini.
Aku merasa tiba-tiba saja beberapa saat lalu ada
seseorang yang menusukku dengan pedang tepat di jantungku. Air mataku langsung
mengalir setengah detik setelah ku akhiri percapakan kami tadi. So jin, gadis
di restaurant itu, mereka telah kembali bersama rupanya. Hahh.... lalu apa gunanya tadi kau memasak dengan senyum-senyum begitu
Yoona. Kau sedang berharap terlalu tinggi sepertinya.
Jonghyun bukan milikmu dan tak akan pernah menjadi milikmu, apalagi semenjak
gadis itu kembali, seharusnya kau telah memikirkannya.
Aku ingin menertawai diriku sendiri tapi yang
terjadi air mata ini malah semakin deras mengalir. Dengan langkah pelan aku
menuju rak di dapur dan menggambil dua botol soju lalu kembali melangkahkan
kakiku, kini menuju taman belakang, ke sebuah ayunan di bawah pohon sakura.
Sebelumnya aku berencana menghabiskan malam ku
bersama jonghyun disini setelah makan malam. Tapi yang terjadi aku benar disini
malam ini, tapi hanya seorang diri.
“ kenapa kau berguguran dengan sangat indah wahai
kelopak bunga, apa kau
sedang bahagia, aku sedang sedih sekarang, sangat sedih” kataku melantur
setelah aku berhasil mengosongkan botol soju ku yang pertama.
Aku mencoba membuka botol yang kedua dan
merebahkan tubuhku di ayunan. Udara di luar sini cukup dingin tapi tubuhku
seakan kebal, aku tak berencana untuk kembali kedalam dan malah tertidur disana
sepanjang malam.
Pagi saat aku bangun badanku terasa pegal semua
dan kepalaku pusing, tapi aku langsung bergegas kedalam untuk melihat apakah
jonghyun sudah pulang atau belum , tapi ketika aku melihat ke dalam kamarnya,
semua masih tetap sama seperti semalam, tak berpenghuni. Aku lalu menuju
kekamarku, membersihkan diri dan menuju dapur membuat sarapanku.
Ditengah acara sarapan pagiku, terdengar seseorang
membuka pintu dan kudapati jonghyun datang dengan membawa tas kerjanya tapi bukan
menggunkan kemeja kerjannya, dia telah berganti dengan pakaian kasual.
Dia
menghampiriku yang berada di ruang makan dan langsung duduk di kursi yang
menghadapku, tempatnya biasa.
“ kau sudah pulang “ tanyaku datar
“Hmmm...” gumamnya
Aku melihat dia mengambil pancake di depannya
meletakkanya dipiringnya yang sengaja kusiapkan tadi,tak tahu kenapa tapi aku merasa dia akan pulang saat makan pagi ini.
Wajahnya terlihat sangat ceria tak seperti
biasanya. Apakah kau sangat bahagia bersama
dengan So jin sekarang, Jonghyun ???
“ maaf aku tak bisa pulang semalam, aku pergi
dengan So jin sejak siang dan dia memintaku untuk menginap, aku tak bisa
menolaknya “ katanya tiba-tiba sambil menatapku sekilas, aku mungkin akan
menyemburkan kopi yang baru saja aku sesap kalau saja beberapa saat lalu aku
tak menelannya.
Aku cukup kaget mereka kembali berbaikan secepat
ini. Bahkan mereka pergi sejak siang hari, katanya tadi. Seolah Pedang yang
semalam tertancap tiba-tiba saja ditarik dengan paksa. Sakitnya benar-benar
menjadi dua kali lipat.
“ Ohh... benarkah, apa kalian sudah baikan ?? “
tanyaku mencoba bersikap santai. Padahal sebenarnya air mataku sudah tak tahan lagi untuk
mengalir.
“ Hmmm.... kami sudah berbaikan sekarang , setelah
dipikir lagi sepertinya kami memang masih saling mencintai” jawabnya dengan sumringah
sambil menggigit pancakenya yang terakhir.
Dia mengambil air putih didekatnya dan meneguknya
sebelum melanjutkan.
“ Bahkan kami kemarin pergi ke amusement park
bersama. Kami sering pergi kesana dulu ketika masih pacaran. Benar-benar
menyenangkan.” Dia benar-benar sangat senang, terpancar dari wajahnya yang
menyunggingkan senyum tak henti-hentinya.
“ Benarkah ??.... apakah benar-benar menyenangkan
saat pergi ke amusement park, aku tak pernah melakukannya ???” tanyaku iri. Aku
benar-benar tak pernah merasakan bagaimana bermain di amusement park. Orangtua
ku terlalu sibuk ketika aku masih kecil, dan saat sudah besarpun aku memilih
menjadi seorang siswa yang taat yang lebih memilih pergi ke toko buku sendirian
ketimbang pergi bermain dengan teman-teman.
“ menyenangkan sekali, kau harus mencobanya lain
kali “ sarannya bersemangat.
“Aku kekamar dulu, aku akan beristirahat dulu,
kami bergadang semalaman tadi malam “ katanya lalu beranjak dari kursinya.
Sebelum jonghyun benar-benar berjalan menjauh aku
memanggilnya.
“ Jonghyun,.....”
“Hmmm...” dia menoleh padaku.
“ Aniyaa... hanya saja.... hmm.... katakan padaku jika
nanti kalian berdua akan benar-benar kembali bersama.” Kataku setelah menghela
nafas dalam. Aku mengantisipasi
kumungkinan terburuk. Aku akan mencoba menerimanya.
“Ohhh.... waeyo??? “ tanyanya bingung.
“ aniyaa.... beristirahatlah kau pasti lelah “
jawabku sambil tersenyum. Terpaksa tersenyum sebenarnya.
“ Oh...keurae...” jawabnya lalu berlalu.
Air mataku langsung mengalir dalam diam. Ini benar-benar
akan berakhir sepertinya, Ottokae ???.
Jonghyun
POV
Minggu siang saat aku bangun tidur dan menuju
dapur, aku tak mandapati siapapun disana, aku tak menemukan Yoona yang
seharusnya menyiapkan makan siang untuk kami karena jam sudah menunjukkan pukul
2 siang sekarang . Tapi aku malah menemukan sebuah note tertempel di kulkas
yang mengatakan bahwa makan siang sudah disiapakan di microwave olehnya.
Setelah makan siang, aku menuju ruang tengah untuk
menonton Tv sambil bertukar pesan dengan So jin.
Hari mulai sore tapi Yoona tak tampak akan pulang
juga, Kemana dia sebenarnya ??.
Saat jam menunjukkan pukul 6 sore, aku mendengar
deru sebuah mobil dari arah pagar. Tapi sepertinya bukan mobil Yoona, tapi aku
masih penasaran dan mengintip melalui jendela. Yoona keluar dari mobil membawa beberapa
kantung belanjaan diikuti seorang pria yang keluar dari pintu mobil disebelah
kemudi. Siapa dia yang bersama Yoona itu
??? aku merasa kesal saat melihatnya. Apa
yang mereka lakukan, apa dia tak tahu Yoona sudah punya seorang suami ???.
Beberapa saat kemudian Yoona masuk kerumah dan aku
telah berdiri di tengah ruangan dekat pintu dengan tangan di saku celanaku.
“ Dari mana saja kau Yoona “ tanyaku marah. Aku
tak tahu kenapa aku seperti ini, mungkin karena dia meninggalkanku sendiri di
rumah sejak siang tadi.
“ aku keluar untuk membeli bahan makanan
untuk.....” jawabnya tapi langsung kupotong.
“ hanya membeli bahan makanan saja tak mungkin
selama ini , kau sudah pergi sejak siang dan baru kembali sekarang “ aku
menumpahkan amarahku padanya
“ dan lagi kau pergi dengan pria itu “ tambahku.
“ aku bertemu dengannya tadi, dan kami mengobrol
sebentar, lagi pula aku ada urusan yang ingin aku tanyakan kepadanya “
jelasnya.
“ urusan apa, apakah kalian ada urusan di
amusement park, kau bilang kemarin kalau kau tak pernah pergi ke amusemnet park
kan, Jadi hari ini kau memintannya
menemanimu begitu kan???” tuduhku padanya.
“ apa maksudmu ???” tanyanya bingung.
“ Kau pasti iri karena aku mengajak So jin ke
amusement park kemarin, maka dari itu
kau ingin pergi juga “ kataku masih dengan nada tinggi.
“ Apa yang kau coba katakan sebenarnya aku tak tahu maksudmu???” jawabnya bertambah bingung. Ah dia benar-benar pintar berakting. Lihat saja bajunya kasual begitu dia tentunya baru saja pulang bermain dari sana.
“ Apa yang kau coba katakan sebenarnya aku tak tahu maksudmu???” jawabnya bertambah bingung. Ah dia benar-benar pintar berakting. Lihat saja bajunya kasual begitu dia tentunya baru saja pulang bermain dari sana.
“ Mengaku sajalah, Yoona “ kataku terus
memojokkanya
“ Keurae....
Benar aku sangat iri sekali dengan kalian, aku sama sekali tak pernah tahu
bagaimana rasanya saat pergi ke amusement park. Jika kau ingin tahu....aku....
tak pernah sekalipun merasakannya, tidak dengan orangtuaku, tidak dengan
teman-temanku, tidak dengan pria itu, bahkan tidak
juga dengan suamiku.....” jawabnya meledak dengan nada tinggi sambil berlinang
air mata dan langsung menuju kamarnya membuka pintunya dan membantingnya dengan
kekuatan tinggi.
Aku diam di tempatku dengan wajah bingung dan
kaget. Kenapa dia marah begitu, padahal
kan aku hanya bertanya. Aku tak pernah melihat dia yang seperti itu sebelumnya,
ada apa dengannya??? .
Saat aku tersadar dari kekagetanku, aku berjalan
menuju kearah pintunya mengetuknya dan berteriak padanya.
“Yahh !! Yoongie kenapa kau marah begitu, aku kan
hanya bertanya. Buka pintunya, apa kau tak akan membuatkanku makan malam ???”
“ Ayolah buka pintunya, aku sudah lapar sekali, cepat
buatkan aku makanan” aku masih berteriak-teriak sambil mengetuk pintunya.
Apakah
dia benar sedang marah sekarang ???. Apa dia tak akan membuatkanku makan malam
?? Ottokae ?? aku sudah lapar sekali.
Setengah jam sampai satu jam kemudian dia tak juga
keluar kamar, Ottokae???. Aku kembali menuju ke arah pintunya.
“ Yoona....Yoongie apa kau benar-benar marah,
maafkan aku, jeball.... masakan sesuatu untukku sekarang, aku sudah lapar
sekali.” Kataku memelas. Aku benar-benar sedang kelaparan sekarang. Aku sudah
menghabiskan persediaan snack di kulkas dan yang baru di beli Yoona tadi. Aku
tak bisa makan diluar karena tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras.
Aku juga tak terbiasa jika harus memesan makanan, aku bahkan tak tahu harus
menghubungi siapa untuk memesan makanan. Aku tak mau merepotkan asistenku juga hanya
untuk hal-hal sepele seperti ini.
“ Yoongie Jeball...”
Aku sudah kehabisan akal tapi yoona tak kunjung
keluar kamar juga.
Maka aku menyerah dan menuju kedapur mencoba
membuat ramyun. Tapi setelah jadi ternyata mie ini masih setengah matang, aku
tak punya pilihan lain dan tetap memakannya, aku benar-benar menderita malam
ini. Yoongie apa kau benar-benar marah padaku
sampai-sampai ingin membuatku menderita seperti ini... Aishh.....
Pagi hari ketika aku bangun tidur, aku sudah tak
mendapati keberadaan Yoona dirumah, lagi-lagi hanya ada sebuah note di kulkas
yang manyampaikan pesan bahwa dia telah menyiapkan sarapan untukku.
“ dia benar-benar marah padaku, bahkan dia sampai
menghindariku seperti ini, Aishh...” gerutuku.
Aku memakan sarapanku dan bersiap-siap. Aku tak
akan kekantorku hari ini. Aku akan datang ke kantor Yoona. Siapa suruh dia
berani menghindariku, jika aku datang kesana pasti dia tak akan bisa pergi
kemana-mana lagi.
Seperempat jam mengendarai mobilku aku sampai di
kantor Yoona dan langsung menuju ruangannya. Di depan ruangan, asistennya
menyapaku dan hanya ku balas dengan anggukan.
Saat aku memasuki ruangannya, aku berpapasan
dengan pria yang semalam mengantarkan Yoona pulang.
“ Pria itu lagi “ gerutuku dalam hati
Aku melihatnya tersenyum dan menunduk sekilas
kemudian berlalu. Aku hanya memasang wajah masam.
Saat aku memasuki ruangannya, Yoona sedang menuju
meja kerjanya. Dia menoleh padaku setelah mendapati ada seseorang yang memasuki
ruangannya.
“ Jongie.... waeyoo.... kenapa kau datang kemari
??” tanyanya bingung sekaligus kaget dengan kedatanganku yang tiba-tiba.
“ aniyaa... aku hanya ingin datang saja....”
jawabku malas lalu langsung mendudukkan diriku di kursi panjang.
“ apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku
??” tanyanya lalu menghampiriku dan mendudukan dirinya di kursi sebelah sofa
panjang itu.
“ aniyaa....” jawabku kesal. Padahal Aku sudah
katakan aku hanya ingin datang, kenapa dia masih saja terus bertanya padaku,
menyebalkan.
“ kau tak pergi kerja hari ini, apa Aboji tahu ??
“ tanyanya lagi.
“ Tidakk....” ucapku singkat. ku merebahkan tubuhku di sofa
panjang itu dan mulai bermain dengan ponselku.
“ apa kau sakit...??” tanyanya khawatir sambil
meletakkan telapak tangannya di keningku. Aku hanya menggeleng.
Dan saat itu tiba-tiba asistennya datang
membawakan minuman untukku.
“ Ohh.... jaesonghamnida Nona Im “ dia meminta
maaf dan langsung menundukkan kepalanya, khawatir jika dia telah menggangu
kebersamaan kami.
Yoona hanya tersenyum dan memintannya meletakkan
minumanku di meja, kemudian dia beranjak pergi.
“ lalu kenapa kau bersikap seperti ini ??? apa kau
sedang bertengkar dengan pacarmu ??” tanyanya lagi setelah kembali menyandarkan
dirinya dikursi.
“ Jika
memang kalian sedang bertengkar, telepon saja dia atau temui dia, kenapa harus
bersikap kekanakan seperti ini. “ katanya kesal karena jawabanku yang tak juga
memuaskannya.
“ aku tak bertengkar dengannya..... aku kan sudah
bilang aku hanya ingin datang kesini, itu saja “ jawabku semakin kesal karena
terus saja diserangnya dengan pertanyaan-pertanyaan olehnya.
“ apa tidak boleh...??” tanyaku masih tetap
terfokus pada permainanku yang sedang berlangsung di ponselku tanpa menoleh
padanya.
“ Hmmm...terserah kau sajalah “ ucapnya lalu
beranjak kearah mejannya dan kembali memulai pekerjaannya yang tadi tertunda.
Melihatnya sedang sibuk dan karena suasana ruangan
menjadi begitu sunyi aku menghentikan aktivitasku dan menggeser kepalaku untuk
menghadap padanya.
“ Kenapa kau menghindarku, apa kau marah padaku “
tanyaku padanya.
Dia memandangku sekilas dengan wajah bingung dan
kembali memfokuskan padangannya kembali pada pekerjaanya.
“ Tidak... aku tidak marah padamu....” jawabnya
singkat.
“ Lalu kenapa kau mengunci dirimu dikamar semalam,
dan membiarkan aku kelaparan, pagi ini juga kau berangkat kerja pagi-pagi
sekali ??” tanyaku lagi.
“ semalam aku hanya lelah, dan pagi ini aku punya
sedikit urusan dengan Kyuhyun Oppa” jawabnya cepat.
“ Apakah dia pria yang tadi keluar dari ruanganmu
dan juga yang semalam mengantarmu pulang ??” tanyaku menganalisis.
“ hmm... dia orangnya..” ucapnya sambil
mengangguk-angguk.
“ kenapa kau memanggilnya Oppa, apakah kalian
begitu dekat, apa pekerjaanya dan ada urusan apa kalian berdua ??? “ tanyaku
penuh selidik.
“ Dia sunbae ku di kampus dulu,kami cukup dekat,
aku pikir tak ada salahnya dengan
panggilan oppa itu. Dia seorang pengacara, dan ada sesuatu hal yang ingin aku
konsultasikan dengannya.” Jawabnya menjelaskan sambil masih asyik dengan
pekerjaanya.
“ dan urusan apa itu ??” tanyaku lagi tak sabar
Dia mengalihkan pandanganya dengan pertanyaanku,
menatapku dengan bingung.
“ dan kenapa kau begitu aneh hari ini, kau tak
pernah menanyakan apapun padaku selama ini, lalu kenapa hari ini tiba-tiba saja
kau bertanya pertanyaan semacam itu ???” tanyanya curiga.
“ aishh Molla...” jawabku manyun dan langsung
membalikkan badan dan kembali bermain dengan ponselku.
“Aigooo....aneh sekali dia itu” ucapnya melihat
tingkahku.
Beberapa saat kemudian kudengar ponselnya berbunyi
nyaring menandakan ada panggilan masuk.
Dia tengah berbincang dengan seseorang diseberang
sana, aku sebenarnya cukup penasaran siapa itu sebenarnya, apakah pria itu
lagi.
Belum selesai aku dengan pikiran-pikiran liarku,
dia telah mengakhiri teleponnya dan berkata sesuatu padaku.
“ Jongie, aku harus menemui Yuri Eonnie sekarang,
ada urusan yang harus kami bicarakan, kau mau tinggal atau kau mau pergi ??”
katanya sambil mengemasi barangnya.
“ kenapa kau punya banyak sekali urusan sepertinya
?? aku akan menunggumu saja disini jangan pergi terlalu lama, aku mudah sekali
bosan kau tahu. “ kataku kesal karena dia akan meninggalkanku. Lebih baik
bersama Yoona dalam diam daripada harus sendirian begini. Setidaknya aku selalu
nyaman ketika melihatnya ada disekitarku. Berbeda dengan rasa yang diberikan So
jin ketika aku bersamanya, saat bersama Yoona aku merasa seperti seseorang
sedang menjaga ku setiap waktu.
“ keurae... aku pergi dulu kalau begitu, kau bisa
memanggil asistenku bila kau memerlukan apapun “ katanya lalu beranjak pergi.
“hmmm...” aku hanya menjawab dalam gumaman.
Sejam berlalu Yoona tak kunjung kembali juga,
padahal aku sudah bosan sekali. Aku mengambil ponselku dan meneleponnya.
“ Yoongie cepatlah kembali, aku sudah bosan....”
kataku padanya setelah dia mengangkat teleponnya.
“ waeyoo.... kau bisa pulang atau ke kantor jika
kau bosan disana “ jawabnya.
“ shiroo.... cepatlah kembali sekarang, jangan
membuatku kesal.” Jawabku beraegyo bercampur kesal.
“ tapi urusanku dengan eonnie belum selesai
Jongie..” katanya menjelaskan
“ berikan ponselmu pada nunna sekarang”
perintahku, dan beberapa saat kemudian suara Yuri nunna terdengar.
“ Waeyo Jongie ??” tanyanya.
“ Nunna biarkan istriku kembali ke kantornya,
jangan menahanya terlalu lama, kau membuatku bosan setengah mati” gerutuku
padanya.
“ aku memang berencana menculiknya
darimu....hahaa” jawabnya menggodaku sambil tertawa.
“ Nunna...” seruku padanya.
“ arraseo....arraseo aku akan melepaskannya”
jawabnya
Dia mengembalikan ponsel itu kembali pada Yoona.
“ kau harus membelikanku Ice Cream karena kau
membuatku bosan menunggumu disini” pintaku padanya, tiba-tiba saja aku memang
ingin makan ice cream.
“ araseo... aku akan segera kembali setelah semua
selesai sebentar lagi” jawabnya mengiyakan.
“ hmmm” gumamku lalu mengakhiri telepon.
Sembari menunggu Yoona kembali, aku kembali
bermain dengan permainan di ponselku. Setengah jam kemudian sebuah panggilan
masuk dan nama So jin tertera disana, aku langsung mengangkatnya.
“Oppaa...” katanya sambil terisak...
“ Ohh waeyoo So jin-ah kenapa kau menangis” tanyaku
khawatir.
“ oppa kakiku sakit sekali...” ucapnya tetap saja
terisak.
“ Gidaryoo , aku akan segera kesana, tunggu aku dan
jangan bergerak dari sana” aku langsung mengemas barangku dan beranjak pergi,
aku sangat khawatir dengan keadannya sekarang hanya mendengar suaranya saja
membuatku takut sesuatu telah terjadi padanya.
Di lorong
menuju lift aku bertemu Yoona yang telah kembali. Dia membawa sesuatu di
tangannya mungkin itu ice cream pesananku tadi.
“ Jongie odiga,...” tanyanya saat melihatku setengah berlari.
“ aku harus pergi sekarang. So jin meneleponku,
sepertinya dia sedang terluka sekarang” jawabku sekenanya.
“Oh.... lalu bagaimana dengan ice cream mu “
tanyanya sambil mengangkat bungkusan di tangan kirinya.
“ Kau bisa memakannya, aku sedang buru-buru
sekarang, aku pergi Yoongie, aku akan meneleponmu nanti “ kataku lalu langsung
berlari menuju lift meninggalkan Yoona yang masih berdiri di tempatnya.
Yoona POV
Aku langsung saja kembali setelah mendapat telepon
dari Jonghyun. Dia sepertinya sudah bosan sekali karena dia sudah menggerutu
kesal saat meneleponku tadi. Aku mampir ke sebuah kedai ice cream sebelum
kembali ke kantorku memenuhi pesanannya tadi. Ice cream vanilla favoritnya,
membayangkan wajahnya yang akan langsung ceria ketika memakan ice creamnya
membuatku tersenyum senang. Sama sepertiku ice cream selalu bisa membuatnya
senang.
Sebenarnya Aku senang sekali dia datang kekantorku
pagi ini, dan meminta maaf atas perkataanya kemarin. Aku tak marah padanya
sebenarnya, aku hanya sedikit kesal saja.
Aku buru-buru naik setelah memarkir mobilku, tak
ingin membuat jonghyun lebih lama lagi menungguku.
Tapi ketika aku telah memasuki lorong yang akan
menuju ruanganku, aku bertemu dengan jonghyun yang setengah berlari menuju
lift.
“ Jongie odiga,...” tanyaku saat dia sudah mendekat padaku
“ aku harus pergi sekarang. So jin meneleponku,
sepertinya dia sedang terluka sekarang” jawabnya khawatir.
“Oh.... lalu bagaimana dengan ice cream mu “
tanyaku sambil mengangkat bungkusan di tangan kiriku.
“ Kau bisa memakannya, aku buru-buru sekarang, aku
pergi Yoongie, aku akan meneleponmu nanti “ jawabnya lalu beranjak pergi.
Aku hanya mampu memandangi punggungnya yang
menjauh, tak terasa air mata mulai merembes dari kedua mataku. Hatiku hanya
mampu berkata...Ahh,, So jin lagi rupanya...
Aku berjalan menuju ruanganku sambil mengusap air
mataku.
Aku memakan semua ice cream yang kubawa tadi.
Membiarkan ice cream ini mendinginkan hati dan pikiranku yang kembali terluka.
Sore hari sampai aku pulang kantor pun Jonghyun
tak ada meneleponku seperti katanya tadi. Aku bergegas masuk kedalam rumah,
tapi dirumah ini terlihat masih sepi, berarti jonghyun juga belum pulang.
Aku kadang berpikir, percuma kami merancang rumah
seindah dan sebesar ini dulu. Aku jarang merasakan bahagia di tengah keindahan
ini, aku lebih banyak merasa kesepian saat berada disana.
Setelah aku mandi dan makan malam aku menuju ruang
tengah untuk menonton tv, mencari hiburan untuk melupakan rasa kesepianku ini.
Ponselku tiba-tiba berdering beberapa saat
kemudian. Tapi nama yang tertera disana bukan nama orang yang kutunggu-tunggu
kabar beritanya.
“ Yoboseo,,, Hoonie Oppa “ kataku setelah
mengangkat telepon. Benar dia adalah Hoonie oppa, kakak iparku.
“ Ohh Yoongie, bisakah kau berkemas sekarang,
pesawatmu akan dimajukan menjadi penerbangan esok pagi jam 5 “ katanya langsung
pada intinya.
“ Ohh... waeyoo oppa ??” tanyaku binggung.
“ aniyaa... keunyang.... kau bisa bersiap-siap
sekarang, aku akan menjemputmu pukul 4 “ jawabnya singkat.
“ apakah aku harus memberitahu Jongie dulu soal
ini Oppa ??” tanyaku meminta persetujuannya.
“ tidak usah... aku yang akan mengurus semuanya”.
“ arraseoo Oppa... aku akan bersiap-siap sekarang
“
“ne Yoong... annyeong “ katanya mengakhiri
percakapan kami.
Aku langsung bergegas menuju kamarku dan berkemas.
Malam ini Jonghyun sepertinya tak pulang lagi. Sepanjang malam aku terus
berpikir, haruskah aku mengambil keputusan ini tanpa memberitahunya, Apa yang
akan terjadi padanya jika aku pergi?? Apakah dia akan baik-baik saja??. Tentu
saja Yoong, dia sudah bersama So jin sekarang tentu saja dia akan baik-baik
saja.
Tak terasa aku sudah terlelap karena terlalu lelah
berpikir.
Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 pagi, setengah
jam sebelum keberangkatanku. Hoonie Oppa menjemputku tepat waktu seperti
rencana. Disini kami sekarang, di ruang tunggu keberangkatan, menunggu
pesawatku. Aku masih saja gelisah dengan pikiranku sendiri, memikirkan tentang
jonghyun. Sejak siang kemarin aku belum berbicara lagi dengannya, bahkan aku
belum memberitahunya tentang kepergianku ini.
“ Apa kau mengkhawatirkannya ??” tanya Hoonie Oppa yang melihat kegelisahanku.
“ Ohh... ne Oppa, aku tak sempat berpamitan
padanya “ jawabku jujur. Aku memang tak bisa menghilangkannya dari pikiranku.
“ aku sudah tahu semuannya Yoona.....Maafkan aku,
tentang apa yang dia lakukan padamu, dia telah menyakiti dan mengabaikanmu tapi
kau masih saja tetap memikirkannya” katanya meminta maaf padaku dengan lembut.
Aku sempat kaget dia telah mengetahui tentang keadaan kami yang sebenarnya.
“ aniyaa oppa... kenapa kau meminta maaf begitu
padaku, aku masih istrinya kau ingat, tentu saja aku harus memikirkan suamiku”
kataku sambil tersenyum.
“ aku melihat dia begitu bahagia bersama So jin ,
Oppa, aku pikir ini adalah hal terbaik yang harus terjadi kepada kami, aku
senang dia bahagia sekarang” jawabku tulus.
“ Dia hanya belum menyadari sesuatu Yoong, kau
tenang saja, aku yang akan mengurus semuanya ketika kau pergi. termasuk urusanmu
dengan kyuhyun-ssi”
“ Gomawo oppa, karena sudah sangat peduli kepadaku”
kataku mengucapkan terimaksihku padanya bertepatan dengan pengumuman pesawatku
yang akan berangkat sebentar lagi dan meminta semua penumpang untuk
bersiap-siap. Aku memberikannya sebuah pelukan hangat. Aku menitipkan pesan
padanya.
“ jaga Jongie ketika aku pergi Oppa “ kataku
sambil tersenyum tipis.
“ Hmm...” gumamnya sepertinya enggan melakukannya.
“ aku pergi oppa “ pamitku.
“ Jaga dirimu Yoongie” katanya mengingatkanku.
Aku lalu mendorong koperku menuju gerbang
keberangkatan meninggalkan Hoonie Oppa yang masih melambaikan tangannya padaku.
Selamat
tinggal Jongie.
Jonghoon POV
“Aku akan membuatmu menyesal telah meniruku
Jonghyun, kau tak belajar rupanya, padahal dulu kau yang paling ingin
membunuhku ketika aku melakukannya “
Jonghyun POV
Aku pulang kerumah pagi ini setelah semalam
menemani So Jin diapartementnya. Sebenarnya aku ingin pulang tapi So jin
meminta ku dengan sangat untuk menemaninya disana dengan alasan kakinya yang
masih sakit. Padahal kakinya yang keseleo itu tak seberapa parah, kenapa dia
jadi sebegitu berlebihan sekarang.
Flashback
“Bisakah
Oppa menemaniku
disini malam ini, kakiku masih sakit sekali Oppa” Pintanya dengan wajah
memelas.
“
Bukankan itu hanya luka ringan So jin, aku yakin itu tak seberapa sakitnya,
lagipula aku harus pulang, Yoona menungguku dirumah “ Kataku berusaha menolak
permintaannya
“ Jadi
oppa ingin meninggalkanku dengan keadaan seperti ini, dan lebih memilih bersama
istri yang bahkan tak kau cintai itu “ ucapnya cemberut sambil memalingkan
wajah membelakangiku.
“ aniyaa
So jin-ah.... aku hanya “ belum sempat aku menyelesaikan kalimatku dia telah
memotongnya.
“ jadi
kau akan tetap disini menemaniku kan Oppa??” tanyanya dengan mata berbinar.
“ Hmm...
ne “ jawabku sedikit enggan.
“ Gomawo
Oppa “ katanya sambil memelukku sambil menyungging senyum yang aneh menurutku.
Semalaman
aku tak hentinya memikirkan tentang Yoona, aku sedikit memiliki firasat yang
aneh tentangnya. So jin terus saja berusaha menjauhkanku dari ponselku ketika
aku mencoba menghubungi Yoona. Maka kemudian aku menyerah dan membirkannya.
Flashback
end
Tapi saat aku mencari di seluruh penjuru ruangan
dalam rumah ini aku tak menemukan keberadaanya dimanapun. Aku mulai khawatir
dan mencoba menghubungi ponselnya tapi sepertinya tidak aktif. Kemana dia pergi se pagi ini ??
Aku bergegas menuju kamarku untuk membersihkan
diri lalu kembali turun dan mencari apapun untuk menu sarapanku pagi ini. Aku
menemukan note di pintu kulkas saat aku berjalan melewatinya, pesan dari Yoona
disana tertulis :
Aku pergi Jongie
Jaga dirimu
baik-baik.
Yoona
Membacanya membuatku gelisah, apa maksud dari pesannya ini. Pergi kemana dia sebenarnya ?? kenapa dia
tak mengatakan apapun padaku sebelumnya ??
Aku mendudukkan diriku di meja makan setelah aku
mengambil roti dan jus jeruk yang ku ambil dari kulkas tadi. Kulkas telah
terisi penuh kebutuhan sehari-hari, Yoona benar-benar menyiapkan semuanya.
Aku mencoba menghubungi asisten Yoona di kantor
tapi katanya Yoona berkata kalau dia tak akan pergi ke kantor untuk beberapa
waktu, tapi saat ku tanya kemana Yoona dia hanya menjawab.....
“ Nona Im hanya berkata kalau dia akan pergi dan
tak akan datang ke kantor untuk beberapa waktu, dan dia tak mengatakan apapun
tentang tujuan kepergiannya, Tuan “
“ Kenapa bisa kau tak tahu kemana dia pergi, apa
saja tugasmu sebagai asisten Yoona sebenarnya ?? “ tanya ku dengan nada marah.
“ maafkan saya tuan, tapi nona Im tak menjawab
ketika saya menanyakan hal itu padanya” jawabnya dengan takut.
Aku langsung menutup teleponku dan mendengus
kesal. Kemana kau pergi Yoona. Hffttt
Sesaat aku berfikir siapa lagi yang bisa kutanyai
tentang keberadaan Yoona. Teman Yoona, aku tak mengenal satupun teman Yoona,
aku pernah akan dikenalkan Yoona pada mereka, tapi karena ada meeting penting
dengan Klien waktu itu, maka aku memutuskannya secara sepihak di saat-saat
terakhir.
Aku baru menyadari kemudian bahwa aku tak pernah
benar-benar mengenal istriku itu. Bagaimana hidupnya, bagaimana pekerjaanya,
bagaimana masa kecilnya, bahkan aku baru tahu kalau dia tak pernah pergi ke
amusement park beberapa hari yang lalu. Apa yang sebenarnya aku lakukan selama
ini, aku benar-benar tak pernah memperhatikannya. Berbeda denganku dia begitu
mengenalku, sifatku, keluargaku yang begitu akrab dengannya, dia juga mengenal
beberapa teman dan kolegaku ketika beberapa kali aku megajakknya menghadiri
acara perusahaan. Dia benar-benar dapat menempatkan dirinya dengan baik dan
mudah bergaul.
Dan beberapa saat
yang lalu melihat pesan singkat darinya di note itu membuatku menyadari aku
telah begitu lama mengabaikannya, dan saat kini dia pergi meninggalkanku tanpa
berkata apapun, aku seperti kehilangan perlindunganku.
Malaikatku telah melepas pelukannya dariku.
Aku kacau tak tahu harus berbuat apa. Beberapa
kali aku hanya memainkan jemari tanganku dan menghela nafas dalam. Aku bingung
sekali.
Beberapa saat kemudian ketika aku berencana
menghubungi Orangtua Yoona yang kini tinggal di Busan untuk mengurus proyek hotel
mereka, siapa tahu mereka tahu keberadaan Yoona sekarang, Orangtua yoona malah
menghubungi ku terlebih dahulu.
“ Yoboseo Jongie.... apakah Yoongie baik-baik
saja??” tanya Aboji tiba-tiba dengan nada cemas. Ohh kenapa aboji terlihat
cemas begitu apakah dia juga tahu kalau Yoona pergi.
“ ne..?? “ tanyaku bingung bercampur cemas.
“ Aku sudah mencoba menghubungi Yoongie beberapa
kali tapi ponselnya tidak aktif, dia baik-baik saja kan Jongie ??” tanyanya
dengan nada berharap.
Ottokae??? Apa yang harus aku katakan pada Aboji,
aku juga sama dengannya tak bisa menghubungi Yoona. Bahkan aku tak tahu dimana
dia sekarang. Suami macam apa yang tak tahu dimana istrinya berada. Maka
kemudian aku memutuskan untuk berbohong untuk menenangkan kecemasan orangtua Yoona.
“ Ne aboji Yoona baik-baik saja, Ponselnya kemarin
terjatuh maka dari itu aboji tak bisa menghubunginya, maaf kalau aboji tidak
bisa berbicara dengannya sekarang, karena dia sedang di kamar mandi sekarang “
kataku mencoba menutupi keadaan yang sebenarnya.
“ hmm.... daengida.... dia memang anak yang
sedikit ceroboh dengan barang-barang miliknya. aku yakin Yoona pasti baik-baik
saja bersamamu Jongie, dia juga selalu mengatakan dia bahagia sekali menjadi
istrimu. Aku menitipkan dia padamu Jongie. Jaga dia baik-baik untuk kami” kata
aboji dengan nada yang sudah terlihat tenang.
“ ne abojii.... tentu saja “ jawabku dengan rasa
bersalah.
Kemudian kami mengakhiri percakapan ini setelah
saling mengucapkan salam.
Maafkan
aku aboji , aku tak menjadi menantumu yang baik, bahkan jika kau tahu bahwa aku
selalu menyakiti dan mengabaikan anakmu aku tak tahu apa yang akan kau lakukan
padaku. Tapi aku berhak mendapatkan semuanya, aku akan menerimanya.
Tapi
sekarang..... siapapun yang telah membawa Yoona pergi atau siapapun yang bisa
membawanya kembali, Tolong...Jeball.... kembalikan Yoona-ku kembali padaku
sekarang. Aku kehilangan arah tanpanya.
Aku mendudukan diriku membelakangi kursi panjang
di ruang tengah. Aku terduduk dilantai menyandarkan kepalaku pada sisi belakang sofa, disebelahku terdapat
berkaleng-kaleng beer. Rambutku acak-acakan tak beraturan. Seharian ini aku
hanya terduduk disana menghabiskan berkaleng-kaleng beer sambil terus
memikirkan Yoona tanpa henti. Aku bahkan tak perduli lagi dengan perutku yang
belum terisi sejak tadi pagi hingga malam hari. Aku kehilangan selera makanku
yang biasanya tak terhingga dalam keadaan normal.
Dalam kekalutan yang semakin menjadi aku teringat
Hoonie hyung, dia pasti tahu dimana yoona berada. Dia orang yang selalu tahu
tentang apapun, aku yakin dia pasti tahu. Maka beberapa saat kemudian aku sudah
tersambung dengannya.
“ Hyung, kau tahu dimana Yoona...” tanyaku to the
point, aku tak punya tenaga lagi untuk basa-basi sekarang.
“ Apa maksudmu ??” tanyanya bingung.
“ kau pasti tahu dimana Yoona sekarang hyung,
beritahu aku.” Pintaku tak sabar.
“ kenapa kau menanyakan hal itu kepadaku, bukankah
seharusnya kau menanyakan itu kepada suaminya. Ohh... dan kenapa kau mencarinya
sekarang aku dengar beberapa hari lalu beberapa kali kau tak pulang kerumah dan
memilih bersama kekasihmu itu. Kenapa kau tak berada bersamanya sekarang.
Bukankah lebih baik jika tak ada Yoona, benar-benar tak ada penghalang sama
sekali.” Jawabnya ketus.
“Hyung... Jebal....” pintaku memohon padanya.
Tapi tak kudapati lagi suara dari seberang sana,
hoonie hyung telah memutuskan sambungan teleponnya.
Aishh... aku langsung membanting ponselku
kesembarang tempat.
Hari hari
berjalan masih dengan keadaan yang sama, Yoona tak kunjung pulang juga.
Di hari kedua Yoona tak pulang juga. Tiba-tiba
terdengar bel berbunyi di pintu depan, aku langsung berlari berharap Yoona akan
pulang. Ternyata yang datang adalah So jin, kenapa dia kemari, pikirku.
“ Oppa, kemana saja kau, aku menghubungimu
berkali-kali tapi tak pernah kau angkat “ tanyanya ketika aku menampakkan diri
dengan wajah kusut di depan pintu.
“ kau kenapa oppa, apa kau sakit ??” tanyanya lagi
dengan wajah khawatir sambil mencoba untuk meletakkan telapak tangannya di
keningku, tapi aku menepisnya.
“ kenapa kau ada disini ?? “ tanyaku dingin.
“ Oppa... kenapa oppa dingin sekali padaku, ada
apa denganmu oppa, apa istrimu itu yang memintamu bersikap dingin padaku dan
menjauhiku ??” katanya menuduh Yoona dengan wajah marah.
“ jangan pernah berkata hal seperti itu
tentangnya, kau tak berhak sama sekali” kataku tak kalah marahnya.
“ oppaa...kenapa kau membelanya, kau sudah tak
mencintaiku lagi hah.” Tanyanya mulai berlinang air mata.
“ So jin pergilah, aku tak ingin bicara lagi
denganmu, kita sudah berakhir sekarang, aku sudah tak mencintaimu lagi, aku
mencintai istriku”
Kataku mengakhiri lalu menutup pintu depan rumahku
dengan sedikit kasar. Aku kembali mendudukkan diriku di tempatku semula sebelum
kutunggalkan tadi.
Hari berganti hari, Dan keadaanku semakin parah
setiap harinya, aku benar-benar seperti mayat hidup, hanya mampu terduduk
dilantai sepanjang waktu dengan pandangan kosong. Dengan penampilan yang luar
biasa berantakan.
Setiap pagi , siang dan sore hari Hoonie Hyung dan
Yuri Nuna akan datang membawakan makanan untukku. Hoonie hyung akan
mendudukkanku di bawah shower membiarkan tubuhku basah kemudian membantuku
memakai pakaianku. Yuri nuna akan menyuapiku makanan karena ketika mereka
membiarkanku memegang sumpitku sendiri maka aku hanya akan mengaduk-aduk
makananku sampai tak berbentuk.
Di hari keempat sejak kepergian Yoona,... Appa,
eomma, Hoonie hyung dan Yuri nuna datang kerumahku siang ini. Setelah
membersihkan diriku mereka semua menemaniku duduk di ruang makan, eomma
menyuapiku dengan berlinang air mata. Semua yang ada diruangan ini diam tak ada
yang berani bersuara.
Dan beberapa saat dalam diam suara Hoonie hyung
terdengar memecah keheningan.
“ kau benar-benar adikku Jongie “ katanya
Saat itu aku telah mengakhiri acara makan siangku
dalam suapan eomma.
Aku menatapnya sekilas, bingung dengan apa yang
sebenarnya dia omongkan.
“ kau bahkan melakukan apa yang aku lakukan dulu“
Sekarang aku tahu apa maksudnya. Semua orang di
ruangan ini tahu betul apa maksud perkataannya barusan. Kira-kira keadaan
Hoonie hyung dulu persis sama dengan apa yang terjadi padaku sekarang.
“ Kau tak belajar rupanya, padahal kau yang paling
marah ketika aku melakukannya dulu, kau bahkan juga ingin membunuhku saat itu”
katanya melanjutkan dengan senyum miring tersungging dibibirnya.
“ aku juga ingin melakukannya kali ini Jong,
membunuhmu” katanya mengakhiri dengan tajam.
Eomma langsung bereaksi karena kata-katanya.
“ Hoonie .... Jeball.... keumanhae...” eomma
berseru dengan air mata mengalir semakin deras dari kedua matanya.
“ Aniyaa Eomma.... biarkan dia merasakannya “
ucapnya bergeming dengan ucapan Eomma.
“ Hoonie-ah Hajima... kau tak melihat sudah
seperti apa keadaannya sekarang “
“ Yeobo katakan sesuatu “ kata eomma beralih
kepada Appa.
Appa hanya mampu mendekap istrinya tanpa berkata
apapun.
Hoonie hyung langsung beranjak seketika dari
kursinya diikuti oleh Yuri nunna yang baru selesai membereskan peralatan
makanku tadi. Appa juga beranjak pergi bersama eomma dalam pelukannya.
“ kami pulang dulu Jongie “ kata Appa sambil
membelai rambutku ringan, aku hanya mengangguk sekilas. Eomma tak mampu berkata
apa-apa lagi.
Di ruang tamu sebelum mencapai pintu aku mendengar
eomma memohon pada Yuri nuna,...
“ Yuri-ah katakan pada suamimu untuk membawa Yoona
kembali, Ohh...Jebal” pintanya masih dengan berlinang air mata.
“ ne eomma “
kata Yuri nuna lembut dan merangkul Eomma untuk menenangkannya. Hoonie
hyung hanya menghela nafas dalam.
Lalu kemudian mereka semua pergi meninggalkan aku
sendiri lagi.
Ini sudah hari kelima Yoona pergi tapi tak ada
tanda-tanda kalau dia akan kembali. Aku masih tak beranjak dari tempatku
kemarin. Aku masih bersandar pada sisi belakang sofa panjang ruang tengah kami.
Masih dalam keadaan yang kacau.
Siang itu Hoonie hyung datang dan langsung membuka
pintu depan rumah kami, keluar masuk dari sana merupakan hal yang biasa dia
lakukan kini tanpa meminta persetujuaanku, karena akupun tak peduli lagi.
Aku menengok kearahnya sekilas, dia datang bersama
seseorang dibelakangnya, itu pasti Yuri nunna yang membawakan makan siangku.
“ Kenapa kau datang lagi Hyung, bukankah kemarin
kau berkata ingin membunuhku, jadi tak usah kemari lagi membawakan makanan
untukku, biarkan aku kelaparan lalu mati, itu kan yang kau inginkan “ kataku dengan
nada frustasi masih menundukan kepalaku.
Hoonie hyung masih berdiri di tengah ruang tamu
kami bersama seseorang itu yang juga masih terdiam.
“ Apa kau benar-benar sudah siap mati sekarang“
tanyanya dengan nada tenang.
“ Oppa... ada apa dengan kalian, apa kalian sedang
bertengkar, kenapa seperti ini ??” tanya seseorang itu pada Hyung ku dengan
nada bingung dan cemas.
“ Aku tahu kau yang melakukan semua ini hyung,
seperti yang pernah Appa lakukan dulu padamu. Kau benar-benar ingin aku
menderita, kau membawa dia pergi dariku tanpa berkata apapun. Bahkan kau tak
memberitahuku dimana dia berada. Bunuh aku sekarang hyung, jika itu yang kau
inginkan Jeball... aku tak sanggup lagi” kataku semakin frustasi.
Hyung tak menjawab apapun dan masih berdiri
mematung.
Seseorang yang datang bersama Hyung tadi terlihat
semakin cemas.
“ Yahh!! Waegurae.... kenapa kalian seperti ini
ada apa sebenarnya Oppa ??” tanya wanita itu mengguncang tangan Hyungku. Tapi
dia bergeming.
Dia beralih mendekatiku yang masih menarik-narik
rambutku karena frustasi.
“ Jongie-ah Waegurae.... ada apa denganmu, kau
terlihat kacau sekali, apa kau sedang ada masalah dengan So jin ??” tanyanya sambil memegang
lenganku, menghentikanku yang masih terus menarik-narik rambutku.
Aku seperti familiar dengan suara ini, dan lagi
dia seperti tak tahu apa yang sebenarnya terjadi selama beberapa hari ini. Tak
mungkin itu Eomma atau Yuri nunna.
Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya tajam. Aku
masih terus mengamati wajahnya tanpa berkata apapun, wajah itu sangat familiar.
Terlalu familiar.
“ Oh... Mianhae, Jongie....Mianhae.... aku tak
bermaksud menganggumu “ katanya takut karena melihat pandanganku dan menarik
dirinya menjauh dariku.
Aku tetap menatapnya yang kini sedang ketakutan
bercampur cemas.
“ Jongie... kau tak lupa kan siapa dia ???” tanya
Hyung tiba-tiba.
“Hmm...” gumamku bertanya sambil menoleh pada
hyung sekilas diikuti oleh wanita itu, tapi kemudian aku kembali menatapnya,
dia juga kembali menatapku dengan wajah bingung.
“ kau tak mengenalku ??” tanyanya dengan dahi
berkerut.
Aku masih terus menatapnya, aku mengenalnya, tapi
aku tak mampu berkata apapun untuk menjawabnya.
Dia mulai beranjak pergi dari hadapanku tapi
kemudian sebelum dia benar-benar mengangkat tubuhnya dari lantai aku telah
menarik tangannya dan memeluknya erat. Air mataku mengalir deras, air mata yang
lima hari ini bahkan tak pernah menunjukkan dirinya, hari ini semuanya tumpah
membasuhi kekosongan dalam fikiran dan hatiku beberapa hari ini.
Aku hanya mampu berkata dalam hati, Jangan lagi, Jangan pernah lakukan hal itu
lagi Jeball....
“ Jongie.... waegeurae... ? tanyanya masih kaget
dengan apa yang aku lakukan, tapi akhirnya berhenti melawan karena aku
sepertinya tak ingin menjawab ataupun melepaskannya.
“Hfftttt.... akhirnya dia
sadar juga “ ucap Hoonie hyung lalu beranjak pergi meninggalkan kami berdua
yang masih duduk berpelukan dilantai dalam diam.
Yoona POV
Beberapa waktu setelah memelukku dengan erat dan
berlinang air mata, dia terlihat mulai tenang. Aku melepaskan pelukannya dan
memandang wajahnya. Dia terlihat kacau sekali.
“ kau baik-baik saja “ tanyaku khawatir
“....” dia tak menjawab hanya menggelengkan
kepalanya.
“ kau terlihat kacau sekali, apa kau sudah makan
?? “ tanyaku lagi sambil membelai rambut dan wajahnya. Dia terlihat lebih kurus
sekarang.
“....” lagi-lagi dia menggelengkan kepalanya dan
masih terus memandangiku lekat.
Aku beranjak menarik tangannya memintanya untuk
berdiri.
“ Mandilah dulu dan ganti pakaianmu, aku akan memasakkan makanan untukmu “ perintaku sambil menggandeng tangannya menuju kamarnya. Lalu aku menutup pintunya setelah dia masuk kedalamnya.
“ Mandilah dulu dan ganti pakaianmu, aku akan memasakkan makanan untukmu “ perintaku sambil menggandeng tangannya menuju kamarnya. Lalu aku menutup pintunya setelah dia masuk kedalamnya.
Aku bergegas menuju dapur dan memasak beberapa
makanan yang simple dan dapat kukerjakan dengan cepat. Ku mendorong koperku
yang tadi masih kuletakkan di ruang tamu menuju kamar dan membongkar semua barang-barangku. Aku
bergegas mandi dan berganti pakaian.
Saat aku baru saja keluar dari kamar mandi dan
mengeringkan rambutku yang basah, seseorang memanggilku dengan panik.
“ Yoongie-ah..... Odigaa.... Yahh!! Yoona
Odii..... kenapa kau pergi lagi ??” teriaknya frustasi dari ruang tengah.
Saat aku keluar dia terlihat sedang berjalan
kesana kemari mencari sesuatu.
“ Jongie... waeyoo ??... apa yang kau cari ??”
tanyaku bingung.
Dia langsung berpaling padaku dan memelukku erat.
Membuatku semakin bingung.
“ Yahh!! Kemana saja kau, kenapa kau selalu
menghilang seperti ini, kau membuatku takut” ujarnya kesal masih memelukku
erat.
“ aku tak pergi kemana-mana, aku hanya membereskan
barangku dan mandi itu saja “ jawabku sedikit kesal karena dia berseru padaku
tanpa sebab.
Aku mengendurkan pelukannya dan menariknya menuju
ruang makan.
“ Makanlah yang banyak, badanmu terlihat kurus
sekarang, apa kau tak makan dengan baik beberapa hari ini ??” tanyaku sambil
mengangsurkan makanan padanya.
“ Tentu saja , kau tak memasakkan makanan untukku,
kau bahkan meninggalkanku sendiri tanpa kabar “ gerutunya sambil menikmati
makananannya.
“ Mianhae... aku tak bermaksud begitu “ kataku
meminta maaf.
“ apa hubunganmu dengan So jin baik-baik saja “
tanyaku kemudian dengan nada santai.
Dia mengangkat wajahnya menatapku tak suka.
“ kenapa kau membahas soal hubunganku dengannya “
jawabnya kesal
“ aku hanya... jika hubungan kalian semakin baik
sekarang, kau bisa mengatakannya padaku, aku akan...” penjelasanku yang sedikit
terbata ini di potong olehnya.
“ Berhentilah membahas hubunganku dengannya, ini
rumah kita, tidak bisakah kita hanya membahas hubungan kita saja “ potongnya
bertambah kesal.
Aku hanya memandangnya bingung tanpa mampu berkata
apapun.
Makan malam ini berlangsung dalam diam, dia makan
banyak sekali. Sepertinya dia benar-benar tak makan dengan baik ketika aku
pergi.
Setelah makan malam ini selesai, kami menuju ruang
tengah untuk menonton Tv. Aku sudah menyiapkan snack dan minuman untuk kami
berdua. Sesaat setelah aku merebahkan diri di sofa, dia langsung melingkarkan
tangannya di pinggangku dan merebahkan kepalanya di pundakku dengan manja. Aku
sempat kaget namun kemudian membiarkannya.
Tapi aku cukup penasaran juga dengan sifatnya yang
sedikit manja dan mudah kesal setelah aku kembali. Apa mungkin dia sedang
sakit, dia selalu begitu jika sedang sakit. Maka aku meletakkan telapak
tanganku di dahinya, merasakan temperaturnya, dan semua tampak normal. Jonghyun
tak terganggu sedikitpun dan masih terus memberikan perhatiannya penuh ke arah
Tv.
Sesaat kemudian seseorang membuka pintu depan, dan
masuklah Hoonie Oppa, Yurii Eonnie, Appa dan Eomma. Aku ingin berdiri menyambut
mereka tapi Jonghyun menahanku dan malah mengeratkan pelukannya. Aku hanya
mampu tersenyum malu ketika mereka mendekat dan mendudukan diri di sofa di
sebelah sofa yang sedang ku duduki sekarang.
“ maafkan aku Eomma, Appa, Oppa dan Eonnie, aku tak menyambut kalian” kataku meminta maaf.
“ maafkan aku Eomma, Appa, Oppa dan Eonnie, aku tak menyambut kalian” kataku meminta maaf.
“ Gwaenchana Yoongie-ah “ kata eomma sambil
menyungging senyum.
“ Aigoo .... Lihat betapa manjanya dia sekarang “
cibir Eomma saat melihat apa yang jonghyun lakukan.
Semua orang hanya tersenyum melihatnya.
“ kemana kau pergi sebenarnya Yoongie, kau tahu
bocah itu hampir gila ketika kau pergi” tanya Appa sambil mencibir Jonghyun.
“ Aishh Appa...” gerutunya
“ aku juga ingin menanyakan hal itu sebenarnya,
kemana kau pergi selama ini, kau bahkan tak mengatakan apapun sebelum pergi”
tanyanya sambil memasang wajah cemberut.
“ Apakah Yuri eonnie dan Hoonie oppa tak
mengatakan pada kalian semua, aku ada pekerjaan di Paris mengurus soal design
pakaian yang akan terbit di majalah eonnie untuk bulan depan. Eonnie bilang aku
sendiri yang harus mengurus semuanya. Karena aku lebih ahli dalam hal ini”
jawabku menjelaskan dengan tampang tanpa dosa.
“ Benarkah ??” Appa, eomma, dan Jonghyun memandang
kearah eonnie dan oppa kaget.
“ Kenapa kau tak mengatakan apapun kepada kami
Hoonie ?? “tanya Eommaa bingung.
“ hahhaha.... menyenangkan sekali bisa melakukan
apa yang Appa pernah lakukan padaku dulu” katanya penuh kemenangan.
Flash
back
Di hari jonghyun datang ke kantorku, saat yuri
eonnie memintaku menemuinya.
“
Yoongie, soal design pakaian yang akan dipakai untuk terbitan bulan depan itu,
kau harus menge-check-nya sendiri ke Paris” kata Yuri eonnie tiba-tiba saat
baru saja pesanan kopi kami datang.
“ waeyoo
eonnie, apakah ada masalah ??” tanyaku bingung, semua ini benar-benar mendadak.
“
Aniyaa... hanya saja aku ingin memastikannya sendiri, tapi karena aku tak bisa
datang sendiri, lebih baik kau yang kesana, karena kau pasti lebih ahli tentang
hal ini” jawabnya memberi penjelasan.
Flashback
Yuri –
Jonghoon
“
Yurii-ah....jongie... dia memang benar-benar adikku “ kata jonghoon sambil menghela
nafas dalam lalu mendudukan diri di sebelah istrinya.
“ Oh,,,,
apa maksud perkataanmu Oppa, tentu saja dia adikmu ??” tanya yuri bingung.
“ dia....
melakukan apa yang pernah aku lakukan dulu kepadamu” jawabnya sambil menatap
istrinya, rasa bersalah kembali terpancar darinya.
“ dia
kembali bersama dengan wanita itu, yang telah meninggalkannya lebih dari 7
tahun lalu, dan kemarin dia tak pulang kerumahnya dan memilih tinggal di
apartemen wanita itu” lanjutnya lalu menunduk lesu.
“
oppa...” Yuri mengerti betul bagaimana perasaan suaminya sekarang, dia hanya
mampu mengusap lengannya menenangkan.
“ apakah
aku harus melakukan apa yang Appa dulu lakukan padaku, Yurii-ah ??” tanyanya
pada istrinya meminta persetujuan.
“ Jangan
lakukan itu Oppa.... Jongie akan sangat menderita jika kau melakukannya, kau
tahu betul bagaimana rasanya, begitu juga dengan Yoongie, aku pernah
merasakannya, dan aku tak ingin orang lain apalagi orang-orang yang aku cintai
juga mengalaminya, rasanya begitu menyiksa” jawab yuri lirih teringat kejadian
lalu yang pernah mereka rasakan, hampir sama dengan apa yang tengah terjadi
pada kedua adiknya saat ini.
“ tapi
aku tak ingin adikku menyesal Yurii, Jongie akan lebih menderita jika Yoona
pergi dengan kemauannya sendiri dan tak pernah kembali lagi” kata Jonghoon
kemudian.
“
bukankah kau sedang bekerjasama dengan Yoongie sekarang, bisakah kau
merencanakan perjalanan untuknya ke luar negeri untuk beberapa waktu, kita akan
lihat nanti bagaimana keadaan jongie ketika Yoongie pergi, tak perlu
memberitahu Yoongie juga soal ini, juga Appa dan Eomma” pinta jonghoon pada yuri.
“
Haruskah kita melakukannya Oppa ??” tanya Yuri masih ragu.
“
Jeball... aku sangat menyayangi adikku Yurii-ah “ dia semakin memohon sambil
menggenggam tangan Yuri.
“ arraseo
oppa, aku akan mengusahakannya” jawab yuri kemudian.
Jonghoon
langsung memeluk istrinya lembut.
“
Gomawoyo... Yeobo”
Dan yuri
hanya mampu membalasnya dengan anggukan.
Flash
back Yuri- JongHoon End
“ hmmm...
baiklah eonnie jika itu yang terbaik “ kataku mengiyakan permintaan yuri eonnie
walaupun aku sempat ragu, aku tak pernah meninggalkan Jonghyun sebegini jauh
sebelumnya, bagaimana dengannya nanti.
“ Gomawo
yoongie “ ucap yuri eonnie berteimakasih sambil menyungging senyum lega.
Flash
back end
“ aku sudah menduga Hoonie hyung yang merencanakan
ini semua” gerutu Jonghyun kesal sambil memutar bola matanya.
“ sekarang kau merasakan bukan apa yang aku
rasakan dulu, dan bagaimana rasanya mengetahui saudaramu sendiri ingin
membunuhmu ?” tanya hoonie oppa mencibir Jonghyun.
“ rasanya tidak menyenangkan “ jawab Jonghyun
singkat masih cemberut.
Semua tertawa melihat tingkahnya.
“ dan Yoona urusanmu dengan Kyuhyun-ssi...” belum
habis Hoonie oppa menyelesaikan
kalimatnya Jonghyun sudah memotongnya tak sabar.
“ Kyuhyun-ssi, ??? dia teman pengacaramu itu bukan
, ada urusan apa lagi kau dengannya ?? apa kau benar-benar sudah berniat untuk
bercerai denganku ???” tanyanya marah dan merajuk.
Mata tajamnya bekilat-kilat saat menatapku
“ aniyaa... aku hanya ingin dia mengurus tentang
beberapa perjanjian yang bermasalah dengan klienku, itu saja “ jelasku dengan
wajah tanpa rasa bersalah lebih bisa dibilang bingung, karena tiba-tiba saja
jonghyun menuduhnya soal perceraian.
“ kau tadi bilang jika hubunganku dengan So jin
telah kembali kau akan melakukan sesuatu. Kau pasti akan menceraikanku bukan
???” tuduhnya lagi.
“ dan kau Hyung, kenapa kau bisa mengenal kyuhyun
itu, apa kau juga akan membantu Yoongie untuk bercerai denganku ??” tuduhnya
berganti pada Hoonie Oppa.
Eomma dan Appa hanya bingung menatap jonghyun yang
bersikap aneh.
“ aniyaa... aku hanya mengenal kyuhyun-ssi, aku
pernah beberapa kali bekerja sama dengannya “ jawabnya menjelaskan.
Flashback
Perjalanan
menuju bandara saat Yoona akan terbang ke Paris
Di dalam
mobil.
“ Yoona,
aku bertemu dengan Kyuhyun-ssi beberapa waktu lalu, katanya kau juga sedang ada
kerjasama dengannya ??” tanya Hoonie oppa masih terus memandang kearah jalan.
“ Ohh...
ne Oppa, apa kau juga mengenalnya ??” tanyaku sedikit kaget.
“
Ne...aku beberapa kali bekerjasama dengannya, dia berkata istri adikku juga
sedang memiliki kerjasama dengannya saat ini, dimana kau mengenalnya “ jawabnya
menjelaskan.
“ ne
oppa, ada beberapa masalah dengan perjanjian dengan klienku, aku ingin
memintanya menyelesaikannya, karena ada beberapa yang harus diselesaikan dengan
jalur hukum, aku mengenalnya karena dia adalah sunbae ku dikampus dulu, kami
cukup dekat “ jelasku pada Hoonie oppa
“
begitukah...??? selama kau menggantikan Yuri di Paris, aku bisa meng-handle
semuanya, jadi jika kau kembali kesini, semua sudah beres” katanya menawarkan
diri.
“
Benarkah Oppa ?? apa tidak akan merepotkan?? “ tanyaku meyakinkan.
“
Gwaenchana... kau adikku juga, tak perlu sungkan jika meminta bantuanku seperti
kau kepada yuri, karena kalian sudah lama dekat, kau harus begitu juga padaku “
jawabnya menyakinkan dengan senyum tersungging manis.
“ Gomawo
Oppa “ kataku berterimakasih.
Aku
seperti baru saja memiliki seorang kakak lelaki yang menjagaku karena selama
ini aku hanya anak tunggal, yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang saudara.
Maka dari itu aku benar-benar bahagia sekarang.
Flashback
end
“ dan benar kata Yoona kalau itu hanya masalah
perjanjian yang bermasalah, aku sudah mengurus semuannya” kata Hoonie Oppa
menjelaskan.
“ sekali lagi terimakasih Oppa “ kataku berterimakasih.
“ Hoonie....Jongie..”
Tiba-tiba suara Appa hadir di tengah argumen kakak
beradik yang sedang berlangsung ini. Suasana menjadi serius seiring dengan nada
suara Appa yang tak seperti biasanya, sangat serius. Semua orang terdiam
bersiap mendengarkan apa yang akan disampaikan Appa kali ini.
“ aku harap ini adalah yang terakhir kalinya aku
mendengar kalian melakukan ini pada istri-istri kalian, jika aku mendapati hal
ini terjadi sekali lagi aku sendiri yang akan membunuh kalian “ katanya serius
namun tetap tenang.
“ ne Appa...” jawab keduannya sambil menundukkan
kepala. Jonghyun semakin membenamkan kepalanya dipundakku.
“ Yeobo...” kata eomma membelai lengan Appa
mencoba menenangkannya meski dengan wajah sedikit khawatir.
Aku melihat Appa menganggukan kepalanya
menenangkan istrinya, seperti berkata semua baik-baik saja. Seketika wajah
eomma terlihat kembali cerah dan menyunggingkan senyum.
Sepanjang malam ini kami berbincang santai sambil
disertai argumen gaya anak kecil oleh dua bersaudara lelaki ini. Sementara
jonghyun tak beranjak juga dari posisinya. Masih memeluk pinggangku.
Kami seperti sebuah keluarga besar yang sangat
bahagia malam itu.
Saat jam menunjukkan pukul 10 malam, mereka semua
pamit pulang.
Sepeninggal mereka semua hanya tinggal aku dan Jonghyun
yang masih berada di ruang tengah.
“ aku mengantuk “ ucapnya manja.
“ pergi kekamarmu dan istirahatlah Jongie, kata
mereka kau tak tidur dengan baik beberapa hari ini” kataku sambil mengusap
lengannya yang masih melingkar di pinggangku.
Dia lalu meraih remote tv dan mematikannya. Lalu
dengan tiba-tiba dia menarik tanganku menuju kamarnya.
Aku yang kaget dan bingung lalu berseru padanya.
“ Waegurae ??” tanyaku bingung tapi membiarkannya
masih menarik tanganku.
Dia tak menjawab pertanyaanku dan terus berjalan,
dia membuka pintu kamarnya dan mendudukkan aku di kasurnya.
Aku masih mengamatinya yang kini melepaskan jaket
yang dikenakannya tadi dan kini menyisakan kaus putih berlengan pendek.
Dia naik keatas kasurnya di sisi lain dari
tempatku duduk dan menarik tanganku untuk berbaring disampingnya. Dia kembali
memelukku.
“ tidurlah disini malam ini, aku tak ingin kau
menghilang lagi ketika aku bangun pagi nanti “ katanya mulai memejamkan
matanya. Aku hanya mampu menatap wajahnya yang tepat berada di depan mataku.
Dia terlihat lebih tampan dalam radius sedekat ini, batinku.
“ Jangan pernah lakukan itu lagi Yoong, jangan
pernah lagi meninggalkanku sendiri” ucapnya masih memejamkan mata, aku pikir
dia sudah mulai tertidur tadi.
“ I can’t..... I can’t live without you”
Tanpa sadar aku tersenyum mendengar perkataannya.
Apakah dia benar-benar tak hanya membutuhkanku untuk menyiapkannya makanan
untukknya saja ?? benarkah dia tak bisa hidup tanpa aku disampingnya ??? Oh
God, I feel so happy tonight just to heard that.
“ I love you Yoona..... saranghae My Love” katanya
dengan lembut dan mengeratkan pelukannya padaku.
Seketika itu pula air mataku meleleh. Aku terharu,
benarkah apa yang aku dengar barusan ??
benarkah suamiku baru saja mengatakan bahwa dia mencintaiku ???
Oh God
.... Thank you... I just Feel so right, Now. Everyting to good to be true, I
think.
Tanpa sadar aku telah bergeser, menyandarkan
kepalaku di dadanya dan membalas pelukannya.
“ Nado saranghae, Jonghyun” balasku dengan lembut.
Kami tertidur saling berpelukan satu sama lain
malam ini.
This
night is a greatest night I ever felt in my life. Thank you My love.
Jonghyun POV
Aku begitu bahagia ketika Yoona berkata bahwa dia
juga mencintaiku, dan membalas pelukanku. Yang aku pikirkan saat itu hanyalah.....
Malaikatku
telah kembali memelukku.
Aku
berjanji pada diriku sendiri dan kepada Tuhan, aku tak akan pernah membiarkan
diriku melukainya lagi. Pernah kehilanganya sekali saja mampu membuatku
kehilangan arah, aku tak akan membiarkan itu terjadi untuk kedua kalinya.
Aku akan benar-benar
melakukan janjiku saat dihari penikahan kami dulu. Aku akan membuatnya bahagia
dan menjaganya mulai sekarang.
I
CAN’T.... I CAN’T LIVE WITHOUT YOU
Aku benar-benar tak bisa hidup bila tanpa dia.
Saat
berada di sampingnya seperti ini merupakan hal yang paling baik yang pernah
terjadi dalam hidupku.
I Feel so
Right when I’m with you, My Love..........
~~~~~~~~~~~~~~~END~~~~~~~~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar