PRICELESS
GIFT
(DEERBURNING BIRTHDAY PROJECT)
Author : BlossomJjong a.k.a Seffya
Title : Priceless Gift
Main Cast : Im
Yoona & Lee Jonghyun
Other
Cast: Kwon Yuri , Lee
Seohyun, Jung Yonghwa, Choi Minho, Kim Hyera (OC), and Other.
Desclaimer : The cast are
belong to God and Themselves. The story originally by me that imagination come
from God.
Genre : Romance, Family
Author Note : This story is my
third FF and I also prepare it to
celebrate the DeerBurning Birthday. It will be Twoshoot story. Enjoy Reading
and Happy DeerBurning Day!! J
Jonghyun POV
Aku duduk seorang diri di kafetaria kantor
memandang ke luar jendela. Sudah sejak beberapa saat lalu aku hanya duduk
disini dan melamun. Pikiranku sedang dipenuhi beberapa hal yang terus
berputar-putar tanpa henti sejak dua hari lalu.
“ Yah!!
Ireona..” seseorang datang dan melambaikan tangannya di depan wajahku mencoba
menarik perhatianku.
Ku
tolehkan kepalaku kepadanya dengan wajah cemberut karena telah menggangu
ketenanganku barusan. Orang itu,
Jung Yonghwa, sahabatku, kini sudah membuat
dirinya
duduk nyaman dikursi di
hadapanku.
“ apa lagi kali
ini...??” alisnya mengerut saat
bertanya, menyelidik. Aku tahu dia mengenalku
dengan terlalu baik. Dia menyadari
perubahan sikapku ini, dan memastikan ada sesuatu yang terjadi.
“ Seohyun pasti sudah
memberitahumu,
bukan ??” tanyaku balik, tak berminat untuk membicarakannya.
Lee Seohyun, adikku, dia
adalah kekasih sahabatku ini, mereka sudah saling mengenal sejak kecil tapi
mereka baru saja meresmikan hubungan mereka sekitar 2 tahun lalu.
“ kau masih saja
memikirkan hal itu ??” benar saja, Seohyun
pasti telah memberitahunya.
“ Dan batas waktunya tinggal
satu bulan lagi, bukan
??” katanya mengingatkan.
“ Hmm... dan aku
belum juga menemukan jalan
keluarnya..” jawabku dengan menghela nafas
berat.
Yonghwa tak
mengatakan apa-apa lagi. Dan suasana
menjadi hening hingga beberapa saat.
“ ehm… aku punya saran untuk mengatasi masalahmu ini,
tapi… mungkin ini agak sedikit… aneh untukmu “ ujarnya dengan tak nyaman
Aku
tiba-tiba jadi merasa was-was menantikan saran darinya itu. perasaanku juga
menjadi sedikit gusar karena katanya tadi kalau saran itu mungkin akan
terdengar aneh untukku.
“ Biro Jodoh..” hanya dua kata, dan itu sudah mampu menjelaskan
semuanya apa yang disarankannya untuk ku lakukan.
“ Mwoo ???” orang ini benar-benar membuatku tak habis pikir, dari
mana dia bisa mendapatkan ide gila semacam ini.
****
Aku berjalan
menuju sebuah bangunan yang terlihat
minimalis. Tampak asri dan indah tapi juga terlihat sepi.
Ku
cek sekali lagi alamat yang kucari di ponselku, memastikan bahwa aku memang
tidak keliru.
“ Eoseo euseo..”
seorang gadis muda menyapaku seketika
ketika aku membuka pintu kaca itu.
“ Ada yang bisa saya bantu, Tuan “ tanya gadis itu ramah. Penampilannya rapi dan penuh senyum.
“ Ehh Nee. Aku yang menelepon tadi.
Nama ku Lee Jonghyun.” Jawabku seketika.
“ Ochh...
baiklah Tuan. Mari ikut saya “ Gadis itu langsung mengarahkan aku menuju sebuah
ruangan yang juga berpintu kaca yang agar terletak di pojok.
‘ Biro Jodoh
Blossoms’ tercetak di pintu itu.
Aku mengaku kalah pada Yonghwa. Dan disinilah aku
sekarang , di kantor sebuah Biro jodoh yang direkomendasikan olehnya, alasanya
adalah dia
mengenal pemilik tempat jasa ini. Aku berharap aku bisa meminta pertanggungjawabannya
jika saja semua ini tak berjalan sesuai rencana.
Keputusan ini tidak diambil tanpa pertimbangan yang
sudah kupastikan benar-benar, melihat dari segara aspek. Terlebih bahwa hal ini
akan memberikan aku solusi bukannya masalah yang baru.
Memikirkannya membuatku teringat kembali kepada apa
yang menjadi penyebab utama masalah ini bisa terjadi.
Flashback
“ Jongie.... Bulan depan kau sudah berusia 25 tahun, tapi
sepertinya kau tak pernah terlihat mempunyai hubungan yang serius dengan
seorang gadis, kau terlalu lama bermain-main, lihat adik mu Seohyun, dia bahkan
sudah mempunyai hubungan yang semakin serius dengan Yonghwa sekarang” Kata Appa
tiba-tiba saat makan malam keluarga 2 minggu
lalu.
“ aku tak main-main Appa “ jawabku menyangkal.
“ tapi kau tak pernah membawa seorang gadis pun
untuk di kenalkan kepada kami” katanya menepis sangkalanku.
“ dia terlalu banyak tebar pesona Appa “ Seohyun
yang duduk di sebelah Eomma ikut
menyahut, dan menggoda ku juga tentunya. Menambah panas suasana.
“ Museun Soeriya ?? tebar pesona apanya ??” seru ku pada seohyun dengan
ekspresi kesal.
“ apa kau tak tahu, di kantor, di Mall, bahkan di
kampusku saat kau mengantarkanku, para wanita dan gadis-gadis itu selalu
berbisik-bisik, bergosip bahkan ada yang berteriak histeris saat melihatmu,
teman-temanku di kampus selalu menanyakan padaku apa kau sudah memiliki kekasih
atau belum, aku sampai pusing dibuatnya. Dan Oppa.... cepatlah memiliki kekasih
atau mungkin istri agar mereka berhenti bertanya-tanya lagi padaku, itu mulai
mengganggu ku” jelas seohyun panjang lebar mengungkapkan kekesalannya.
“ acuhkan saja lah... tak usah ditanggapi “ kataku
tak peduli.
“ aishhh... kau ini benar-benar,...” dia jadi semakin kesal.
“ benar kata Seohyunnie, Jongie.... kau sudah
semakin dewasa sekarang, cobalah untuk menjalin hubungan yang lebih serius “
kini eomma yang ikut berpendapat.
“ aku sedang tak ingin memikirkan hal itu Eomma “
tolakku halus.
“ masih banyak yang ingin aku kerjakan, dan memiliki
hubungan yang serius dengan seseorang merupakan hal terakhir yang terlintas
dalam pikiranku “ tambahku
“ jangan seperti itu jongie.....”
“sebenarnya....
ada seorang sahabatku yang memiliki seorang anak perempuan, aku ingin
mengenalkan kau padanya “ kata-kata Appa itu terlontar tiba-tiba dan membuatku mengalihkan
pandanganku tertuju kearahnya.
“ apa Appa berencana menjodohkanku..??” tanyaku
tajam.
“ aniyaa... aku hanya ingin kalian saling mengenal
saja “ katanya menolak istilah perjodohan itu yang aku tahu tak jauh dari apa yang dipikirkannya.
“ Tapi aku yakin tujuan akhirnya juga akan bermuara
kesana “ sahutku sinis.
“ Jongie,....” Eomma memperingatkanku karena nada
bicaraku yang tak lagi sopan.
“ tak ada salahnya bukan, siapa tahu kalian memang
berjodoh”
“ dan aku akan mengundang mereka ke pesta ulang
tahun mu bulan depan” Appa benar-benar telah merencanakan semua rupannya.
Bagaimana bisa dia melakukan hal ini padaku.
“ aku menolak semua rencanamu Appa “ jawab ku
mencoba tenang dan menahan amarahku.
“ kalau begitu tunjukkan penolakanmu dan buktikan
bahwa kau memiliki sesuatu yang lebih baik dari rencana itu, bawa gadismu ke
pesta ulang tahunmu bulan depan dan kenalkan kepada kami” kata Appa tegas. Kami
bertiga melihat ke arah Appa dengan wajah terkejut luar bisa.
Siapapun di keluarga ini tahu jika aku tak sedang memiliki
hubungan khusus apa lagi yang serius dengan seorang wanita. Dan mana mungkin hal
itu akan terjadi jika begitu keadannya, mustahil!!
“ Apa kau mencoba memaksaku, Appa ??” tanyaku masih
tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya.
“ Kau sudah dewasa sekarang, berhentilah
bermain-main, setidaknya jika kau mempunyai seseorang kau akan lebih fokus dan
bersemangat dengan apa yang kau kerjakan sekarang dan nantinya, siapa tahu,
cepat atau lambat statusmu di perusahaan akan berubah Jongie, aku ingin
melihatmu yang telah bertanggung jawab saat aku menyerahkan semuannya “ Kata Appa
masih dengan nada tegasnya. Tak ada gunanya lagi mendebat jika sudah seperti
ini.
Flashback end
“ Yong eonnie,
Yul eonnie, ini tuan Lee Jonghyun sudah datang “ kata gadis itu pada dua orang
gadis lain yang sedang duduk di mejanya masing-masing dalam ruangan itu.
Mereka mendongak ke arah pintu,
menghentikan sejenak apapun yang sedang
mereka
kerjakan sebelumnya.
“ Silahkan masuk Tuan…” gadis itu membuka pintu semakin
lebar.
Kedua gadis tadi
langsung berdiri menyambutku dan mempersilahkan aku duduk di sofa di tengah
ruangan itu.
“ annyeonghaseyo,
kami adalah pemilik biro jodoh ini, aku Kwon Yuri dan ini Im Yoona“ katanya
memperkenalkan diri dengan senyumnya yang manis dan ramah.
“ annyeonghaseo,
Im Yoona imnida” gadis yang bernama Yoona itu menjabat tanganku mantap.
“ Lee Jonghyun
imnida” balasku tersenyum ramah.
Aku mendudukan
diri diseberang sofa yang ditempati
oleh mereka yang kini sedang sibuk
menyiapkan beberapa kertas seperti formulir, dan buku catatan. Sepertinya itu adalah
alat yang mereka butuhkan untuk mewawancarai para klien. Aku menunggu dengan
sabar sambil melihat-lihat kesekeliling dalam ruangan ini.
“ baiklah, Lee
Jonghyun ssi sebagai tahap pertama kita akan...” belum habis gadis bernama Im
Yoona itu membuka percakapan,
aku buru-buru memotongnya.
“ maaf, apakah
kalian sudah makan siang ??” tanyaku kemudian.
“Nee...??”
Aku melihat
keduanya mengerutkan dahi bingung sambil terus menatapku.
“ aku belum sempat
makan siang tadi, jadi apakah tidak apa jika kita melakukan wawancaranya sembari
makan siang “ kataku menjelaskan.
“ Oh... tentu
saja Jonghyun ssi, jika itu yang membuat anda nyaman “ kata gadis bermata rusa
itu sambil menyunggingkan senyum.
“ bukankah
begitu eonnie ?” dia mengalihkan pandangannya kesamping, kearah gadis
disebelahnya.
“ tentu saja,
tapi maaf aku tak bisa ikut, ada klien yang harus aku temui, tak apa kan jika
kau sendiri saja yang melakukan konsultasinya, Yongie “ Jawab gadis itu dengan
wajah yang sedikit menyesal.
“ Gwaenchana
eonnie “ Jawab Im Yoona dengan senyuman meyakinkan.
“ Baiklah
Jonghyun ssi, jadi
kita akan makan siang dimana ??” tanyanya beralih menatapku.
“ aku tahu kafe
di dekat sini, kurasa tempatnya nyaman, kita bisa makan siang disana..” dia hanya mengangguk setuju.
“ Oke...
tunggulah sebentar, aku akan menyiapkan beberapa berkas yang dibutuhkan “ dia lalu beranjak pergi ke
mejanya. Beberapa saat kemudian dia sudah siap dengan tas nya , dan kami
berjalan keluar dari kantor ini.
“ Kau bisa
mengendarai mobilmu lebih dulu, dan aku akan mengikutimu dibelakang“ katanya
ketika aku sudah membuka pintu mobil sport ku. Dia akan beranjak pergi kearah
mobilnya saat
aku menghentikannya.
“ kita naik mobilku saja “ saranku. Dia terpaku beberapa
saat dan masih memandangi ku yang telah masuk dan duduk di kursi kemudi. Sepertinya dia tak terbiasa tidak mengendarai mobilnya
atau karena dia tak nyaman berada satu mobil denganku, entahlah.
“ ayolah, apa
kau akan terus disana sampai tua, aku sudah lapar “ panggilku mencoba menyadarkannya
yang masih berdiri seperti patung dipinggir jalan itu.
“ ahh nee...” dia sedikit terkesiap. Sudah sadar dia rupannya.
Dia langsung berjalan ke arah pintu penumpang disebelahku dan melompat kesana.
Kafe itu tak
jauh dari kantor biro jodoh ini, 10 menit perjalanan dan sampailah kami disana.
Kami masuk
kedalam kafe yang tak seberapa besar ini namun suasananya terasa begitu nyaman.
Aku sudah beberapa kali datang kemari bersama teman-temanku, makanan yang tersedia
pun tak kalah lezat, apa lagi untuk mengobrol santai, ditemani berbagai macam
minuman berbahan dasar kopi.
“ kau bisa
mengisi ini dulu “ katanya mengangsurkan selembar kertas formulir ke hadapanku sesaat
setelah pesanan kami datang.
Aku mengamati
kertas itu dan mulai mengisi pertanyaan-pertanyaan yang tertera di sana dalam
diam.
Kriteria :
1. Penampilan Menarik
2. Tinggi
proporsional
3. Muda
4. Berkebangsaan
Korea
Aku
menuliskan beberapa kriteria yang ingin
aku cari melalui biro jodoh ini.
Aku mengembalikan kertas itu yang kemudian langsung
diteliti olehnya.
“hmm... apakah
ada hal lain yang ingin kau tambahkan atau keinginan khusus lainnya “ Tanyanya
setelah selesai meneliti formulir itu.
“ aku ingin aku
sudah mendapat pasangan sebelum hari ulangtahunku “ pintaku.
Dia melihat
kembali kertas formulir itu.
“ ahh… tanggal 15 bulan
depan, baiklah, bisa diusahakan “ katanya menyetujui. Tak terlihat sedikitpun ketidakpercayaan diri
darinya. Dan itu saja sudah bisa membuatku mulai mempercayainya.
“ Baiklah, kami
akan segera mengatur jadwal blind
date mu, kami akan menghubungi mu lagi jika sudah menemukan wanita yang sesuai
dengan kriteria yang tertulis di formulir ini “ katanya menjelaskan prosedur
yang akan aku lalui.
“ baiklah...”
kataku menyetujui.
Kami
menyelesaikan makan siang ini dengan diselingi beberapa obrolan ringan, aku
merasa dia adalah orang yang gampang sekali bergaul dan humble, tentu saja dia
membutuhkan kemampuan itu untuk pekerjaannya ini.
Aku mengantarkan
dia kembali ke kantornya dan kami berpisah disana, dan kembali ke kantorku
sendiri setelahnya.
***
First Blind Date
Aku memasuki
sebuah resturant, sore ini aku akan menemui wanita yang telah dipilih oleh biro
jodoh itu untuk menjadi pasangan blind date ku. Setelah 5 hari sejak pertemuan
itu, Kemarin Yoona meneleponku dan mengatakan bahwa kencan ku sudah ditentukan,
hari ini jam 5 sore.
Aku mengedarkan
pandanganku ke setiap sudut dalam restaurant ini, aku mencari sosok wanita yang
kriteria dan fotonya dikirimkan oleh Yoona kemarin. Dan aku menemukannya.
Dia duduk di
meja agak dipojok ruangan sambil memainkan ponsel ditangannya.
“ Choi sulli ssi
“ aku memanggilnya ketika aku sudah berdiri di samping tempat duduknya.
“ Ah..Nee...Lee
Jonghyun ssi ??” dia mengalihkan pandangannya dari ponsel ditangannya dan
menoleh kearahku. Dia berdiri dan mengulurkan tangannya menjabatku.
“ Nee..” jawabku
lalu aku mendudukan diri di kursi yang ada didepannya setelah menjabat
tangannya.
“ bagaimana
kalau kita pesan makanan dulu “ ajaknya dan membuka buku menu yang tersedia di
di atas meja.
Beberapa saat
lalu pesanan kami telah sampai di meja. Dan kami mulai makan sambil mengobrol
santai.
Gadis di
hadapanku ini cukup masuk dalam kriteriaku. Wajahnya cantik dengan rambut
sepunggung yang digerai bebas. Tingginya cukup proporsional dengan balutan
dress selutut bermotif bunga sangat cocok melekat di tubuhnya.
“ Bolehkah aku
bertanya sesuatu ? “ tanyanya tiba-tiba ketika kami baru saja menyelesaikan
makanan kami.
“ Nee.. silahkan
“ jawabku sambil menyesap ice americano ku.
“ aku dari tadi
penasaran sekali, kenapa pria tampan dan mapan sepertimu mau mengikuti acara
blind date seperti ini ??” tanyanya mengungkapkan keheranannya.
“ aku pastikan,
semua wanita akan rela menjadi pasanganmu jika kau menginginkannya, apa kau
mengikuti blind date ini atas permintaan teman atau orang tua mu ?” tanyanya
lagi.
“ aku melakukan
ini atas kemauanku sendiri” jawabku santai.
“ lalu bagaimana
dengan kau sendiri ?? apa kau melakukan hal ini juga karena orang lain ?” aku
berbalik bertanya padanya.
“ aku melakukan
hal ini juga atas keinginanku sendiri “ jawabnya jelas.
“ wae..??” aku
cukup penasaran mendengar pernyataannya.
Dia terlihat tak
begitu buruk. Wajahnya yang cukup cantik pasti akan mampu memikat pria yang
mungkin diinginkannya. Dia juga gadis yang terlihat mudah bergaul. Lalu kenapa
dia harus memilih untuk mengikuti acara blind date seperti ini. Apa dia hanya
bermaksud untuk bersenang-senang saja dengan pria-pria yang dikenalnya melalui
acara ini.
“ aku tak bisa lagi
percaya pada pria-pria hasil pilihanku sendiri “ katanya mulai menjelaskan.
“ mereka semua
yang mendekatiku hanya memanfaatkan diriku saja. Kecantikan, harta,
kepolosanku, semuannya. Mereka semua pria-pria yang jahat dan selalu
mempermainkan hatiku.... Blaaa....blaa...blaa... beberapa dari mereka bahkan
pernah menjadikan aku sebagai bahan taruhan...bla...blaa...blaa.... ( dia berbicara tanpa henti dengan sangat
emosional ) mereka tanpa aku sadari
telah merongrong hartaku dengan permintaan mereka yang seenaknya...blaa...blaa...blaa....(
aku mulai bosan dan melirik jam tanganku ) kau tahu, mereka bahkan tak pernah
merasa bersalah setelah melakukan semua itu padaku....Bla..blaa...bla...(
ohh... aku mulai ilfil sekarang, dia begitu banyak bicara rupannya )
Ohh,,,benar-benar, aku sebenarnya ingin membalas mereka satu per satu suatu
saat nanti....bla...bla...bla.... ( dia menggerakkan tangannya ke segala
arah..... aku benar-benar pusing dibuatnya ) ( aku meraih ponselku dan mengetik
sebuah pesan dari bawah meja )
From: Jonghyun
To : Yong Hyung
Telpon aku
sekarang ....
Sent.....
Dia tetap
berbicara tanpa henti tak mempedulikan aku yang sudah mati bosan karenanya.
“ jadi aku
berpikir mungkin akan menemukan pria yang baik dari blind date ini “ katanya
mengakhiri penjelasannya yang sungguh sangat tak terduga lebarnya.
Dan disaat yang
bersamaan ponselku berbunyi nyaring,
Yeahh...
Yonghwa hyung
benar-benar menuruti permintaanku rupannya. Dia menelepon disaat yang sangat
tepat.
Aku meminta izin
padanya untuk mengangkat panggilanku dan dia mengijinkanku untuk pergi menjauh
sejenak.
“ Wae,... kenapa
kau meminta ku untuk meneleponmu??....apa sesuatu terjadi padamu??... apa kau
terluka??..... apa ada yang kau butuhkan ??” tanya tanpa henti dengan nada
cemas.
“ Gwaencana Hyung
“ jawabku menenangkan. Aku tersenyum mendengarkan suaranya yang panik.
“ Gomawo... Aku
berhutang padamu...” kataku lagi yang berhasil membuatnya semakin bingung.
“ apa maksudmu,
apa kau sedang ingin bermain-main denganku ??” tanyanya bertambah penasaran.
“ aku akan
ceritakan semuannya nanti.... aku tutup teleponnya sekarang “ kataku mengakhiri
panggilan ini.
Aku kembali ke
meja dimana aku meninggalkan gadis itu tadi. Dia melihatku mendekat dan
mengamati langkahku.
Aku kembali
duduk di tempatku semula dan berbicara padanya yang masih terus menatapku.
“ Sulli-ssi...
mianhae... sepertinya aku harus menghadiri sebuah meeting di perusahaan ku
sekarang, jadi aku akan pergi lebih dulu, kau tak keberatan bukan ? “ kataku
padanya. Aku tak mencoba berbohong padanya. Aku benar-benar tak sedang
berbohong. Aku serius. Aku memang ada rapat malam ini jam 8. Meskipun ini baru
jam 7 malam, bukankah tak apa jika aku datang lebih cepat dari biasannya.
Lagipula aku tak ingin mengambil resiko harus ketiduran saat rapat nanti karena
telingaku sudah penuh oleh penjelasan panjang lebar yang baru saja disampaikan
oleh gadis di hadapanku ini, akan sangat tidak lucu jika aku jadi ikut-ikutan
mendadak ilfeel mendengar rancangan-rancangan yang disampaikan oleh staff kami
nanti yang tentunya juga sangat panjang lebar. Kredibilitasku akan menukik
tajam jika sampai itu terjadi.
“
ohh...gwaenchana...” jawabnya meski terlihat sedikit kecewa.
“ baiklah, aku
akan membayar bill nya.... kalau begitu aku pergi dulu sulli-ssi, senang bertemu
denganmu “ pamitku dan beranjak dari kursiku.
“ hubungi aku
jika kau merasa tertarik denganku, aku mulai berpikir kau adalah pria yang baik
untukku “ katanya sebelum aku benar-benar melangkahkan kakiku.
Aku sempat
terkejut juga, tapi aku langsung dapat mengatasinya.
“ Nee...”
jawabku singkat dan kemudian berlalu dari hadapannya yang diiringi oleh
senyuman di wajahnya, penuh harapan.
Sampai diluar
bangunan kafe itu aku menghela nafas lega. Dia benar gadis yang baik dan polos,
tapi aku tak menyangka jika dia juga suka sekali berbicara panjang lebar tanpa
memperdulikan keadaan sekitarnya lagi, bahkan orang yang diajaknya bicara
sekalipun . Benar-benar diluar dugaanku. Sepertinya aku harus menghubungi biro
jodoh itu lagi untuk mengkoreksi kembali dan menambah kriteria dari calon
pasanganku nanti. Jangan sampai ini terulang lagi.
Setelah rapat
malam itu, aku kembali menghubungi Yoona melalui nomor pribadinya. Aku
mengungkapkan semua apa yang terjadi di kencan pertamaku tadi, dan rencana
penambahan kriteriaku.
“ Apa kencan
hari ini berjalan lancar ?? “ tanyanya bersemangat.
Dia telah
mengizinkan aku untuk kapanpun dapat meneleponnya melalui nonor pribadinya jika
aku mempunyai masalah atau apapun dengan kencan yang telah dia rencanakan. Jadi
aku tak merasa canggung dan malah cenderung tak perduli jika aku meneleponnya
malam-malam seperti ini. Toh sepertinya dia tak keberatan dengan hal itu.
“ aku rasa tidak
” jawabku singkat.
Aku mengeringkan
rambutku yang basah dengan handuk. Aku baru saja pulang dari meeting malam tadi
dan langsung mandi dan menelepon Yoona kemudian. Aku duduk di tepi ranjangku
dengan ponsel menempel ditelingaku sekarang.
“ wae... apa kau
tak tertarik padanya ??” tanyanya sedikit kecewa, karena dengan itu dia merasa
telah gagal di langkah pertama untuk menemukan teman kencan yang pas untukku.
“ aku cukup
tertarik, dan dia juga gadis yang mendekati kriteriaku, tapi setelah berbicara
dengannya, aku bepikir untuk menambah satu lagi kriteriaku “ kataku
mengungkapkan pemikiranku tentang kencanku tadi.
“ Hmm... apa itu
?” tanyanya penasaran.
“ Untuk
selanjutnya jangan pilihkan untukku gadis yang terlalu banyak bicara “ pintaku
padanya, sebagai tambahan kriteriaku.
“ Oh,,, wae ??
apa Choi Sulli-ssi begitu banyak bicara ??” tanyanya lagi.
“ apa kau tak pernah
berbicara dengannya.... ahh..aku tak menyangka kupikir dia gadis yang kalem “
kataku lagi mengingat bagaimana dia tadi seperti membacakan khotbah untukku.
“ Aku pernah
berbicara dengannya... dia memang sedikit aktif dalam berbicara, apa lagi saat
dia begitu tertarik dan bersemangat tentang sesuatu... dan kupikir karena kau
termasuk orang yang tak banyak bicara jadi dia mungkin dapat mengimbangimu “
jelasnya tentang padangannya terhadap kami berdua.
“ aku memang tak
banyak bicara tapi bukan berarti aku butuh seseorang yang banyak bicara untuk
mengimbangiku, aku cukup terbuka dengan orang yang membuatku nyaman. “ jelasku
tentang pandanganku terhadap diriku sendiri.
“ hahaha...
baiklah... aku akan lebih memperhatikan poin itu ketika aku memilihkan wanita selanjutnya
yang akan berkencan denganmu.” Jawabnya santai.
“ baiklah...
cepatlah tidur ini sudah malam “ kataku tak sadar memperingatkannya.
“ hahaha.... wae
??” dia terkekeh mendengarku mengatakan hal itu.
“ Yah... Lee
Jonghyun ssi apa kau mencoba memberi perhatian padaku, ini bukan kau sekali ”
katanya mencibir. Dia mungkin berpikir kalau aku adalah seorang pria yang
dingin dan cuek selama dia mengenalku. Dan kini dia seperti tak percaya aku
mengatakan hal ini padanya.
“ Wae... ?? aku
hanya ingin kau cepat tidur sehingga pikiranmu kembali fresh esok hari dan
dapat berpikir jernih untuk menemukan gadis yang pas untukku segera, kau tahu
kan deadline nya semakin dekat “ jelasku atas kata-kataku tadi.
“ Baiklah... dan
kau juga harus segera tidur agar tetap tampan dan segera menemukan jodohmu “
balasnya mencibir.
“ Itu semua
tergantung pilihanmu, Im Yoona-ssi “ jawab ku serius.
“ arraseo...,
aku akan lakukan yang terbaik “ katanya yakin.
“ Hmmm...
tidurlah.... aku akan menutup teleponnya “ jawabku mengerti maksudnya.
“ hmm.. aku akan
meneleponmu nanti untuk jadwal kencanmu berikutnya “ katanya memberitahuku.
“ hmm...
annyeong..” tutupku
“ annyeong”
***
Blind date
selanjutnya di jadwalkan lagi 3 hari
kemudian. Cukup cepat juga mereka menemukan wanita-wanita yang mereka pikir cocok
dengan kriteria ku. Ini mungkin karena deadline ku yang hanya sebulan itu. aku
harap yang kali ini tak akan gagal, setidaknya aku akan sedikit tertarik.
“ kau akan pergi
kemana Jongie...” aku bertemu dengan Yonghwa di lorong saat baru saja aku
keluar dari ruanganku untuk menghadiri kencan butaku yang kedua.
“ Oh..
Hyung...aku akan keluar sebentar “ jawabku sekenanya.
“ ini sudah yang
keberapa ??” tanyanya lagi.
“ Yang kedua “
jawab ku singkat.
“ Baiklah.... semoga yang ini akan berhasil “
katanya memberiku semangat.
“ Hmm... aku
pergi hyung...” pamitku sambil berlalu.
“ O... hati-hati
dijalan “ katanya sedikit berseru.
Beberapa saat
aku berkendara menyusuri jalan akhirnya aku sampai di sebuah kafe. Aku
memarkirkan mobilku dan berjalan ke dalam kafe itu.
Aku duduk di
sebuah meja sambil menunggu pasangan kencanku yang nampaknya belum datang. Aku
mengecek kembali foto dan kriteria yang dikirimkan oleh Yoona kemarin.
Aku dan Yoona sekarang semakin dekat, kami bukan
lagi seorang agen dan klien. Kami telah menjadi teman sekarang. Dan aku menjadi
lebih nyaman mengungkapkan semua perasaan dan keinginanku tentang kencan buta
ini. Kami berhubungan setiap hari walaupun hanya melalui telepon, dia memang
agen yang baik, selalu menanyakan pendapatku dan manyampaikan perkembangan
kencan buta ku yang telah direncanakan olehnya.
Seorang gadis
dengan rambut pirang datang menuju mejaku, berjalan begitu anggun, bak model.
“ Kau Lee
Jonghyun-ssi??” tanyanya padaku sebelum mendudukkan dirinya di kursi di hadapanku.
“ Benar...
silahkan duduk “ kataku mempersilahkan dia duduk.
Kami berjabat
tangan setelah dia duduk.
“ Jung
sooyeon... tapi kau bisa memanggilku Jessica “ dia memperkenalkan dirinya.
Dari obrolanku
yang sudah berjalan beberapa waktu aku tahu kalau dia adalah seorang model. Dan
Yoona sepertinya benar-benar menepati janjinya untuk memperhatikan poin ‘ tak
terlalu banyak bicara’ itu. Jessica memang
tak banyak bicara tapi aku rasa dia sedikit terlalu serius. Sejak tadi aku
hanya melihatnya tersenyum sekali sampai dua kali saja. Apa seorang model
memang harus memiliki ekspresi wajah dingin dan serius seperti itu ??
“ Ohh... Ya..
Jonghyun-ssi aku dengar kau baru akan menginjak usia 25 tahun bulan depan ??”
tanyanya tiba-tiba.
“ Nee...
majayo... waeyo ??” jawabku balik bertanya.
“ Wah... tapi
pembawaanmu terlihat lebih dewasa dari usiamu. Aku sempat tak percaya saat aku
tahu usiamu baru 25 tahun, ketika berbicara denganmu. Ku kira kau seumuran
denganku atau lebih” katanya dengan wajah tak percaya.
“ memang berapa
usiamu Jessica-ssi ??” tanyaku yang penasaran.
“ tahun ini aku
berusia 26 tahun “ jawabnya singkat.
Oh Sial...
Yoona mengabaikan satu poin kriteriaku rupanya.
“ apa kau
memasukkan kriteria kisaran usia seseorang yang akan kau jadikan pasanganmu
Jonghyun-ssi ??” tanyanya lagi.
“ Nee...
sebenarnya aku menginginkan seseorang yang lebih muda dariku untuk menjadi
pasanganku “ jawabku jujur.
“ Begitukah....”
ucapnya singkat sambil mengangguk-anggukan kepalannya ringan.
“ apa kau
memasukkan kriteria usia juga Jessica-ssi ?? “ Tanyaku balik padanya.
“ Aku tidak
memasukkan kriteria itu. aku berpikir seseorang dari kisaran umur berapapun
jika aku merasa nyaman saat berbicara dengannya, maka tak akan jadi masalah “
jawabnya jujur.
“ pikiranmu
begitu terbuka rupannya “ pujiku sambil tersenyum. Dia benar-benar wanita
dewasa yang berpikiran terbuka meskipun ekspresi wajahnya sedikit terlalu
serius dan dingin.
Bagaimanapun aku
belum yakin dia cocok untukku, kembali lagi, aku juga orang yang cukup serius
di hal-hal tertentu, dan aku tak tahu apa yang akan terjadi jika kami bersama,
mungkin akan muncul perdebatan yang menimbulkan konflik berkepanjangan. Aku tak
tahu, mungkin aku berpikir terlalu panjang tapi aku mempunyai firasat itu.
Mungkin aku lebih membutuhkan seseorang yang akan membawa suasana ceria pada
diriku yang kadang terlalu serius dan mudah marah. Dan aku pikir aku akan
menemukan sifat itu dari seseorang yang lebih Muda dariku.
“ Tapi sepertinya
aku bukan yang kau harapkan “ jawabnya sambil tersenyum.
“ tapi walaupun
begitu, aku senang telah bertemu dengan mu Jonghyun-ssi, siapa tahu di masa
depan kita bisa menjadi teman atau mungkin juga bisa bekerjasama “ simpulnya
masih dengan senyuman.
Aku senang dia berpikiran
seperti itu, setidaknya dia mengerti bahwa dia tak masuk dalam salah satu
kriteriaku. Dan yang lebih melegakan lagi, dia menerimanya dengan lapang dada
dan penuh pengertian, mungkin karena sifatnya itu atau mungkin juga aku bukan
seseorang yang dicari olehnya.
“ aku harap
begitu “ jawabku tersenyum senang.
Kami menyudahi
acara kencan buta ini dan berpisah di depan kafe. kemudian aku berjalan ke arah
mobilku dan melaju pergi meninggalkan tempat itu.
***
“ bagaimana
kencanmu hari ini, apakah yang kali ini sesuai dengan kriteriamu ??” tanyanya
padaku sambil membawakanku secangkir kopi.
Aku pergi ke
kantor Yoona setelah acara kencan ku dengan jessica berakhir. Dia sempat kaget
ketika aku datang, karena aku memang tak memberi tahunya jika aku akan datang.
Tentu saja tak apa, aku klien bukan, jadi aku bisa datang kapanpun aku butuh
sesuatu menyangkut kencan buta ini.
“ well, dia
gadis yang cukup baik, dan memiliki pembawaan yang serius “ jawabku menghela
nafas pelan dan meminum kopiku.
“ jadi ??” dia
bertanya lagi, wajahnya menatapku menyelidik dengan senyum samar yang
mengisyaratkan harapan.
“ Hmm, tapi...”
kataku terpenggal.
“ Tapi ??”
senyumnya menghilang ketika aku mengatakannya, dia mengerutkan alisnya
penasaran.
“ kau sepertinya
mengabaikan salah satu dari kriteria yang aku tuliskan di formulir itu “
jawabku menatap balik padanya.
Dia terlihat
berpikir sejenak, mungkin dia bingung dengan apa yang ku maksudkan.
“ kau tahu
berapa umur gadis itu ?” tanyaku lagi, mencoba memberinya clue.
“ Hmm...
kira-kira 26 tahun... Wae ??” Jawabnya sedikit mengingat-ingat.
“ dan kau tahu
berapa umurku ??” tanyaku lagi, dia kelihatan bertambah bingung, apa aku yang salah memberi clue, atau dia
yang terlalu lambat berpikir, aishh... membuatku kesal saja...
“ bukankah 25
tahun, wae...?? dan kenapa kau menanyakannya, apakah ada hubungannya ?” alisnya
mengerut dan menatapku intens, dia benar-benar tak mengerti juga rupannya.
“ Apa kau masih
ingat kalau aku menuliskan kata MUDA di formulirku waktu itu ?” aku memberikan
penekanan pada kata muda itu, nadaku terdengar mulai kesal karena dia tak juga
dapat mengerti apa yang kumaksudkan.
“ tentu saja,
dan bukankah Jessica ssi juga masih muda dan cantik, dan kau tertarik padanya
bukan ??, dia juga sepertinya bukan gadis banyak bicara seperti kriteria
terakhir yang kau tambahkan setelah kencan pertamamu yang gagal “ ujarnya
yakin.
“ apa kau tak
tahu kalau yang kumaksud dengan MUDA itu adalah gadis yang berusia dibawah
usiaku ?? dan benar aku sedikit tertarik dengan kepribadiannya yang baik, tapi
dia terlalu serius untukku, dibandingkan dengan itu aku lebih memilih gadis
yang lebih muda dan ceria “ jelasku padanya .
“ seharusnya kau
menuliskannya dengan lebih spesifik Jonghyun-ssi, siapa yang akan tahu jika kau
hanya menuliskan kata MUDA dan tak menambahkan apa-apa lagi sebagai
keterangannya “ Dilihat dari nada suarannya dia sepertinya sedang menahan
kekesalannya.
Itu kan salahnya sendiri karena tak menuliskannya
dengan lebih spesifik, kenapa jadi aku yang dia salahkan “ (Yoona)
“ Yahh!! itukan
tugasmu sebagai agen kencan buta untuk mengerti seperti apa kriteria yang
diinginkan oleh klienmu “ seruku tak terima karena dia malah menyalahkan balik
diriku.
“ Kau ini,....
bukankah Jessica ssi juga terlihat masih muda, dan juga umur kalian hanya
berbeda satu tahun saja, bukankah itu tak jadi masalah, kenapa kau terlalu
pemilih sekali, Aigoo” ujarnya menumpahkan kekesalannya padaku.
“ tentu saja aku
harus pilih-pilih... aku ingin yang terbaik, aku membayar bukan untuk main-main
saja,... jika memang begitu aku hanya perlu menunjuk salah satu dari
gadis-gadis di luar sana,... kau tahu ini akan menentukan hidupku di masa
depan” jelasku sangat serius. Aku
melipat tanganku di dada dan menyandarkan punggungku di sofa, mengamati
ekspresinya.
“ hfftt..
arraseo... aku akan mengkoreksi ini lagi untuk kencan mu berikutnya “ jawabnya
setelah menghela nafas dalam.
Tiba-tiba
terdengar seseorang membuka pintu ruangan itu. aku dan Yoona menoleh bersamaan.
Yuri masuk dan terlihat kaget melihatku berada disini.
“ Ohh...
Jonghyun ssi kau ada disini rupanya... apa ada masalah dengan perencanaan
kencan buta mu ??” tanyanya sambil mendekat kepada kami yang duduk di sofa di
tengah ruangan.
“ Nee... hanya
ada sedikit masalah yang harus kami diskusikan lagi “ kataku menjawab rasa
penasarannya karena keberadaanku disana.
Sepertinya biro
jodoh ini bekerja via telekomunikasi seperti telpon dan sms. Mereka membuat
jadwal dan lainnya hanya melalui media itu. Mereka jarang atau bahkan tak pernah bertemu secara
langsung dengan kliennya jika bukan menyangkut hal-hal yang memang perlu
penanganan khusus seperti kasus ku ini. Maka itu kenapa kantor ini di design
tidak terlalu besar dan suasananya cenderung sepi.
“ ohh...
begitukah “ ucapnya sambil mengangguk-angguk mengerti.
“ Yoona-ya....
aku akan pergi sebentar, tiba-tiba saja tadi ada klien yang menelepon dan sepertinya
ada hal yang ingin dia ingin diskusikan
denganku, dan kau tahu, dia terdengar begitu emosional, aigoo... laki-laki itu
terlalu memiliki banyak kriteria” Yuri mengadu pada Yoona sambil mengemasi
barangnya.
“ Nee Eonnie,
Fighting!!” jawab Yoona menyemangati.
“ aku pergi
kalau begitu, aku pergi sekarang Yoona-ya, aku pamit dulu Jonghyun ssi “
pamitnya menuju kembali ke arah pintu.
“ nee Eonnie,
hati-hati “ serunya ketika sosok Yuri sudah tak terlihat tertelan di balik
pintu.
“ nee...”
jawabku lirih, meski aku tak tahu dia mendengarnya atau tidak.
“ hmm...ternyata
tak hanya orang ini saja yang terlalu pilih-pilih” ucapnya lirih sambil
menghembuskan nafas berat.
“ nee ?? “
tanyaku ketika aku seperti mendengar dia berucap sesuatu. Aku mungkin tak
mendengarnya dengan jelas tapi aku yakin dia sedang berbicara sesuatu yang
berhubungan dengan dirirku.
“ anniya..”
jawabnya singkat dan bangkit menuju meja kerjanya.
Ada apa dengannya ??
***
Tak tahu ada apa
dengan hari ini, aku seperti sedang terjebak dalam lingkaran gadis-gadis
histeris yang meneriakkan kata-kata yang tak kumengerti.
Pagi ini aku
mengantarkan adikku Seohyun ke kampusnya, ini gara-gara Yonghwa yang tak bisa
mengantarnya karena ada urusan yang harus dikerjakannya di kantor, dia memang
seseorang yang selalu sibuk dengan pekerjaanya, workaholic. Sesampainya aku di
gerbang kampus Seohyun, tiba-tiba saja beberapa gadis dan teman-temannya yang
lain berteriak histeris. Seketika aku dan Seohyun langsung mengalihkan
pandangan kami ke arah keramaian itu. Tak kusangka pandangan mereka malah
terarah pada kami, aku bingung sedangkan seohyun memutar bola matanya malas.
“ selalu
saja.....” ucapnya lirih sambil menghembuskan nafas berat.
Aku memandangnya
masih dengan kebingungan yang belum terjelaskan.
“ Seharusnya aku
sudah memperkirakan ini sebelumnya, Uhh.... mereka pasti akan mengikutiku lagi
kemanapun aku pergi nanti.... menyebalkan sekali” gerutunya sambil menjambaki
rambutnya ringan.
“ Wae.??
Memangnya kenapa ??” tanyaku tak mengerti kenapa dia menggerutu seperti itu
sebelumnya.
“ aku Lupa, aku seharusnya
tak meminta Oppa untuk mengantarkanku tadi, atau jika memang harus seharusnya
aku memakaikan masker padamu agar mereka tak melihatmu, atau seharusnya kita
memakai mobil Appa saja yang tertutup dan tidak terbuka seperti ini Oppa “
Seohyun mengocehkan sesuatu yang malah membuatku bingung. Dia bahkan
membandingkan mobil sport ku yang terbuka ini dengan mobil sedan Appa yang
memang memiliki design tertutup. Apa yang
dia katakan sebenarnya??.
“ hay
Hyunnie.... ada apa denganmu ? Apa maksud perkataanmu tadi ??” Tanyaku
memandangnya dengan alis berkerut.
“ Aniyyaa
Oppa.... “ jawabnya sambil melambaikan tangannya kekiri dan kanan.
“ Aku akan masuk
sekarang Oppa.... Segera pergi setelah aku turun dan jangan menebar pesona “
perintahnya.
“
Annyeong...” dia pamit dan turun dari
mobil setelah mencium sebelah pipiku. Dia langsung berlari masuk ke dalam
kampusnya
Walaupun
perasaan bingung masih menyelimutiku, aku menurut juga semua kata-katanya. Aku
sudah melupakan kejadian tak terduga yang terjadi di depan kampus itu dalam
perjalananku menuju ke kantor.
Di kantor,
ketika aku baru saja akan masuk ke dalam ruanganku, aku bertemu dengan Yonghwa
yang sedang berjalan membawa beberapa dokumen di tangannya, sepertinya dia
memang akan menuju ruanganku.
“ Hai Jongie...”
sapanya riang.
“ hai Hyung...
waeyoo? Ayo masuklah..” ucapku sambil membuka pintu lebar dan masuk ke dalam
diikuti Yonghwa.
“ ada beberapa
berkas yang harus segera kau tanda tangani untuk proyek J-tech yang akan segera
digarap” katanya sambil menyerahkan berkas-berkas yang dibawanya.
“ letakkan saja
di meja Hyung, aku akan mempelajarinya terlebih dahulu “ kataku sambil melepas
mantel yang tadi ku kenakan dan menggantungnya di ujung ruangan.
“ Apa kau tadi
yang mengantar Seohyun ??” tanyanya kemudian.
“ Nee... “
jawabku singkat.
“ Apa sesuatu
terjadi ketika kau mengantarnya ? “ dia bertanya lagi seperti sedang menahan
tawanya, membuatku menatapnya bingung.
“ Seperti
??” tanyaku masih tak tahu maksud
perkataannya.
“ Gadis-gadis
... dimana-mana.... berteriak histeris...” katanya seperti memberikan clue.
“ Seohyun
bercerita padamu ??” tanyaku kemudian, kali ini aku sudah mengerti apa
maksudnya.
“ Walaupun dia
tak bercerita, aku tahu, setidaknya aku pernah mengalaminya “ jawabnya tak
menyembunyikan senyum gelinya mungkin mengingat kejadian yang sama terjadi
padaku tadi pagi.
“ apa kau tahu
kenapa aku tiba-tiba mengganti mobilku dengan mobil sedan padahal aku baru saja
membeli mobil sport yang designnya mirip dengan mobilmu itu” tanyanya masih
dengan senyum yang sama.
“ Aku tak tahu,
ku pikir kau sudah bosan saja “ jawabku sekenanya.
Yonghwa memang
sangat tertarik ketika aku membeli sebuah mobil sport dan dia langsung membeli
dengan design yang sama beberapa saat kemudian, tapi tiba-tiba saja dia
langsung menggantinya lagi, aku pikir dia hanya sudah bosan, apa ada alasan lain?
“ Kau pasti
masih ingat ketika Seohyun tiba-tiba bad Mood beberapa waktu lamanya dan
menolak ku antar ke kampus setelah aku membeli mobil itu. Dia memaksa untuk
naik taxi saja di bandingkan harus di antar oleh ku atau kau “ dia mulai
menjelaskan. Dan aku ingat kejadian itu. Aku kira Seohyun memang tak suka jika
harus menahan dingin dengan berkendara dengan mobil terbuka sepeti itu.
“ awalnya aku
tak tahu mengapa, dia benar-benar membuatku bingung setengah mati saat itu,
tapi ketika aku memikirkanya lagi, aku ingat di hari pertama aku menggunakan
mobil ini untuk mengantarkannya ke kampus, beberapa gadis langsung berteriak
histeris bersama beberapa temannya yang lain ketika kami sampai di depan
gerbang kampus, dan saat ku alihkan pandanganku pada Seohyun wajahnya langsung
terlihat marah dan kesal, bahkan dia tak berpamitan padaku dan langsung turun
dan berlari menuju kedalam kampusnya. Beberapa hari kemudian aku mengganti
mobil ku dengan mobil sedan ku yang sekarang dan mengajaknya pergi, awalnya ku
pikir dia masih marah padaku tapi saat dia melihat mobilku sudah berganti dia
langsung tersenyum senang, dan seterusnya dia bahkan memintaku memasang kaca
film dan tak mengizinkan sedikitpun untuk membuka kaca mobilku ketika
berkendara, adiku mu itu memang selalu membuatku gemas” jelasnya dan diakhiri
dengan tawa lebar.
“ Bocahh itu
benar-benar.... kekanak-kanakan sekali “ aku ikut tertawa bersamanya.
***
Yoona
meneleponku lagi kemarin untuk memberitahu rencana kencanku hari ini, Seminggu
sejak terakhir kali aku blind date dengan Jessica.
Aku datang ke
sebuah restaurant di sebuah Mall tempat kami akan bertemu. Saat aku tiba, aku
melihat gadis yang sedang duduk seperti sedang menunggu seseorang. Aku
menghampirinya karena dia sepertinya adalah teman kencanku hari ini.
Nama gadis itu
Baek Suzy, gadis muda dan Cantik. Yoona benar-benar mengerti dengan kata ‘MUDA’
itu sepertinya.
Tapi aku sedikit
melihat keanehan dengan gadis ini, dia beberapa kali menjawab pertanyaanku
dengan sedikit terbata... apa dia gugup??... dia juga seperti sibuk dengan
ponsel di tangannya dari tadi.
“
Gwaenchana...?” tanyaku bingung melihat ekspresinya yang sangat aneh sejak aku
datang tadi.
“ N..Nee
Gwa...Gwaenchanayo ??” jawabnya terbata.
Aku menikmati
minuman dan makananku sendiri, sementara dia masih saja asyik dengan ponselnya.
Apa yang sebenarnya dilakukan oleh gadis
ini, apa dia mengabaikanku ??”
Tiba-tiba saja
beberapa saat kemudian datang 3 gadis yang sedikit berlari menghampiri meja
kami.
Aku melihat
gadis di depanku mengalihkan pandangan pada mereka dan tersenyum lega. Mereka
lalu saling bergumam tak jelas dan menatapku intens dan tersenyum lebar. Aku
semakin merasa aneh saja.
“
Ohh...Ottokae... Oppa ini tampan sekali....”
“ Nee...
moestaa....”
“ Kau beruntung
sekali “....
Ketiganya
berkata dengan histeris sambil mengguncang-guncang bahu gadis tadi dengan tak
kalah histeris. Beberapa orang yang juga ada dalam restaurant itu mulai
memandang ke arah kami karena keributan yang di timbulkan oleh mereka.
“
Ottokae....Ottokae,,..” kata gadis itu pada teman-temannya.
Aku yang
menyadari ada yang tak beres disini langsung meraih ponsel disaku ku dan
mencari kontak Yoona. Aku meneleponnya dan tak lama kemudian dia telah
mengangkatnya.
“ Yoona
datanglah kemari secepatnya... sepertinya ada yang salah “ perintahku dingin.
“ Wae... ada apa
lagi??” tanyanya bingung.
“ cepatlah...
kau akan tahu sendiri ketika kau tiba nanti...” kataku lagi dan langsung
menutup teleponnya.
Mereka masih
memandangiku dengan wajah yang susah diartikan. Aku mulai merasa khawatir,
Mereka seperti ingin memangsaku...
“ kau benar-benar
Baek Suzy bukan??” tanyaku lagi dengan nada yang tak pasti.
“N...Nee.. aku
Baek Suzy... Wae..?” jawabnya antusias.
“ dan kau
mengikuti acara Blind date di Biro jodoh Blossoms ??” Tanyaku lagi memastikan.
“ Majayo... aku
benar-benar mendaftar disana...” jawabnya lagi memastikanku.
“ Ohh... wae ?? Oppa
seganteng dia harus ikut acara seperti ini ??”
“ Aku akan
sangat rela jika dia memintaku untuk jadi kekasihnya...”
“ Aku juga...”
Mereka kembali
berargumen dengan sesamanya.
Dalam hati aku mengumpat....” Damn it!!”
Bagaimana Yoona bisa merencanakan ku untuk berkencan
dengan gadis seperti ini. Oh lihatlah dia dan teman-temanya itu, mereka masih
sangat kekananak-kanakan sekali, apa Yoona tak tahu itu.
Aku sedang sibuk
dengan pikiranku ketika seseorang mendatangi meja kami, lagi. Aku mengangkat
kepalaku, dan aku melihat Yoona sedang mengatur nafasnya yang sedikit
tersenggal, sepertinya dia baru saja berlari, aku merasa sedikit lega
karenannya.
Yoona memandangi
wajahku dan beralih pada gadis-gadis yang masih saja menggumamkan kata-kata
yang tak jelas dan menatapku dengan intens. Aku balik menatapnya dan mencoba
berkomunikasi dari sana. Aku harap dia mengerti, dan sepertinya memang seperti
itu.
“ Sepertinya ada
kekeliruan disini...” kata Yoona yang berhasil mengalihkan perhatian
gadis-gadis itu dariku dan menatap bingung ke arah Yoona.
“ Siapa wanita
ini...” tanya teman si gadis itu.
“ Wae...
Eonnie..??” tanya gadis itu tak mengerti.
“ sepertinya aku
salah menjadwalkan kencan kalian. Mianhae.... aku akan meneleponmu lagi nanti
untuk kencanmu berikutnya...” katanya pada gadis itu , kulihat dia terkejut
dengan perkataan Yoona.
“ Mianhae...”
kata Yoona lagi lalu meraih tanganku menarikku pergi.
“ eonnie... “
Seru gadis itu.
“ Yahh!!! agashi
jangan bawa Oppa itu pergi...” seru yang lain juga sepertinya kesal.
Yoona masih
menggandeng tanganku sampai di luar restaurant dan masih terus begitu untuk
beberapa saat, aku mengikutinya dengan patuh. sampai dia berhenti di tempat
yang lumayan lapang dan tak terlalu ramai, dia melepaskan tanganku.
“ Apa lagi kali
ini...??” tanyanya agak kesal.
“ apa kau tak
lihat apa yang baru saja terjadi tadi ??” tanyaku balik juga dengan nada kesal.
“ Apa ??...
Bukankah Baek Suzy itu gadis muda yang tak banyak bicara seperti yang kau
inginkan “ katanya lagi.
“ Tadinya...”
jawabku mencibir.
“ maksudmu ??”
tanyanya tak mengerti.
“ awalnya dia
memang pemalu dan pendiam, sebelum segerompol pasukannya itu datang “ jawabku
sedikit frustasi dan membuang nafas berat.
“ Ohh... dan
siapa gadis-gadis itu, aku tak merasa bekerjasama dengan mereka semua ??”
tanyanya sambil mengingat-ingat sesuatu.
“ Mereka adalah
temannya. Dan mereka hampir membuatku menjadi mangsa. “ jawabku kesal.
“ dan itu di
luar kekuasaan ku jadi jangan pernah salahkan aku” cibirnya sedikit
menyinggungkan senyum licik, sepertinya dia senang melihatku susah.
“Aishh...”
umpatku kesal dan membuang muka. Dan tiba-tiba aku menemukan kedai ice cream
searah pandanganku.
Aku menoleh
padanya yang masih memasang senyum liciknya.
“ Kepalaku
pusing, Ayo kita makan ice cream dulu“ kataku meraih tangannya dan menyeretnya
menuju kedai ice cream itu. dia sempat kaget tapi akhirnya membiarkanku.
“ rasa apa yang
kau inginkan ??” tanyaku ketika kami sudah sampai.
“ chocolate mint
“ jawabnya singkat.
“ satu Vanilla,
dan satu chocolate mint” kataku pada seorang pelayan.
Kami kemudian
berjalan menuju sebuah bangku kosong agak dipojok.
“
ngomong-ngomong apa yang mereka lakukan tadi padamu ??” tanyanya kembali dengan
senyum menyebalkan itu.
“ kau tak
melihat tadi, mereka menatapku terus sambil bergumam tak jelas, berisik sekali,
mereka membuatku pusing” jawabku kembali kesal.
Dengan itu Pesanan
kami juga datang.
“ hahhah... aku
bisa lihat dari wajahmu, mereka pasti histeris sekali tadi “ katanya lagi terus
saja tertawa.
“ dan aku harap
aku tak akan pernah mengalaminya lagi, aku heran, apa mereka tak penah melihat
laki-laki sebelumnya, sampai-sampai seperti itu ??” tanyaku sambil menyendokkan
es krim ke mulutku, begitu juga dengan yoona.
“ Mungkin Pernah,
tapi jarang yang begitu tampan seperti ini” ucapnya santai. Aku mengangkat
kepalaku menatapnya, menganalisis ekspresinya.
“ apa kau baru
saja memujiku..Im Yoona-ssi...??” tanyaku sambil menyungging senyum miring,
mengodanya.
“ In Your
Dream....” jawabnya singkat dan membuang muka kesamping.
“ kau sepertinya
telah tertular kelakuan gadis-gadis muda tadi “ kataku kemudian.
Aku memandangi
wajahnya yang menatapku bingung.
“ kau
kekanak-kanakan sekali, sampai makan es krim saja seperti anak kecil” kataku
sambil mengulurkan tanganku mengusap sisa es krim yang tertinggal dan tercecer
di sudut bibir Yoona dengan tanganku yang telanjang.
Dia agak kaget
saat aku melakukan hal itu, matanya membulat dan masih memandangku intens tanpa
berkata apa-apa.
Karena melihat
ekspresinya yang seperti itu aku jadi tersadar dengan apa yang baru saja ku
lakuakan, aku benar-benar melakukannya tanpa berpikir.
“ apa kau datang
kesini dengan mobilmu tadi..??” tanyaku mencoba mengalihkan suasana yang mulai
canggung diantara kami berdua.
“ Tidak, aku
datang dengan taxi... Mobilku sedang bersama Yuri Eonnie dan aku tak bisa
menunggunya karena seseorang dengan tiba-tiba memaksaku untuk buru-buru datang
kemari..? “ katanya mencibirku. Aku tersenyum mendengarnya, dan aku tahu jika
suasana sudah kembali mencair sekarang.
“ Kau bisa
pulang bersama denganku nanti “ kataku dan menyendokkan es krim kembali ke
mulutku.
“ Wae..??”
tanyanya bingung.
“ Bukankah aku juga
pernah melakukan itu sebelumnya, dan tenang saja aku tak akan meminta bayaran,
seperti sebelumnya “ kataku mencoba melontarkan candaan padanya.
Dia tertawa
lebar mendengarnya.
“ Arraseoo...”
jawabnya kemudian.
“ Oh ya..
Yoona... sebenarnya aku penasaran sekali, kenapa kau memilih menekuni pekerjaan
menjadi matchmaker seperti ini ??” tanyaku mengungkapkan rasa penasaranku yang
sebenarnya telah lama ku pendam sejak bertemu dengan mereka, Yoona dan Yuri,
kedua gadis itu memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang proposional, aku
sempat berpikir kenapa mereka tak memilih untuk menjadi model dengan potensi
yang mereka miliki itu.
“ sebenarnya itu
bukanlah pekerjaan tetapku, aku sebenarnya masih kuliah menempuh S2 bidang
psikologi” jawabnya santai.
“ kau masih
kuliah, dimana ??” tanyaku tak percaya.
“ Di Dongguk
University , kenapa ?? apa kau tak percaya padaku....” katanya menuduhku.
“ anniya...
benarkah...?? adik perempuanku juga kuliah di sana, S1 jurusan design interior,
sekarang adalah tahun terakhirnya “ jawabku menjelaskan.
“ benarkah...??”
tanyanya antusias.
“ Dan dia sangat
menyukai theater “ kataku lagi.
“ Benarkah...??
aku juga tergabung di club theater disana” katanya semakin antusias.
“ Benarkah ??
kalian memiliki kegemaran yang sama rupanya. Oh.. dan kenapa kau bekerja di
tempat itu jika kau juga masih kuliah seperti itu ??” tanyaku masih penasaran.
“ Ohh...itu
karena aku hanya membantu Yuri Eonnie sementara temannya sedang cuti hamil dan
melahirkan beberapa bulan lalu dan Juga aku sedang melakukan penelitian yang
terkait dengan hal ini juga “ katanya menjelaskan alasannya.
Aku berpikir
sesaat.
“ Ohh...
sepertinya aku salah memilih agen , kau ternyata bukan ahli dalam bidang
ini...” kataku sedikit serius.
“ Museon
Seoriya... kau meremehkanku ??” jawabnya tak terima.
“ Asal kau tahu
saja, meskipun aku bukan ahlinya tapi kemampuanku tak bisa dianggap remeh,
terbukti satu pasangan yang kutangani telah menikah bulan lalu “ katanya
berapi-api.
“ benarkah??
Kita lihat saja. Apakah aku juga akan menemukan gadisku dan menikah secepatnya
karenamu “ kataku sambil menyungging senyum menantang.
“ aishh... “
umpatnya
“ Oke kita lihat
saja nanti...” gerutunya lirih sambil memakan es krimnya dengan sendokan yang
besar-besar dan cepat.
Aku tersenyum
melihatnya, meras terhibur karenanya, dia terlihat sangat lucu sekali.
***
Siang ini aku mengajak
Yoona makan siang dia sebuah kafe di dekat kantorku. Karena sudah beberapa hari
ini Yoona belum mengabarkan rencana kencan ku lagi. Aku sangat berharap banyak
dari biro jodohnya karena itu mungkin hanya satu-satunya harapan ku untuk
memenuhi harapan Appa. Dia dengan senang hati mau datang, dan kami berdiskusi
panjang lebar sepanjang makan siang ini.
Kami
menyelesaikan makan siang ini, aku memintanya keluar dulu dan menunggu di
mobil, karena aku akan mengantarnya kembali, sementara aku ingin ke toilet
sebentar.
Yoona POV
Aku keluar dari
kafe dan berencana untuk menunggu Jonghyun di mobilnya karena dia berkata akan
mengantarkanku kembali ke kantor, sementara dia masih memiliki urusan dengan
toilet di dalam.
Saat aku baru
saja keluar dan berjalan beberapa langkah, aku mendengar seseorang seperti
berbicaraa denganku dari arah belakang.
Aku menoleh
karena penasaran.
“ Ohoo....
lihatlah siapa ini.... Bukankah ini Im Yoona.... Oromaniya ?? lama tak berjumpa...”
kata seorang gadis yang aku tahu betul namanya Kim Hyera.
Gadis itu sedang
berdiri melingkarkan lengannya pada seorang pria yang berdiri di sampingnya,
Choi Minho, aku juga mengenal pria itu, yang menatapku dengan wajah sendu.
“ apa yang kau
inginkan...” kataku dingin.
Aku tak mungkin
bisa bicara dengan cara yang baik dengan gadis ini. Kim Hyera adalah temanku
yang tanpa kusangka-sangka telah bemain api dan merebut kekasihku sendiri, Choi
Minho, pria disampingnya itu.
Aku tak tahu apa
yang mereka berdua pikirkan saat itu hingga tega melakukan hal semacam itu
kepadaku. Setelah kejadian itu aku baru tahu kalau selama ini Kim Hyera selalu
menyimpan kecemburuan dan kebencian kepada ku selama beberapa tahun pertemanan
kami di bangku kuliah. Rumor menyebutkan dia memang selalu tak senang dengan
ketenaranku di kampus, walaupun aku sendiri tak pernah terpengaruh dengan
hal-hal semacam itu, tapi mungkin tak begitu dengannya. Dia bahkan beberapa
kali pernah menirukan gaya ku berpakaian yang menuai banyak kritik dari
orang-orang di kampus. Aku selalu membesarkan hatinya, karena aku temannya saat
itu, aku tak ingin dia terpuruk karena hal itu, tapi yang tak aku ketahui
adalah dia malah semakin membenciku karena hal itu.
Sampai suatu ketika
aku mendapati mereka berdua sedang bermesraan di apartemen Hyera saat aku
datang kesana. Sepertinya sudah direncanakan, karena Hyera yang memintaku
datang. Dia memang melancarkan balas dendamnya dengan sangat baik sampai-sampai
hal itu berhasil membuatku terpuruk beberapa saat. Yurii eonnie yang tak pernah
melepaskan pandangan dariku dan terus menyemangatiku hingga aku berhasil
bangkit dari keterpurukan karena dihianati oleh dua orang yang ku sayangi
sekaligus.
Sebenarnya
sekarang aku sudah tak memikirkan hal itu lagi dan sudah melupakannya, tapi
jika aku boleh memilih, aku tak ingin melihat atau berbicara lagi dengan
mereka.
“ aniyaa....
kami hanya ingin makan di kafe ini, dan tiba-tiba bertemu denganmu. Apa kau
datang sendiri kemari, dimana kekasihmu........OMO... jangan katakan kalau kau
tak memiliki kekasih sekarang..... Kasihan sekali...” katanya melecehkanku
dengan mulut kasarnya itu.
“ Hyeraa...”
Choi minho mengingatkan gadis itu.
“ Wae...??
Jangan bilang kau masih peduli padanya ??” tanyanya tajam melirik pria di
sampingnya itu.
“ keurongo
anniya “ jawabnya mengelak.
“ sudahlah....”
“ Oppa apa kau
tak curiga.... seorang Im Yoona yang sangat terkenal di kalangan pria-pria di
kampus dulu itu tak memiliki kekasih sekarang, OMO... apa dia masih mengharapkanmu
Oppa....?? apa dia sudah kehilangan pamornya sekarang.....” cela gadis itu lagi
tak kalah pedasnya dari yang pertama, aku hanya mampu terdiam memandangnya
dengan mata berkilat menahan amarah.
“ Ku peringatkan
kau Im Yoona Jangan coba-coba kau dekati Minho Oppa lagi, dia adalah kekasihku
dan kau tak pantas untuknya, kau tahu “ katanya memperingatkanku. Apa yang dia katakan sebenarnya, siapa yang
merebut Minho dari siapa ?? apa dia lupa ?? tak tahu malu sekali.
“ aku tak ingat
pernah mendekati siapapun apalagi milik orang lain, dan sepertinya seseorang
harus memperingatkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mengatakan hal
semacam itu “ ucapku mencibir dengan senyum yang kubuat sesantai mungkin.
Aku lihat
nafasnya mulai berat menahan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun, dia
menggertakan giginya dan menatapku dengan mata penuh kilatan amarah. Pria
disampinya hanya diam saja melihat kami berdua saling berpandangan tajam,
dengan wajah bingung.
Tiba-tiba
seseorang datang dan memeluk pundakku. Aku yang kaget langsung menoleh padanya.
Jonghyun
merangkulkan lengannya dibahuku dan menyunggingkan senyum, aku bingung dengan
apa yang dilakukannya, tapi dia juga seperti tak bermaksud melepaskan
pelukannya.
“ Ini siapa
Yoona-ya....apa mereka teman-temanmu ?” tanyanya beralih memandang kedua orang
di depan kami ini. Aku mengikuti arah pandangannya. Disana dua orang tersebut
melihat Jonghyun dengan pandangan yang terlihat sangat terkejut.
“
Annyeonghaseyo, Lee Jonghyun Imnida....” dia mengulurkan tangan kanannya yang
bebas dan bermaksud mengajak bersalaman salah satu diantara mereka. Tapi
keduanya seperti tak mencoba meresponnya karena kekagetan yang belum juga reda.
“ Apa kau pacar
Yoona.... Maldo andwae...” kata Hyera tak percaya masih menatap Jonghyun dengan
wajah amazing.
“ Waeyo ?? apa
ada yang salah ??” tanya Jonghyun santai seperti tak mengerti apa yang
sebenarnya terjadi.
Tapi aku rasa Jonghyun tahu tentang sesuatu, apa dia
mendengar percakapanku dengan mereka sebelumnya. Apa dia berusaha menolongku??,
kenapa ??, aku tahu Jonghyun, dia orang yang hampir mustahil mau melakukan hal
semacam ini, dia tipe pria yang tak suka terlibat dengan masalah orang lain,
cenderung tidak perduli dan dingin. Lalu kenapa dia bersikap seperti ini ??
Aku menatapnya
bingung dan dia juga menatapku dan malah tersenyum manis.
“ benarkah itu
Yoona ?? “ kini giliran Minho yang bertanya tak percaya.
“ memang kenapa
??” Jonghyun yang balik bertanya padanya.
“ Kau Lee
Jonghyun, pewaris J-tech itu bukan.... maldo andwae,....OMO ini tidak
mungkin... Bagaimana bisa Yoona.....” Hyera bahkan tak bisa menyelesaikan
kalimatnya karena belum juga bisa mengatasi kekagetanya sejak tadi.
“ Ohh...
mianhae,... kami tak bisa berlama-lama berbincang dengan kalian...kami harus
pergi kesuatu tempat setelah ini.... kami pergi dulu....Annyeong “ tiba-tiba saja Jonghyun mengatakan hal itu pada mereka dan
langsung menuntunku menuju mobilnya, sesegera mungkin meyudahi sandiwara ini.
Jonghyun bahkan
membukakan pintu mobilnya, benar-benar tak seperti biasanya.
“ apa yang kau
lakuakan ??” tanyaku saat melihatnya membukakan pintu untukku.
“ masuklah,
mereka masih memperhatikanmu “ katanya tepat di telingaku dan aku merasakan
seperti dia juga mencium rambutku kilat.
Aku menuruti
kata-katanya dan masuk kedalam mobil dengan patuh. Dia memutar dan masuk ke
pintu kemudi. Dia menyalakan mobilnya dan melaju meninggalkan tempat itu.
“ apa ada kamera
tersembunyi tadi “ tanyaku sambil melirinya setelah beberapa saat kami hanya terdiam.
“ waeyoo ??”
tanyanya santai masih memfokuskan diri ke arah jalanan.
“ aktingmu
sangat luar biasa “ jawabku mencibir.
“ Gomawoyoo “
katanya lalu diikuti tawa ringan. Aku ikut tersenyum karenanya.
“ nugunde ??”
tanyanya kemudian setelah tawanya reda.
“ Mantan teman
dan pacarnya yang juga mantan kekasih” kataku dingin sambil membuang
pandanganku ke luar jendela di sampingku.
“ Wooww....
sepertinya rumit sekali “ katanya seperti memuji dan mencela secara bersamaan.
“ begitulah....”
“ dan kenapa kau
melakukan itu tadi ??” tanyaku padanya. Aku
harus tahu alasan kenapa dia melakukan itu tadi.
“ aniyya... aku
hanya ingin melakukannya saja “ jawabnya santai.
“ Gomawo...
sebenarnya kau tak perlu melakukannya, aku bisa mengatasinya sendiri “ kataku
kemudian.
“ gwancana... aku
hanya membuatnya menjadi mudah saja, karena aku harus segera kembali ke kantor,
menunggu dia menyelesaikan kata-kata kasarnya mungkin akan menghabiskan lebih
banyak waktu “ jelasnya tentang apa yang dia lakukan tadi.
Aku tak tahu,
aku sedikit kecewa mendengar penjelasannya. Sebenarnya aku senang juga dia
melakukan hal itu tadi, setidaknya bisa membantuku menghadapi dua orang yang
benar-benar tak ingin ku temui itu. Ada apa denganku ?? aku tak mungkin
mengharapkan lebih bukan. Dia adalah klienku, peringatkan dirimu Yoona, ini sudah tak benar.
“ keurokeuna...
Hmm...setidaknya dapat membantu” Jawabku sambil mengangguk-angguk, mencoba
menyembunyikan kekecewaanku.
“ tentu saja,
aktingku tak kalah dengan aktor-aktor di drama itu bukan ??” katanya mulai
menyombongkan diri lagi....Aigooo orang
ini....
“ Hmm ...
Tapi,....” kataku menggantung.
“ Hoksi??... apa
kau menciumku tadi??” tanyaku kemudian. Dia tersentak kaget dengan pertanyaanku
dan mulai bertingkah aneh. Aku memperhatikannya dengan lekat menanti
jawabannya.
“ Museun
Seoriya...?? tentu saja tidak....kapan aku melakukannya ??” tanyanya gugup.
“ Hmmm...
Begitukah?? Tapi sepertinya kau menciumku tadi saat sedang membisikan sesuatu “
tanyaku lagi sambil terus menyunggingkan senyum karena dia menjadi bertambah
gugup sekarang.
“ aniyaa...”
jawabnya cepat.
“ benarkah ???”
tanyaku mendesak.
“ Aku sudah
bilang tidak...” jawabnya sedikit berseru, dan masih terus menghindari tatapan
mataku.
“ arraseoo...”
kataku akhirnya. Aku masih tak berhenti tersenyum apalagi melihat pipinya yang
semakin memerah. Ohh Kyeoptaa...
Dia mengalihkan
pandangan ke jendela disampinya dan bergumam lirih.
“
aishh...Ottokae..?” gumamnya lirih.
Aku juga
memalingkan pandanganku keluar jendela di sebelahku sambil terus menyunggingkan
senyum.
***
Jonghyun POV
Sepulang
dari makan siang bersama Yoona tadi, malamnya aku duduk di meja kerjaku sambil
memeriksa beberapa berkas yang kubawa dari kantor sore tadi saat aku pulang.
Tapi
anehnya sejak siang hingga malam ini aku masih saja memikirkan hal yang terjadi
siang tadi. Seakan fikiran itu begitu asyik berputar-putar di otakku tak mau
pergi.
Kenapa tadi aku
melakukannya ? apa aku begitu ingin berbaik hati membantu Yoona yang sepertinya
sedang dalam kesusahan ?? dan apa urusanku sebenarnya dengan mereka. Aku bahkan
tak tahu siapa orang-orang itu, walaupun aku sempat mendengar apa yang gadis
itu katakan sebelumnya pada Yoona.
Benar,
aku memang sempat mendengar mereka berbicara di depan kafe itu, aku yang
tadinya ingin keluar, mengurungkan niatku sejenak dan mendengarkan percakapan
mereka dari balik pintu. Aku juga melihat seperti hubungan Yoona dengan kedua
orang tadi tak begitu baik, dan aku memperhatikan dia mengepalkan tangannya
saat gadis dihadapnnya tadi mengucapkan kata-kata kasar padanya, menahan amarah
walaupun wajahnya masih terlihat tenang.
Dan
aku tanpa berpikir panjang langsung mendatanginya dan bahkan aku langsung
melingkarkan lenganku di bahunya seolah-olah kami adalah sepasang kekasih, aku
melihat keterkejutannya ketika aku melakukan itu.
Bahkan
yang lebih tak terduga lagi aku mencium rambutnya ketika aku membisikan sesuatu
kepadanya saat membukakan pintu mobil untukknya, aku tak tahu, apa aku terlalu
terbawa suasana sebelumnya, atau aku terlalu tergoda dengan wangi aroma bunga
rambutnya yang semerbak. Aku menjadi semakin pusing ketika memikirkannya lagi
dan lagi, aku belum menemukan alasan dan pembenaran atas apa yang aku lakukan
tadi.
Ketika
aku masih menerawang melamunkan kejadian tadi, seseorang tiba-tiba mengetuk
pintu kamarku dan membukanya perlahan.
“
Oppa.. apa kau sibuk “ seohyun menyembulkan kepalanya dari balik pintu dan
kemudian berjalan masuk menghampiri meja kerjaku.
“
aniyaa...wae ??” jawabku dan mulai membolak balik lagi kertas yang masih
bertengger di tanganku sejak tadi.
“
aniyaa...aku hanya ingin meminjam gitarmu Oppa, katanya Yong Oppa ingin
menyanyikan lagu untukku...” katanya lagi mengutarakan maksudnya.
“
ohh,... Yonghwa hyung ada disini... sejak kapan dia datang...??” aku malah
balik bertanya padanya daripada menjawab pertanyaanya tadi.
“
dia ada di bawah... dia datang tak lama setelah kau pulang tadi Oppa...”
jawabnya kemudian.
“
ohh... begitukah.... kau bisa mengambil gitarnya ditempat biasa “ jawabku. Aku
yakin Seohyun tahu dimana aku biasa meletakkan gitar-gitar kesayanganku. Dia
juga sering sekali meminjamnya ketika kekasihnya itu tiba-tiba ingin menyayikan
sesuatu untukknya.
Aku
pernah merasa kesal pada Yonghwa Hyung karena terlalu sering meminjam gitar
kesayanganku. Aku bahkan pernah memintanya untuk meletakkan saja salah satu
gitarnya di rumah kami, jika sewaktu-waktu dia ingin memainkannya, tapi jawaban
darinya jauh dari apa yang aku harapkan.
“
kenapa aku harus repot-repot membawa gitarku ke rumahmu, bukankah kau mempunyai
banyak sekali gitar yang bisa kupinjam sewaktu-waktu” jawabnya waktu itu dengan
sangat menyebalkan.
“ kalaupun aku akan
melakukannya, mungkin jika aku sudah menikah dengan hyunnie, itupun kalau aku
tinggal dirumahmu, atau kalau tidak jika kau sudah menikah nanti mungkin kau
akan pindah ke rumah barumu dan membawa semua gitar kesayanganmu itu, saat
itulah mungkin aku baru akan memikirkan untuk meninggalkan salah satu gitarku
disana “ ucapnya disertai cengiran yang sungguh sangat menyebalkan sekali.
Aishh
dia itu benar-benar. Pikirannya sudah terlalu jauh. Siapa bilang aku akan
membiarkannya untuk menikahi adikku, aku hanya masih memikirkannya, apakah aku
bisa memiliki adik ipar yang kadang-kadang bisa membuatku naik pitam karena
sikap acuhnya itu, walaupun aku memang tak bisa marah padanya, dia tetap adalah
hyungku yang paling baik.
Seohyun
seperti akan beranjak pergi setelah aku mengatakanya. Tapi tiba-tiba dia
kembali berbalik.
“
Ohh,,, Ya Oppa... aku seperti melihatmu beberapa waktu lalu di sebuah Mall “
katanya tiba-tiba yang berhasil mengalihkan pandanganku.
“
Benarkah.... kapan ??” tanyaku penasaran.
“
beberapa waktu lalu, aku yakin itu kau dan seorang wanita yang aku yakin aku
begitu familiar dengannya, walaupun aku tak yakin tapi sepertinya aku tak salah
lihat “ katanya menjelaskan.
“
apa dia kekasihmu Oppa ??” tanyanya menyelidik.
“
aku tak memiliki kekasih, aku memang pergi ke sebuah Mall beberapa waktu lalu
bersama seorang wanita, dia temanku “ jawabku membenarkannya.
“
ahh,... jadi benar itu kau Oppa... aku yakin aku tak salah... tapi wanita yang
bersamamu itu aku seperti mengenalnya?? Sayangnya aku tak sempat memastikannya
karena Yong Oppa harus buru-buru kembali ke kantor saat itu ” katanya seperti
menerawang mengingat-ingat sesuatu.
“
kau tak mungkin mengenalnya, dia bukan gadis seusiamu, “ jawabku singkat.
“
kau pikir aku hanya berteman dan mengenal orang-orang yang seusiaku saja
Oppa... Kau tak tahu kalau aku memiliki banyak teman dari berbagai usia,
aishh.. seenakya saja” ucapnya kesal.
Aku
tersenyum melihat tampanganya yang kesal. Dia lalu beranjak pergi dan
menghilang dibalik pintu.
***
Tak sampai 2
minggu aku sudah bertemu dengan dua pasangan kencanku, yang pertama Hyuna dan
yang kedua Victoria. Keduanya adalah gadis yang sangat mendekati kriteriaku,
mereka juga gadis yang baik dan berpikiran terbuka. Sepanjang pertemuan, kami
mengobrol banyak hal dan saling menceritakan tipe ideal masing-masing, anehnya
walaupun aku merasa mereka sangat mendekati kriteriaku, tapi aku seperti enggan
tertarik lebih jauh pada mereka, dan mungkin selanjutnya hanya menganggap
mereka sebagai teman saja. Dan sepertinya mereka tahu itu, dan untungnya dapat
menerimanya dengan baik.
Aku ungkapkan
semua yang terjadi selama dua kencan ku itu pada Yoona saat kami bertemu lagi
di sebuah kafe. Sebelumnya dia merasa sangat tertarik dan seperti merasa jika
mungkin kali ini usahanya akan berhasil, tapi nada bicaranya terlihat kecewa
ketika aku berkata kalau aku tak tertarik kepada kedua gadis itu.
“ memangnya
kenapa ??” tanyanya dengan nada kecewa.
“ aku tak tahu,
aku hanya tak tertarik saja untuk menjadikan salah satu dari mereka menjadi
pasanganku “ jawabku menjelaskan.
“ tapi, bukankah
mereka sangat mendekati kriteriamu ?” tanyanya lagi.
“ Memang benar,
tapi aku memang tak tertarik kepada mereka “ jelasku lagi.
“ aigoo... Wae
??... kenapa kau pemilih sekali seperti ini, bukankah kau sendiri yang
menentukan kriterianya, dan saat gadis dengan kriteriamu datang kau malah
merasa tak tertarik padanya, kau kan yang bilang sendiri jika deadline mu hanya
satu bulan saja“ katanya mulai terlihat kesal.
“ lalu apa yang
harus ku lakukan jika hatiku menolaknya “ kataku berargumen.
“ ahh...Jinja....sebenarnya
apa yang kau cari, dan apa alasanmu harus mendapatkan kekasih sebelum hari
ulangtahunmu ?” tanyanya sambil menahan kekesalannya.
“ hhfff....
Appaku ingin melihatku memiliki hubungan yang serius dengan seorang wanita, dan
dia ingin aku mengenalkan gadis itu padanya di hari ulangtahunku nanti, atau
jika tidak dia akan mengenalkanku dengan anak temannya, dan aku tak mau itu
terjadi “ aku menjelaskan padanya dengan helaan nafas berat. Aku masih saja
terbebani dengan permintaan Appa itu, apa lagi aku belum menemukan seorang
gadis yang cocok dengan hatiku sampai sekarang.
“ ahh...
Jinja...apa ini masih jaman Joseon, masih saja ada perjodohan semacam itu “
katanya mencibir.
“ Molla...”
jawabku asal.
“
Jonghyun-ah...ini benar kau....” tiba-tiba seorang wanita datang mendekati meja
kami dan memanggilku sedikit berseru.
Kami berdua
menoleh ke arah sumber suara. Kudapati seorang gadis yang ku kenal sedang
tersenyum dan berjalan menuju ke arah ku.
“ Ahh,....benar
kau rupanya “ katanya lagi saat sudah sampai di dekat meja kami.
“
uahh....Fany-ah....annyeong...” sapaku masih terkejut dengan keberadaanya disini.
“ aku tak
menyangka bisa bertemu denganmu disini... apa kabarmu ??” tanyanya ceria.
“ aku baik-baik
saja. Kapan kau kembali dari US ??” tanyaku antusias.
“ beberapa
minggu yang lalu “ jawabnya singkat.
Tiffany hwang
adalah teman kuliahku semasa di US dulu, kami dekat karena sama-sama berasal
dari korea. Dan setelah graduation beberapa tahun lalu, aku belum bertemu
dengannya lagi, dan kontak kami pun terputus.
Disaat aku
sedang asyik bertukar kabar dengan Tiffany, ponsel Yoona tiba-tiba berdering.
“ maaf... aku
permisi dulu “ katanya dan langsung beranjak menjauh dari kami berdua.
Yoona belum juga
kembali, sementara aku masih asyik berbincang dengan teman lamaku ini, dan
tiba-tiba ponselku berbunyi.
“ Yoboseo..
Yoona odiga ...” jawabku pada Yoona yang meneleponku entah dari mana.
“ Jonghyun-ah
Mian.... Yull eonnie meneleponku, mendadak dia membutuhkan bantuanku sekarang,
jadi aku pergi dulu, annyeong....” katanya dan langsung menutup teleponnya.
“
Yonn....Yoboseoo...” kataku lagi mencoba memanggilnya tapi ternyata sambungan
benar-benar terputus.
“ ada apa
dengannya ?? kenapa tiba-tiba diputus begitu saja “ gumamku masih mamandangi
ponselku.
“ nuguseo....
apa temanku yang tadi...??” tanya Tiffany penasaran.
“ Nee.. dia
berkata ada urusan mendadak, tak biasanya dia begitu, dan dia menutup
teleponnya tanpa menunggu jawabanku... aishh...” gerutuku atas sikap Yoona
tadi.
“ apa dia
kekasihmu... apa mungkin dia cemburu padaku ??” katanya lagi.
Aku langsung
mengalihkan pandanganku karena terkejut dengan kata-katanya barusan.
“ dia bukan
kekasihku, dan kenapa dia harus cemburu ??” tanyaku bingung.
“ siapa tahu
saja.... kau tak akan pernah bisa menebak apa yang sebenarnya seorang gadis
rasakan karena mereka sering kali bersikap dan berkata berbanding terbalik
dengan apa yang dia rasakan sebenarnya “ jawabnya malah menceramahiku.
“ aigoo...
sudahlah... mungkin memang dia benar-benar sedang terburu-buru sekarang” kataku
menaikkan pundakku tak peduli.
“ lalu kalau
bukan kekasih, siapa dia sebenarnya ??” tanyanya dengan senyum licik penuh
selidik.
“ dia agen biro
jodohku” jawabku acuh tak acuh.
“ OMO... Maldo
andwae.... seorang Lee Jonghyun mengikuti acara seperti itu.... Jinjaa....
Daebakk...” katanya amazing.
“ berhentilah
mengejekku Hwang Tiffany...” jawabku kesal.
“hahahhah....”
dia hanya terkekeh riang.
Kami berbicara
panjang lebar setelahnya melepas rindu. Kami membicarakan banyak hal, sampai
waktunya kami bepisah dan kembali ke rumah masing-masing.
YOONA POV
Aku mengangkat
telepon dari Yurri eonnie ketika Jonghyun sedang berbicara dengan teman
wanitanya tadi. Aku pamit menjauh agar bisa leluasa berbicara.
“ aku akan pergi
ke Ilsan, Yoona... kau tak perlu kembali ke kantor nanti, dan kau bisa langsung
pulang “ katanya dari seberang sana.
“ nee Eonnie....
hati-hati..” jawabku singkat dan Eonnie memutus sambungan teleponnya.
Ketika aku
berniat untuk kembali, aku melihat dua orang tadi mengobrol dengan sangat
akrab. Hatiku bergejolak melihatnya, seperti ingin kembali dan tidak, aku tak
ingin mengacaukan keakraban mereka dengan keberadaanku disana, disisi lain aku
ingin tahu siapa gadis cantik itu dan apa hubunganya dengan jonghyun, di sisi
lain lagi aku mungkin tak akan sanggup menyaksikan keakraban mereka dan menjadi
seperti orang asing diantara dua orang yang lain.
Jangan tanyakan,
aku sendiri tak tahu apa yang aku rasakan saat itu. aku hanya merasa perasaan
itu tiba-tiba muncul dan menyerang sistem kerja hatiku. Nafasku tercekat sesaat
dan kupu-kupu berterbangan dalam perutku, berputar-putar. Sampai pada aku
mengambil keputusan untuk meneleponya dan mengatakan bahwa Yull eonnie
tiba-tiba membutuhkan bantuanku, dan aku harus pergi secepatnya. Maafkan aku
eonnie, aku tak bermaksud memanfaatkan namamu, aku hanya ingin memberikan
alasan kepada Jonghyun yang semasuk akal mungkin, dan untukku dapat menghindar
darinya sekarang.
Kerjasamaku
tinggal seminggu lagi dengannya, dan setelah kejadian di kafe itu aku sebisa
mungkin mengurangi intensitasku saling ber SMS dan Telepon denganya. Aku bahkan
tak lagi bertemu dengannya walaupun dia meminta. Dan aku masih berusaha
menjadwalkan lagi kencan butannya mungkin ini yang terakhir, meski aku tak
yakin karena sepertinya dia telah menemukan gadisnya.
***
Jonghyun POV
Yoona sepertinya
menghindar dariku setelah kepergiannya yang mendadak dari kafe beberapa waktu
yang lalu. Kamipun juga jarang berkomunikasi sekarang, dan aku pernah
memintanya untuk bertemu tapi dia beralasan jika harus bimbingan dengan dosen
pendampingnya waktu itu. Dia benar-benar berubah 180 derajat sekarang...
Karena aku tak
tahan lagi dengan keadaan ini, aku datangi kantornya suatu hari dan mendapati
dia ada disana , dimejanya berkutat dengan berkas-berkas, dia sendiri tak
nampak Yuri di mejanya.
Aku masuk dan
mendudukan diri di sofa di tengah ruangan itu.
Dia seperti
menyadari seseorang masuk ke dalam ruangan, dia mendongakkan kepala menatap
terkejut kearahku.
“ apa yang kau
lakukan disini..” tanyanya sambil melepas kacamata yang tadi bertengger di
hidungnya.
Aku masih tak
menjawab dan terus menatapnya, dia berjalan mendekatiku dan mendudukan dirinya
di sofa dihadapanku.
“ aku datang
karena sepertinya kau menghindariku....” jawabku masih terus mengamati
ekspresinya.
“ aku tak merasa
melakukannya...” jawabnya dingin.
“ kau
melakukannya...” jawabku singkat.
“ Hoksii ?? apa
kau cemburu ??” tanyaku datar.
Dia mengerutkan
alisnya terkejut dan bingung secara bersamaan.
“ Museun soeriya
jigeum.... apa yang kau maksud dengan cemburu ??” tanyanya dengan nada tak
terima.
Aku masih terus
memandanginya.
“ jika tidak,
kenapa kau berubah sejak kejadian aku bertemu dengan fanny di kafe waktu itu ??”
tanyaku lagi.
“ dan itu bukan
urusanku, dan juga jika aku berubah seperti yang kau katakan tadi itu juga
bukan urusanmu, lee jonghyun ssi “ jawabnya masih dingin.
“ itu adalah
urusanku, karena kita sedang bekerjasama sekarang “ kataku tajam.
“ Berhentilah
bersikap seperti ini, can’t You ??? “ kataku mengingatkannya.
Dia malah
memandangku intens sejenak dan kemudian beranjak menuju mejanya dan mengambil
sesuatu dari sana, kemudian kembali lagi dan duduk di sofa yang ditiggalkannya
tadi.
“ Ini... “ dia
menyodorkan selembar foto dihadapanku.
“ini adalah yang
terakhir, lusa kau bisa menemuinya, walaupun aku tak yakin kau masih
membutuhkannya, kau bisa mengkonfirmasi pertemuanmu secara langsung dengannya,
aku sudah menyertakan juga nama dan data pribadinya yang lain” dia meletakkan
foto itu bersama sebuah amplop di atas meja.
“ jika tak ada
yang kau butuhkan lagi, kau bisa pergi sekarang, aku masih banyak pekerjaan “
dia beranjak dari hadapanku dan kembali kemejanya. Meneruskan pekerjaan yang
tadi ditinggalkannya.
Aku menghela
nafas berat, aku pandangi dia yang mulai sibuk dengan dunianya sendiri, aku
mengalihkan pandanganku pada selembar foto yang diletakkannya dimeja tadi.
Kenapa jadi seperti ini...
Aku kembali
menatapnya untuk terakhir kali dan lalu beranjak pergi....
***
Di hari terakhir
kencan butaku itu aku memutuskan untuk datang, tapi lagi-lagi hatiku masih tak
bisa menerima walaupun gadis dihadapanku ini mempunyai kriteria yang nyaris
sempurna seperti yang ku inginkan. Yoon Bora, gadis itu, aku masih tak bisa
memutuskan untuk menjadikannya pasanganku.
15 mei 2014
Akhrinya
harapanku untuk mendapatkan pasangan dari acara blind date dari biro jodoh milik
Yoona tak membuahkan hasil. Dan hari ini adalah hari perayaan ulangtahunku,
keluargaku sudah menyiapkan semuanya dengan baik, mereka menyulap ballroom
hotel berbintang menjadi tempat pesta ulang tahun yang mewah. Mereka juga sudah
mengundang kolega dan semua teman dekat. Dan aku hanya bisa menurut dengan
semua rencana yang mereka siapkan. Dan juga rencana perkenalan itu juga.
Sementara aku akan mengikuti saja, melakukan seperti apa yang Appa inginkan,
selanjutnya akan aku pikirkan lagi nanti, akan menerima atau menolaknya.
Hari ini aku
bertemu lagi dengan Yoona di kafe pertama kali kami makan siang bersama.
Beberapa hari belakangan ini dia masih saja menghindariku, dan itu sempat
membuatku frustasi. Beruntung dia bersedia untuk menemuiku hari ini, mungkin
untuk mengucapkan salam perpisahan.
“ jadi yang
terakhir itu juga masih tak memenuhi kriteria yang kau inginkan ??” tanyanya
setelah kami menghabiskan makan siang kami masing-masing.
“ begitulah...”
jawabku singkat.
“ Hmm....
baiklah, walaupun begitu aku harap aku telah mengusahakan yang terbaik untuk
membantumu menemukan pasanganmu “ katanya kalem.
“ dan hari ini
kerjasama kita telah berakhir, senang bekerjasama denganmu “ katanya lagi.
Aku hanya
memandanginya dan tak menjawab apapun. Aku sedang memikirkan sesuatu saat ini.
“ apakah kau
mendengarkanku...??” tanyanya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan
wajahku, ketika aku tak juga merespon kata-katanya.
“ itu berarti
hubungan kita bukan agen dan klien lagi, bukan ??” tanyaku tiba-tiba. Dia
langsung mengerutkan keningnya bingung.
“ apa maksud mu
??” tanyanya langsung.
“ Iyaa... jadi
kita sekarang murni teman , bukan ??” Tanyaku lagi.
Dia masih tak
menjawab dan tetap memandangiku bingung.
“ tak masalah kan
jika aku meminta bantuan mu sebagai seorang teman ??” aku masih terus bertanya
padanya.
Dia sempat
berpikir sejenak dan ekspresinya langsung berubah drastis.
“ andwae...
hentikan pikiran itu... aku tak akan melakukannya ...” katanya tajam.
Sepertinya dia
tahu apa yang aku pikirkan setelah melihat senyumku yang misterius.
“ ahh...
wae??... kenapa tidak ??” tanyaku lagi.
Aku cukup
amazing dia mampu membaca pikiranku dengan baik.
“ jangan pernah
libatkan aku dalam hal-hal semacam itu, lagi pula kita baru saja mengenal
beberapa minggu lalu, jadi tak ada alasan untukku membantu orang yang tak ku
kenal dengan baik dalam masalah serumit ini, aku tak ingin repot “ tolaknya
terang-terangan.
“ yah... apa kau
tak merasa kasihan padaku ??” tanyaku memelas.
“ Tidak”
jawabnya cepat
“
ahhh....Jeball...ohh” pintaku lagi.
“ andwae...
shireo...” ucapnya tegas.
“ Ok... jika itu
pilihanmu...” aku sudah kehilangan akal, ketika sebuah pikiran melintas di
otakku , aku langsung berdiri setelah itu.
Dia sepertinya
membaca apa yang selanjutnya akan aku lakukan, terlihat dari ekspresinya yang
mulai khawatir.
Aku baru saja
berteman dengannya satu bulan ini, tapi dia selalu bisa mengerti jalan
pikiranku seperti kita telah berteman lama.
Aku berjalan ke
arahnya dan menarik tangannya untuk berdiri, dia berusaha menghindar dan
menarik tangannya kembali.
“ jangan
memaksaku...” katanya sedikit berseru.
Beberapa orang
yang juga berada di kafe itu mulai memandang ke arah kami dengan wajah
penasaran.
“ menurutlah...”
kataku tajam. Aku sudah tak punya cara lain untuk memintanya membantuku,
satu-satunya cara adalah dengan memaksanya.
“ andwae....
shireo...” serunya lagi, membuat orang-orang semakin penasaran.
“ berhentilah
berteriak, orang-orang mulai melihat ke arah kita, jika tidak aku akan .......
“ ancamku padanya.
“ wae ?? apa
yang ingin kau lakukan ?? ” tantangnya padaku.
Aku
menyunggingkan senyum licik, aku tahu dia hanya mencoba menggertakku, karena
kulihat wajahnya semakin cemas ketika mendengar aku mengatakan hal itu.
Tanpa kata-kata
aku mendekatkan wajahku berlahan-lahan ke arahnya sambil terus memandang mata
dan bibirnya bergantian. Dia menggigiti bibirnya semakin cemas. Ketika jarak
kami hanya tinggal beberapa inchi saja dia melepaskan nafas yang sejak tadi di
tahannya dan menghembuskannya berat.
“ baiklah....”
katanya menghentikan apapun yang akan aku lakukan padanya.
Aku kembali
tersenyum licik, aku sudah tahu ini akan terjadi.
“ baguslah kalau
begitu “ setelah itu aku menarik tangannya untuk keluar kafe dan menuju
mobilku.
Selanjutnya yang
kami lakukan adalah pergi menuju sebuah butik dan salon langganan Seohyun, aku
tahu itu karena aku pernah beberapa kali mengantarnya kesana, walaupun aku
selalu menggerutu di masa lalu, tak kusangka itu akan berguna di saat ini.
Selama
perjalanan tak ada yang berbicara sedikitpun, kami hanya diam menikmati suasana
sore yang beranjak senja. Dia memandang ke luar jendela dengan tenang tapi
muram, seperti sedang memikirkan sesuatu yang cukup rumit.
Setelah sampai
aku langsung meminta mereka memilihkan baju dan make up yang cocok untuk di
kenakan Yoona dalam pesta ku nanti. Hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama
juga , urusan wanita memang selalu lebih rumit, rupanya.
Sementara
menunggu, aku juga mempersiapkan diriku sendiri, aku menggenakan tuxedo simple
yang telah disiapkan oleh Eomma. Aku memilih ini karena merupakan yang paling
simple dari yang lainnya.
Sekarang sudah
pukul 6.30, pesta akan digelar sekitar jam 7 malam ini. Teman-temanku banyak
yang memberikan selamat ulang tahun padaku melalui pesan singkat dan chat.
Mereka juga mengkonfirmasi akan datang ke pestaku hari ini. Aku masih sibuk
dengan ponselku ketika seseorang menyerukan sesuatu.
“ Tuan Lee
Jonghyun, pasangan anda sudah siap “ katanya setelah menyibakan sebuah korden
besar di sudut ruangan.
Aku langsung
mengalihkan pandanganku ke arah sumber suara. Detik berikutnya aku tercekat
seketika.
What a
Beautiful!! Wanita ini memang cantik, tapi tak kusangka kecantikannya menjadi
berkali lipat ketika mengenakan gaun dan makeup seperti itu, di tambah
rambutnya yang digerai dan dibuat berombak. Padanan yang Sangat sempurna.
Seseorang di
samping Yoona yang tadi berseru padaku itu berdehem ketika melihatku tak juga bergerak
atau mengatakan sesuatu.
“ pasangan anda
sangat cantik sekali bukan??” katanya sambil tersenyum geli karena diamku.
“ ah... Nnee”
jawabku cepat. Dan aku kemudian menghampiri mereka.
“ gamsahamnida “
ucapku padanya lagi. Dia mengangguk singkat masih dengan senyum tersungging di
wajahnya, lalu pergi meninggalkan kami berdua.
“ tak begitu
buruk...” komentarku....BOHONG, jelas dia begitu luar biasa.
“ apanya ??...
ini bahkan lebih dari buruk...” gerutunya dan membuat gestur cemberut pada
wajahnya.
“ apa kau tak
menyukai gaunnya ??” tanyaku bingung. Kupikir dia merasa tak nyaman menggunakan
pakaian seperti ini.
“ ani...
keadaanya yang sangat buruk “ jawabnya kesal.
“ ahh..
tenanglah, ini akan berakhir secepatnya, kau hanya perlu hadir dan tak perlu
berbicara apapun, aku yang akan mengatasi semuannya” kataku menenangkan.
Dan sepertinya rasa khawatirnya mulai
sedikit menghilang setelah itu.
“ jangan pernah
tinggalkan aku sendiri nanti, aku bahkan tak mengenal siapa mereka semua yang
ada di pesta itu, aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani membuat
keadaanku menjadi lebih buruk lagi “ ancamnya dengan tatapan tajam.
“ aihh... michiguene
Jinja....” gerutunya lagi.
“ aku tak akan
meninggalkanmu, sedetikpun “ kataku akhirnya.
Aku meraih
tanganya lembut dan menuntunnya keluar butik.
Dia menarik
nafas berkali-kali ketika kami akan memasuki gedung tempat dilaksanakannya pesta itu, aku hanya
memandanginya dan menunggu dengan sabar. Dia beberapa kali meremas lenganku
yang dilingkari oleh tangannya. Dan menahanku untuk tak beranjak sedikitpun.
Aku tahu dia begitu gugup sekarang, jadi aku membiarkannya.
Kami memasuki
tempat acara dengan langkah dibuat setenang mungkin, Yoona juga sudah mulai
tampak rileks, walau masih mencengkeram lenganku kuat.
Semua mata
tertuju pada kami ketika kami baru saja melewati pintu masuk. Tentu saja karena
aku adalah Birthday Boy disini, tapi mungkin juga karena penampilan kami yang tampak
sangat serasi sekali. Setelan jas hitamku yang elegan dan gaun panjang krem
kecoklatan yang dikenakan Yoona terlihat begitu menyatu. Dan aku tahu kecemasan
Yoona kembali menyerangnya karena tatapan mereka. Aku mengelus telapak
tangannya di lenganku yang tautannya semakin megerat, dia memalingkan wajah ke
arahku dan ku berikan senyuman menenangkan untuknya. Aku ingin mengatakan
padanya lewat senyuman itu kalau semua pasti akan baik-baik saja. Dan
sepertinya dia tahu itu.
Akhirnya, kami
sampai di tempat dimana orang tuaku sedang berdiri bersama beberapa koleganya.
Sejak awal mereka juga sudah memperhatikan kedatangan kami.
“ Appa...
Eomma..” panggilku pada keduanya.
“ ohh,....Jongie
....waseo...” jawab Eomma sambil tersenyum senang.
Mereka
memandangi seseorang di sampingku dengan intens, dan melihat itu Yoona langsung
menundukan kepalanya memberi hormat.
“ Appa...
Eomma...kenalkan ini Yoona...” kataku pada mereka yang seolah-olah sudah sangat
menunggu untuk ku kenalkan pada perempuan disampingku ini.
“ annyeonghaseo
Im Yoona Imnida “ Yoona memperkenalkan diri dan menunduk sekali lagi.
Mereka masih
memandangi Yoona, membuatnya mengeratkan tautan tangan kami lagi. Aku
memandangi mereka menyelidik, mereka balik menatapku seperti meminta
penjelasan.
“ dia kekasihku”
jelasku kemudian, seperti mengetahui pertanyaan yang tak mereka sampaikan.
“ ahh... jadi
kau kekasih Jongie....” kata Appa kemudian lalu mengulurkan tangannya menjabat
tangan Yoona yang tak tertaut denganku.
“ kami adalah
Orang Tua jongie “ katanya lagi.
“ oohhh....
yeppeuda....” puji eomma dan kemudian menarik Yoona dalam pelukannya. Melepas
ikatan kami. Kemudian menggenggam kedua tanggannya.
“ apa kalian
sudah lama menjadi sepasang kekasih, kenapa kau tak pernah mengenalkan gadis
secantik ini pada kami “ kata eomma lagi sambil menepuk lenganku ringan dan
terkekeh senang.
“ Nnee...”
jawabku sekenannya.
Kami sempat
mengobrol sebentar setelah itu, sepertinya mereka menyukai Yoona terlihat dari
bagaimana mereka begitu memuji Yoona dan bersikap baik kepadanya.
Kami berpisah
karena Appa harus menemui koleganya yang lain. Setelahnya kami menuju ke arah
meja makanan yan berjajar di sebelah kiri. Dia menghembuskan nafasnya berat
ketika kami sampai. Aku semakin merasa buruk melihat ekspresinya sekarang.
“ gwaenchana...??
“ tanyaku khawatir.
“ semakin
buruk...” jawabnya singkat. Dan aku langsung tahu maksudnya.
“ miahnae....”
maafku padanya. Aku tak tahu ini akan menjadi begini sulit untuknya.
Dia tak merespon
apapun, dia mengambil gelas wine di meja dan menegaknya seketika.
“ Yoona... aku
akan pergi sebentar, tunggulah disini “ kataku tiba-tiba, aku sedang ingat
ingin melakukan sesuatu.
Dia menatap
protes kearahku dengan tajam. Seakan tak bisa menerima kata-kata ku barusan.
“ aku akan
segera kembali “ janjiku padanya. Dia hanya menghembuskan nafasnya berat
sebagai responnya.
Aku mengusap
lengannya ringan sebelum beranjak pergi.
***
Yoona POV
Oh...lihatlah dia... sedetikpun katanya...
Tak hanya sedetik, sekarang, Dia bahkan akan
meninggalkan ku tak tahu kemana dan tak tahu berapa lama. Dia mengingkari
janjinya, benar-benar tak bisa dipercaya. hfft
Aku meneguk lagi
gelas wine ku yang kedua. Aku berdiri sendiri di ujung meja itu. aku sama
sekali tak mengenal semua orang-orang ditempat ini, aku benar-benar merasa terasing
sekarang. Aku harap keadaanya tak akan semakin memburuk setelah apa yang
orangtua Jonghyun tadi lakukan padaku.
Semua ini
menjadi semakin rumit seperti apa yang sudah aku fikirkan sejak awal, ternyata
firasatku benar. Bukan karena penolakan Orangtua Jonghyun terhadapku yang aku
khawatirkan, aku justru mengharapkannya, tapi akan lain halnya jika yang mereka
lakukan adalah menerimaku begitu hangat dan terbuka. Aku tahu ini tak akan
berakhir seperti apa yang kami rencanakan.
“ eonnie....”
seseorang gadis memanggil dengan nada ragu tapi tetap terdengar indah.
Aku menoleh
kearah sumber suara, meski aku tak tahu dia sedang memanggilku atau memanggil
orang lain di ruangan ini.
“ ahh...
ternyata benar ini kau eonnie.... uahh Yeppeuda....” seorang gadis mendekatiku
bersama seorang pria disampingnya. Dia tampak sangat cantik dan ceria.
Aku cukup
terkejut melihatnya disini, kebetulan apa lagi ini. Dia langsung memelukku
ketika sampai dihadapanku.
“ oh,...
Seohyun-ah...” ucapku kemudian dan membalas pelukannya.
“ Ohh eonnie....
wae yoghi isseo ?? kenapa kau ada disini...??” tanyanya setelah melepas
pelukannya.
“ Yoona –yah...”
tiba-tiba seseorang memanggil namaku dari arah belakang.
Kami semua
menoleh ke arah sumber suara yang semakin mendekat.
“ Eohh,...
Oppa... kau mengenal Yoona eonnie ??” tanya Seo pada Jonghyun, orang yang
memanggilku tadi. OMO....jangan bilang kalau ..... aku bahkan tak sanggup untuk
menafsirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“ Eonnie....??”
tanya Jonghyun mengulang kata-kata yang di gunakan Seo untuk memanggilku, dia
tampak bingung.
“ Nee.... dia
Eonnie yang aku kenal, dia sunbaeku di club theater di kampus “ jelas Seo
kemudian.
“ Kau
mengenalnya Jong..??” tanya seseorang di samping Seo itu pada Jonghyun yang
sepertinya juga penasaran.
“ Nee.... dia
kekasihku...” jawabnya sedikit ragu.
“ MWOO???
JINJAA....??? “ keduanya berseru kaget. Beberapa orang yang mendengar langsung memadang
ke arah kami penasaran.
Seo langsung
mengalihkan pandangannya kembali padaku. Aku menanti reaksinya dengan cemas.
Tiba-tiba saja
dia langsung memelukku lagi semakin erat kali ini sambil mengguncang tubuhku
ringan, bergerak-gerak bersamanya.
“ Eohh eonnie...
aku tak menyangka kau adalah kekasih kakakku, aku senang sekali.... taukah kau,
aku sudah menyukaimu sejak pertama kali mengenalmu.... aku tak percaya kau akan
menjadi kakak iparku sekarang.” Katanya bersemangat di sela-sela pelukannya.
“ aku sudah
mempunyai firasat saat aku pernah melihatmu dengan Jong Oppa beberapa waktu
lalu.... wahh,,, jeongmal haengbokae ”
Aku menatap
Jonghyun lemas, dan dia menatap Seohyun dengan pandangan terkejut tak
terjelaskan. Sementara pria yang sepertinya kekasih Seohyun itu menepuk-nepuk
pundak Jonghyun dan menyunggingkan senyum senang. Sikap kedua orang itu sangat
kontras sekali dengan apa yang aku dan Jonghyun rasakan saat ini.
Dan firasatku
benar, Seohyun adalah adik kandung Jonghyun. Aku sempat teringat sesuatu ketika
melihat wajah Eomma Jonghyun yang menurutku cukup familiar untukku, dan
terbukti ketika aku bertemu Seohyun disini tadi, mereka sangat mirip satu sama
lain, mereka semua adalah keluarga rupannya.
Dan lihatlah
bagaimana sikap Seohyun terhadapku, dan apa itu tadi, ‘ kakak ipar’ apanya ??,
dia sudah berfikir sejauh itu mengenai hubunganku dengan Jonghyun yang hanya
pura-pura ini. Aku fikir Belum habis nafasku mengucap doa agar semua ini tak
menjadi semakin rumit tadi, tapi sekarang aku bahkan sudah tak tahu dimana
jalan keluar agar aku bisa terbebas dari ini semua . Ini bahkan lebih dari
rumit. Fikirku.
Setelah kejadian
beruntun yang tak terduga tadi terjadi sekarang suasana kembali terkendali.
Setelah acara puncak potong kue oleh Birthday Boy, Jonghyun kemudian
mengenalkan aku pada teman-temannya yang lain, Jung Yonghwa yang merupakan
kekasih Seohyun tadi, Kang Minhyuk, Lee jungshin, Cho kyukhyun, dll. Aku merasa
canggung berada di sekitar mereka, apalagi mereka sempat menggoda kami berdua
habis-habisan, aku benar-benar ingin enyah saat itu juga dari tempat ini, kemanapun
asalkan bukan disini lagi, memalukan sekali.
Aku pamit pada
Jonghyun untuk ke toilet, dan aku memisahkan diriku dengan mereka setelah itu.
saat berjalan menuju ke arah toilet, tiba-tiba ponselku berdering. Aku langsung
meraihnya, dan nama Yurii Eonnie terpampang pada layarnya.
“ Yoboseo...”
sapaku sambil membuka pintu toilet di hadapanku.
“ Yahh!!
Yoong.... odiga...?? aku mencarimu dari tadi ??” dia langsung mengomeliku
seketika itu juga.
“ Oh mian
eonnie....aku sedang ada dipesta sekarang.....” jawabku sedikit merasa
bersalah.
“ pesta....
pesta siapa ??” tanyanya penasaran.
“ Jonghyun...”
jawabku singkat. Sedikit malas.
“ Jonghyun....
Lee Jonghyun maksudmu...” tanyanya terkejut.
“ Nee...aku ada
urusan dengannya jadi aku datang...” aku menjelaskan keadaan sebenarnya yang
mungkin akan ditanyakan oleh Yull eonnie selanjutnya.
“ urusan apa....
bukankah sudah berakhir....” kebingungannya tak juga mereda malah semakin
bertambah.
“ ini malah
semakin rumit.... karena dia tak mendapatkan pasangan ketika mengikuti acara
blind date di kantor kita..... dia sekarang malah memintaku menjadi pasanganya
..... kekasih palsunya....” kataku sambil menghembuskan nafas berat. Kembali
membayangkan keadaan yang begitu rumit ini.
“ MWO....
Kekasih palsu.... bagaimana bisa....???” dia berseru keras sekali, membuatku
harus menjauhkan ponsel dari telingaku sejenak.
“ aku akan
menceritakan semuanya padamu nanti.... aku belum tahu harus memulainya dari
mana, aku masih bingung sekarang....” jawabku lemas.
“
arraseo....tapi janji kau akan menceritakan semuanya... sedetail-detailnya....
harus....” perintahnya tajam.
“
hmmm...Annyeong eonnie...” gumamku lirih dan menutup teleponnya. Aku kembali
menghembuskan nafasku berat.
Yang tak Yoona ketahui, seseorang ternyata telah
mendengar percakapannya dengan Yurii beberapa saat lalu. Senyum orang itu
mengembang sempurna seiring rencana-rencana yang mengalir deras dalam
fikirannya. Kemudian ia langsung beranjak pergi sebelum Yoona keluar dari
toilet itu, berjalan cepat agar tak terlihat.
Acara berakhir
hampir tengah malam. Mereka semua tampak senang dan menikmati pesta ini dengan
nyaman. Dan satu per satu mereka membubarkan diri dari ballroom ini setelah
memberikan selamat pada Jonghyun lagi untuk terakhir kalinya hari ini.
Semua keluarga
Jonghyun berkumpul menjelang berakhirnya pesta ini untuk memberikan ucapan
terimakasih kepada semua teman dan kolega yang telah hadir disana.
“ Appa Eomma...
aku akan pergi dulu, aku harus mengantarkan Yoona pulang ke apartment nya..”
pamitnya pada kedua orang tuannya ketika semua undangan telah membubarkan diri.
“ ohh....
Wae..?? kenapa Yoona eonnie tak menginap saja dirumah..” tiba-tiba Seo
menyeletuk riang, membuat jantungku hampir melonjat keluar.
“ Ahh...
majayoo,....Yoona bisa menginap di rumah hari ini, jika dia tak keberatan..”
kata Eommanya menyetujui.
Aku langsung
pucat mendengarnya. Kenapa jadi begini. Ide gila macam apa itu.
“ ah... Yoona
pasti masih tak nyaman karena baru mengenal kalian semua, jangan memaksanya
...” bela Jonghyun. Perasaanku sedikit membaik karenanya.
“ Ahh...
Oppa.... Wae...?? aku sudah lama mengenal Yoona eonnie....” rengek Seo masih
juga tak mau menyerah.
“ kau tak
keberatan kan Eonnie...” dia beralih
memelas padaku. Apa yang harus kulakukan, dia terlalu imut untuk
diabaikan. Aku tersenyum lemah kearahnya.
“ Seo jangan memaksanya...”
Jonghyun memperingatkan adiknya.
“ Eonnie Ottae
??” tanyanya lagi tak menghiraukan peringatan Jonghyun padanya.
“ N..Nee..”
jawab ku lemah. Aku tak sanggup jika harus menolaknya karena wajahnya saat itu
terlihat begitu memelas.
“ Yee.... assa...”
serunya senang.
Semua orang
menatapnya sambil tersenyum geli melihat tingkahnya yang kekanak-kanakan.
Jonghyun mengalihkan pandanganya padaku untuk mengecek kondisiku, mungkin. Aku
balas menatapnya pasrah, dan dia menggumamkan maaf tanpa suara.
Kami pulang ke
kediaman keluarga Lee di kawasan cukup elite di kota ini. Rumah yang besar,
mewah dan asri. Seohyun meminjamkan aku pakaian kasual untuk menggantikan
gaunku yang tak mungkin bisa ku gunakan untuk tidur malam ini, walaupun aku tak
yakin jika aku bisa tertidur nanti. Setelah melewati perdebatan panjang, lagi,
akhirnya Seohyun membiarkan aku untuk menghuni kamar tamu daripada harus tidur
bersamanya, tentu saja dengan bantuan Jonghyun, bukan aku tak menyukai Seohyun,
dia adalah gadis yang baik dan ceria sejak pertama kali aku mengenalnya, bahkan
kami juga cukup dekat, aku hanya tak ingin dia melihat kondisiku yang sedang
galau dan dipenuhi pikiran rumit sejak sore tadi. Bahkan mungkin malam ini aku
tak bisa tidur, jadi aku tak ingin mengganggunya karena keberadaanku, sepertinya
dia sangat lelah sekali hari ini, seperti yang lainnya. Sepertinya Jonghyun
tahu apa yang aku pikirkan, jadi dia membelaku untuk tak tidur sekamar dengan
Seo malam ini.
Malam hampir
beranjak pagi tapi aku belum juga terlelap, tepat seperti dugaanku. Aku
berjalan keluar kamar dan menuju ke arah halaman belakang dan mendudukan diri
di sebuah kursi kayu panjang. Aku memandangi langit malam bertabur bintang di
atas sana. Sungguh indah, tak pernah aku melihat bintang tercecer begitu banyak
di langit seperti hari ini, atau karena aku memang jarang memperhatikan ini
sebelumnya. Aku menghembuskan nafasku pelan berharap rumitnya pikiranku akan
menguap bersamanya.
“ kau tak
tidur...??” seseorang mendekatiku dari arah belakang. Tanpa melihat pun Aku
tahu siapa dia, tapi aku tetap menoleh untuk memastikannya.
“ kau juga...??”
tanyaku balik. Dia kemudian mendudukan dirinya disampingku.
“ Hmm...”
gumamnya lirih.
“ Mian....”
katanya tiba-tiba tanpa menatapku. Tatapannya sedang tertuju pada langit diatas
sana.
Aku tak
menjawab, hanya menolehkan kepalaku padanya. Menatapnya beberapa saat.
“ aku tak tahu
jika akan menjadi serumit ini “ katanya lagi.
Aku mengalihkan
pandanganku dan kembali menatap langit.
“ Ottokae...???
bagaimana sekarang ??” tanyaku lemah. Aku sangat bingung. Aku telah berfikir
Semalaman tapi tak juga menemukan solusinya.
“ Naen Molla...”
ucapnya pasrah.
Aku tak
merespon. Kami berdua diam dan masih terus memandang ke arah langit.
Kusandarkan kepalaku pada bahu bidangnya. Dia membiarkanku dan malah merengkuh
pundakku, seperti ingin melindungiku. Setelahnya aku tak tahu apa-apa lagi.
Mungkin aku ketiduran disana, yang aku tahu, pagi ini aku sudah terbangun di
kamar ku, dikamar tamu keluarga Lee.
Pagi ini kami
sarapan bersama sebelum Jonghyun mengantarkanku pulang. Obrolan di meja makan
pagi ini sangat ringan dan penuh canda tawa. Aku merindukan saat-saat seperti
ini, berkumpul bersama keluarga, Orangtuaku tinggal di Jepang karena pekerjaan
mereka, maka aku menjadi jarang sekali bertemu dengan mereka. Dan saat ini melihat
mereka , ini seperti sedang menghapus sedikit rasa rinduku pada kedua orang
tuaku, tak ayal perasaan kacauku sejak semalam sedikit lebih baik sekarang.
Jonghyun
mengantarkanku kembali ke Apartmen sebelum dia pergi ke kantor. Eomma dan
Seohyun melepasku dengan senyuman dan mereka meminta aku untuk sering-sering
berkunjung kesana , sebelum aku meninggalkan rumah itu pagi tadi. Kami
menyusuri sepanjang jalan menuju apartmen dalam diam, dia terfokus pada
kegiatannya menyetir sementara aku sibuk mengedakan pandangan keluar jendela.
Benar-benar sunyi.
Tak beberapa
lama kemudian kami sampai di basement apartmenku.
Jonghyun POV
Yoona langsung
turun begitu kami sampai di basement apartment nya. Dia membawa paper bag
berisi gaunnya tadi malam dan kemudian membuka pintu mobil. Beranjak keluar.
Aku masih tak
melakukan apapun, atau berkata apapun. Sebenarnya aku sedang memikirkan sesuatu
sekarang.
Aku memutuskan beranjak
dan mengikuti Yoona keluar mobil setelah itu.
“ Yoonaa...” panggilku
ketika dia akan berjalan menuju lift, dia berjalan sangat lemah sekali.
Dia berhenti dan
menoleh padaku, tatapannya bingung.
Aku mendekatinya
dan berdiri di hadapannya. Tanpa berkata apa-apa lagi,Detik berikutnya aku
menariknya dalam pelukanku. aku tak tahu kenapa, aku hanya ingin melakukannya
saja. Yoona terlihat terkejut tapi juga tak mendorong tubuhku menjauh.
“ Mianhae
Yoona...” maafku lagi padanya. Aku merasa buruk telah membuatnya kehilangan
semangat sejak semalam.
Dia tak merespon
kata-kataku juga pelukanku.
“ Aku tak
menyangka semua akan menjadi serumit ini ...” kataku lagi.
“ jeongmal
mianhae.... aku berjanji akan mengatasi masalah ini secepatnya, agar kau tak
semakin jauh terlibat....” aku masih mendominasi percakapan ini dengan
kata-kata penyesalanku.
“ bisakah kau
menunggu sebentar saja...” Pintaku akhirnya.
Dia masih tak
mengeluarkan kata-kata apapun dia hanya menganggukan kepalannya sebagai respon
atas permintaanku. Aku memperdalam pelukanku, membenamkan wajaku ke puncak rambutnya
yang lembut dan wangi, menyerap baunya memenuhi rongga hidunggku, dan mengusap
ringan bagian belakang kepalanya dengan lembut.
Maafkan aku
Yoona, aku tak bermaksud membuatmu terlibat dalam masalah denganku yang
sekarang menjadi semakin rumit ini. Aku pikir semua akan berakhir seiring
dengan malam yang juga berakhir kemarin. Aku menjadi merasa menyesal dan buruk
terhadapmu, tapi malam tadi ketika aku memikirkannya lagi, sekeping rasa
bahagia juga menyelinap dalam benakku. Aku senang orang yang bersama ku, berada
di sampingku, di hari ulang tahunku itu adalah dirimu, Yoona. Orang yang
Menjadi kekasiku, walaupun hanya pura-pura. Ini bisa disebut sebagai hadiah
mungkin, Priceless Gift. biarkan aku merasakannya walau hanya sementara. Dan
aku janji, akan mengatasi masalah ini secepatnya, Bersabarlah... bertahanlah disampingku
untuk beberapa saat... setidaknya sampai aku menemukan jalan keluar untuk kita.
Aku melepaskan
pelukan ku setelah bertahan beberapa saat. Ku pandang lagi matanya yang sayu.
“ masuklah
Yoona.... dan beristirahatlah... aku tahu kau tak tidur semalaman, kau pasti
lelah “ kataku lembut sambil tetap memegang kedua pundaknya.
Dia hanya
menganggukan kepalanya lemas sebagai respon atas kata-kataku.
“ aku masuk
dulu...” katanya pada akhirnya.
Dia menyempatkan memberikan seulas senyum
padaku sebelum akhirnya berbalik dan berjalan memasuki gedung apartmentnya.
Aku terus
memandangi punggungnya menjauh sampai tertelan di balik tembok bangunan, baru
kemudian aku beranjak ke arah mobilku dan kemudian melaju pergi dari sana.
TBC
Wait the next story in May, 30th .....
Gomawo...
For Admin :
kalau bisa di publish tanggal 15 mei yawh min, soalnya kan ini ff birthday
project, biar klop aja sama event nya ..... Gomawoyo....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar